Larung Sesaji Dibubarkan Petugas Karena Picu Kerumunan, Ini Klarifikasi Warga Cilacap

Selasa, 07 September 2021 - 12:30 WIB
loading...
Larung Sesaji Dibubarkan Petugas Karena Picu Kerumunan, Ini Klarifikasi Warga Cilacap
Ritual larung sesaji yang digelar warga Cilacap di Pantai Pangandaran dibubarkan petugas karena memicu kerumunan massa.
A A A
PANGANDARAN - Warga Cilacap yang menyelenggarakan ritual larung agung dari Yayasan Manunggal Rasa Kemurnian Kecamatan Patimuan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah paparkan klarifikasi.

Klarifikasi tersebut berkaitan dengan beberapa hal yang terjadi pada acara ritual Larung Agung yang telah digelar pada Minggu (5/9/2021) lalu.

Penasehat Yayasan Manunggal Rasa Kemurnian Edy Susanto didampingi jajarannya mengatakan, meski kegiatannya dibubarkan, tahun depan pihaknya akan kembali menggelar acara serupa. "Semoga kami diberi umur panjang dan tahun depan bisa dipertemukan untuk menggelar acara dan mengikuti ketentuan yang berlaku," kata Edy, Senin (6/9/2021).

Baca juga: Picu Kerumunan, Ritual Larung Sesaji Warga Cilacap di Pantai Pangandaran Dibubarkan Petugas

Edy menambahkan tidak mempermasalahkan acara yang digelar sebelumnya oleh petugas gabungan. "Kami terima dengan ikhlas dan acara inti yaitu pembacaan doa telah selesai dibacakan," tambah dia.

Waktu acara tersebut dibubarkan sebenarnya acara pokok sudah dilaksanakan, hanya tinggal acara membagikan sedekah ke lingkungan sekitar. "Acara pembagian sedekah itu berupa nasi, buah-buahan dan sayuran yang nantinya akan dinikmati oleh warga sekitar," jelas Edy.

Edi menerangkan, ada beberapa makanan, sayuran dan buah-buahan serta nasi dilokasi ritual tersebut yang disebut dengan istilah gugunungan. "Bagi kami, sesaji atau sesajen sangat berbeda dengan gunungan," paparnya.

Sesaji atau sesajen itu makanan dan minuman yang dihidangkan dan ditujukan kepada ghaib dengan mengharapkan sesuatu yang bersifat duniawi.

Baca juga: Sadis! Wanita Kakak Beradik di Sidoarjo Tewas Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan Sumur

Sedangkan gugunungan adalah wujud rasa syukur dari anugerah alam berupa nasi, buah-buahan dan sayuran yang akan dinikmati oleh warga sekitar dengan istilah sedekah hasil bumi.

Perihal sosok perempuan berkebaya hijau yang mengenakan mahkota diterangkan Edy bukan merepresentasikan Nyai Roro Kidul. "Kami merepersentasikan sosok perempuan itu adalah Bunda Ratu, karena Nyai Roro Kidul dengan Bunda Ratu sangat berbeda," tegas Edy.

Selama ini masyarakat awam mengidentikan sosok wanita berkebaya hijau, memakai mahkota dan berada di sekitar pantai sebagai Nyai Ratu Kidul.

Asumsi masyarakat awam silakan saja, tetapi bagi kami maknanya sangat berbeda dan itu telah menimbulkan gejolak di kalangan anggota Yayasan Manunggal Rasa Kemurnian dan sangat keberatan akan hal tersebut.

"Walapun kami mengusung judul acara larungan, bukan berarti makanan atau gugunungan yang ada dilokasi acara serta kambing dibuang kelaut," sambungnya. Karena acara dibubarkan, akhirnya gugunungan tersebut dibawa lagi ke Cilacap dan dibagikan ke warga sekitar.
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1323 seconds (0.1#10.140)