Darah Tertumpah di Bandung Utara, Kisah Kegelisahan Trio Sersan saat Diminta Melucuti Senjata

Minggu, 15 Agustus 2021 - 05:00 WIB
loading...
A A A
Dikutip dari situs beritaupi.edu, pertempuran di sekitar Bumi Siliwangi dimulai pada periode pasca Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Di mana saat itu adalah periode yang sangat kritis . Kedatangan tentara Sekutu dengan tentara Gurkha nya yang dipimpin Mc.Donald ke Kota Bandung, menebar ancaman.

Mereka diberi tugas untuk melucuti senjata tawanan perang tentara Jepang. Suasana semakin mencekam, karena tentara Sekutu diboncengi tentara kolonial Belanda yang masih ingin menjajah Indonesia . Pemerintahan NICA ikut membonceng.

Dimotori oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan komandan Sukanda Bratamanggala, warga Kota Bandung melawan. Pertempuran sengit tak terhindarkan. Rangkaian peristiwa ini juga sekarang banyak dikenang sebagai peristiwa Bandung Lautan Api.



Pada subuh 24 November 1945, tentara sekutu yang diperkuat satuan artileries dan grontroepers (tentara angkatan darat) Belanda, menyerang secara membabi buta. Hingga kontak senjata pun terjadi di basis pertahanan pejuang Bandung utara.

Tentara sekutu sempat menjatuhkan bom di sekitar Villa Isola. Pada 16 Februari 1946 Gedung Isola ditembaki dan dibom pasukan Divisi India Inggris, dan pasukan Belanda, dengan alasan menyelamatkan para tawanan Belanda, dan Inggris.

Pertempuran heroik di sekitar Gedung Isola pun tak terhindarkan. Para pejuang dan anggota TKR secara gagah berani mempertahankan basis pertahanan mereka. Dalam peristiwa heroik tersebut banyak pejuang dan prajurit TKR yang gugur.

Darah Tertumpah di Bandung Utara, Kisah Kegelisahan Trio Sersan saat Diminta Melucuti Senjata


Termasuk trio sersan, yaitu Sersan Surip, Sersan Bajuri, dan Sersan Sodik. Trio sersan yang merupakan sosok pejuang pemberani . Dengan dikomandani oleh Kapten Abdul Hamid, telah membuat tentara sekutu dan satuan artileries Belanda kewalahan. Pengorbanan mereka harus di bayar mahal, mereka gugur.

Tak hanya tiga sersan yang gugur dalam pertempuran itu. Tercatat di Prasati 61 pejuang yang gugur. Senjata dan peralatan tempur yang digunakan pada peristiwa heroik tersebut, kini disimpan rapi sebagai koleksi Museum Pendidikan Nasional UPI.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2371 seconds (0.1#10.140)