Pemkot Makassar Pertimbangkan Bangun Kolam Retensi di Jalan Pettarani
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar mempertimbangkan untuk membangun kolam retensi di Jalan AP Pettarani Kota Makassar, untuk minimalisir genangan yang kerap terjadi.
"Di Pettarani dan rumahnya pak Plt. Itu yang layak kita bangun (kolam retensi), karena marak genangan, " ujar Wali Kota Makassar Moh Ramdhan 'Danny' Pomanto.
Menurutnya pembangunan kolam retensi hanya mampu mengakomodiri genangan-genangan kecil, Sehingga tidak bisa menjadi solusi utama dalam menghilangkan masalah banjir Makassar.
Sebaliknya untuk skala besar justru akan lebih efektif dengan pembenahan drainase dan jalur sungai. Semisal di Kodam III hingga antang Blok 8 dan 10.
Selama ini persoalan banjir di sana disebabkan adanya penyempitan jalur air yang butuh pembenahan khusus oleh kota.
"Tinggal disempurnakan aliran airnya dijaga karena air itu sifatnya alir, jadi kalau di sini dibikin di sana tidak dibikin, tetap tersumbat. Ada penyempitan di sekitar lurusannya Baruga. Itu saya akan bicarakan kepada semua pihak," lanjutnya.
Sebelumnya rencana pengadaan kolam retensi sempat disinggung di masa pemerintahan Plt Wali kota Makassar Iqbal Suhaeb. Rencana pembangunan tersebut menyasar Jalan Hertasning dan akan ditambah pada lahan-lahan lainnya.
Kolam retensi disebut menjadi salah satu solusi kongkret dalam penyediaan daerah resapan yang terus berkurang di Kota Makassar.
Tim Ahli Banjir Sulsel Syamsu Rijal saat dihubungi mengatakan, pemerintah kota perlu memetakan kembali jalur-jalur air di Kawasan Pettarani .
Pengadaan kolam retensi dianggap akan sulit lantaran tingginya biaya yang akan digunakan. Akan lebih efektif jika pemerintah membenahi jalur-jalur air yang ada. Menurutnya adanya peningkatan potensi banjir di sana diakibatkan adanya saluran air yang terganggu akibat masifnya pembangunan.
"Kalau saya melihat ini eksistensi gedung yang marak itu bisa membuat saluran tertutup. Ada bangunan-bangunan baru ini perlu ditinjau," katanya.
Hal ini dianggap menjadi solusi paling cepat dalam menyelesaikan masalah banjir di wilayah-wilayah baru.
"Karena wilayahnya flat dan luas perlu dipikirkan ke sungai terdekat. Karena sungai itu jalur pintas. Tapi memang dari pengalaman kita kalau ada wilayah yang sebelumnya jarang banjir tiba-tiba sering itu biasa disebabkan karena adanya pembangunan itu bisa saja menutupi aliran," katanya.
Solusi lainnya kata dia, pemkot bisa menyediakan terowongan air yang terkoneksi langsung dengan kanal atau sungai.
"Di Pettarani dan rumahnya pak Plt. Itu yang layak kita bangun (kolam retensi), karena marak genangan, " ujar Wali Kota Makassar Moh Ramdhan 'Danny' Pomanto.
Menurutnya pembangunan kolam retensi hanya mampu mengakomodiri genangan-genangan kecil, Sehingga tidak bisa menjadi solusi utama dalam menghilangkan masalah banjir Makassar.
Sebaliknya untuk skala besar justru akan lebih efektif dengan pembenahan drainase dan jalur sungai. Semisal di Kodam III hingga antang Blok 8 dan 10.
Selama ini persoalan banjir di sana disebabkan adanya penyempitan jalur air yang butuh pembenahan khusus oleh kota.
"Tinggal disempurnakan aliran airnya dijaga karena air itu sifatnya alir, jadi kalau di sini dibikin di sana tidak dibikin, tetap tersumbat. Ada penyempitan di sekitar lurusannya Baruga. Itu saya akan bicarakan kepada semua pihak," lanjutnya.
Sebelumnya rencana pengadaan kolam retensi sempat disinggung di masa pemerintahan Plt Wali kota Makassar Iqbal Suhaeb. Rencana pembangunan tersebut menyasar Jalan Hertasning dan akan ditambah pada lahan-lahan lainnya.
Kolam retensi disebut menjadi salah satu solusi kongkret dalam penyediaan daerah resapan yang terus berkurang di Kota Makassar.
Tim Ahli Banjir Sulsel Syamsu Rijal saat dihubungi mengatakan, pemerintah kota perlu memetakan kembali jalur-jalur air di Kawasan Pettarani .
Pengadaan kolam retensi dianggap akan sulit lantaran tingginya biaya yang akan digunakan. Akan lebih efektif jika pemerintah membenahi jalur-jalur air yang ada. Menurutnya adanya peningkatan potensi banjir di sana diakibatkan adanya saluran air yang terganggu akibat masifnya pembangunan.
"Kalau saya melihat ini eksistensi gedung yang marak itu bisa membuat saluran tertutup. Ada bangunan-bangunan baru ini perlu ditinjau," katanya.
Hal ini dianggap menjadi solusi paling cepat dalam menyelesaikan masalah banjir di wilayah-wilayah baru.
"Karena wilayahnya flat dan luas perlu dipikirkan ke sungai terdekat. Karena sungai itu jalur pintas. Tapi memang dari pengalaman kita kalau ada wilayah yang sebelumnya jarang banjir tiba-tiba sering itu biasa disebabkan karena adanya pembangunan itu bisa saja menutupi aliran," katanya.
Solusi lainnya kata dia, pemkot bisa menyediakan terowongan air yang terkoneksi langsung dengan kanal atau sungai.
(agn)