Pandemi Corona, Keselamatan Siswa Harus Diutamakan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah diminta mempertimbangkan prioritas keselamatan dan kesehatan anak-anak. Pemerintah tak boleh bermain-main dengan keselamatan jiwa anak-anak sekolah.
Anggota Komisi X DPR, Fahmy Alaydroes menilai, keselamatan jiwa serta kepentingan kesehatan anak-anak sekolah jauh lebih penting dan harus diprioritaskan.
"Jadi menurut saya, sebaiknya pastikan bahwa Covid-19 ini sudah mereda, sudah turun, bahkan sudah tiada, baru lah sekolah-sekolah itu bisa dibuka kembali. Jadi, new normal sebagaimana yang digembar-gemborkan oleh pemerintah itu menurut saya tidak tepat diberlakukan di sekolah-sekolah," ujarnya kepada SINDOnews, Jumat (29/5/2020).
Karena kata dia, ada ratusan anak yang berinteraksi di setiap sekolah, mulai PAUD, SD, SMP hingga SMA. "Mereka itu tidak mudah untuk didisiplinkan untuk melakukan berbagai macam protokol kesehatan. Kalaupun mudah, sekolah dan gurunya juga belum tentu siap, karena mereka akan setiap hari seperti itu," kata Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.
Maka itu dia berpendapat, yang paling penting saat ini adalah pemerintah fokus terlebih dahulu kepada upaya-upaya memutus mata rantai Covid-19. "Adapun belajar di rumah itu hal yang menurut saya masih harus dilanjutkan," ungkap legislator asal daerah pemilihan Jawa Barat V ini.
Menurut dia, tidak menjadi masalah siswa belajar dari rumah. Walaupun, lanjut dia, pemerintah harus terus menerus menyiapkan fasilitas, seperti membuka jaringan-jaringan internet di berbagai daerah blank spot, kemudian juga memberikan pembekalan-pembekalan konten dan kemampuan pembelajaran jarak jauh kepada para guru. Serta memberikan edukasi informasi kepada para orangtua tentang cara yang paling bijak di suasana darurat.
"Jadi artinya adalah, kita jangan bermain-main dengan keselamatan jiwa anak-anak kita, jangan juga beranggapan bahwa Covid-19 ini tidak memberikan penularan yang berdampak serius kepada anak-anak, tidak," imbuhnya.(Baca juga : Pembelajaran Jarak Jauh di DIY Diperpanjang hingga 26 Juni )
Dia mengatakan, harus asumsikan bahwa Covid-19 atau virus Corona itu berbahaya. "Kalaupun anak-anak kita barangkali tidak tertular, kan bukan tidak mungkin mereka membawa virus tersebut ke rumah mereka, nanti rumah-rumah mereka itu kan ada orang-orang tua, ada orang-orang yang barangkali rentan," tuturnya.
Sehingga, dia menilai pembukaan sekolah di tengah pandemi Corona bisa membuat klaster-klaster baru di sekolah-sekolah. "Kita harus fokus dulu kepada pemberantasan Covid-19 ini. Pendidikan tetap bisa berjalan kok tidak harus mesti di sekolah, karena pendidikan itu sendiri yang paling utama justru adalah pendidikan di rumah, di keluarga, jadi tidak perlu terlalu khawatir," ujarnya.
Menurut dia, tidak masalah jika sekolah mengalami penurunan kualitas karena penundaan sekian bulan. "Tidak mengapa, itu lah risiko yang perlu kita ambil demi menyelamatkan kesehatan dan demi menyelamatkan jiwa, karena itu adalah salah satu tujuan utama yang diamanahkan oleh konstitusi kita, melindungi segenap tanah tumpah darah, melindungi segenap bangsa Indonesia," pungkasnya.
Anggota Komisi X DPR, Fahmy Alaydroes menilai, keselamatan jiwa serta kepentingan kesehatan anak-anak sekolah jauh lebih penting dan harus diprioritaskan.
"Jadi menurut saya, sebaiknya pastikan bahwa Covid-19 ini sudah mereda, sudah turun, bahkan sudah tiada, baru lah sekolah-sekolah itu bisa dibuka kembali. Jadi, new normal sebagaimana yang digembar-gemborkan oleh pemerintah itu menurut saya tidak tepat diberlakukan di sekolah-sekolah," ujarnya kepada SINDOnews, Jumat (29/5/2020).
Karena kata dia, ada ratusan anak yang berinteraksi di setiap sekolah, mulai PAUD, SD, SMP hingga SMA. "Mereka itu tidak mudah untuk didisiplinkan untuk melakukan berbagai macam protokol kesehatan. Kalaupun mudah, sekolah dan gurunya juga belum tentu siap, karena mereka akan setiap hari seperti itu," kata Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.
Maka itu dia berpendapat, yang paling penting saat ini adalah pemerintah fokus terlebih dahulu kepada upaya-upaya memutus mata rantai Covid-19. "Adapun belajar di rumah itu hal yang menurut saya masih harus dilanjutkan," ungkap legislator asal daerah pemilihan Jawa Barat V ini.
Menurut dia, tidak menjadi masalah siswa belajar dari rumah. Walaupun, lanjut dia, pemerintah harus terus menerus menyiapkan fasilitas, seperti membuka jaringan-jaringan internet di berbagai daerah blank spot, kemudian juga memberikan pembekalan-pembekalan konten dan kemampuan pembelajaran jarak jauh kepada para guru. Serta memberikan edukasi informasi kepada para orangtua tentang cara yang paling bijak di suasana darurat.
"Jadi artinya adalah, kita jangan bermain-main dengan keselamatan jiwa anak-anak kita, jangan juga beranggapan bahwa Covid-19 ini tidak memberikan penularan yang berdampak serius kepada anak-anak, tidak," imbuhnya.(Baca juga : Pembelajaran Jarak Jauh di DIY Diperpanjang hingga 26 Juni )
Dia mengatakan, harus asumsikan bahwa Covid-19 atau virus Corona itu berbahaya. "Kalaupun anak-anak kita barangkali tidak tertular, kan bukan tidak mungkin mereka membawa virus tersebut ke rumah mereka, nanti rumah-rumah mereka itu kan ada orang-orang tua, ada orang-orang yang barangkali rentan," tuturnya.
Sehingga, dia menilai pembukaan sekolah di tengah pandemi Corona bisa membuat klaster-klaster baru di sekolah-sekolah. "Kita harus fokus dulu kepada pemberantasan Covid-19 ini. Pendidikan tetap bisa berjalan kok tidak harus mesti di sekolah, karena pendidikan itu sendiri yang paling utama justru adalah pendidikan di rumah, di keluarga, jadi tidak perlu terlalu khawatir," ujarnya.
Menurut dia, tidak masalah jika sekolah mengalami penurunan kualitas karena penundaan sekian bulan. "Tidak mengapa, itu lah risiko yang perlu kita ambil demi menyelamatkan kesehatan dan demi menyelamatkan jiwa, karena itu adalah salah satu tujuan utama yang diamanahkan oleh konstitusi kita, melindungi segenap tanah tumpah darah, melindungi segenap bangsa Indonesia," pungkasnya.
(nun)