Jalan Penghubung Antar Kabupaten di Pemalang Rusak Parah
loading...
A
A
A
PEMALANG - Warga Kabupaten Pemalang , Jawa Tengah mengeluhkan kerusakan jalan raya DI Panjaitan yang notabenenya merupakan jalan penghubung antar kabupaten. Dimana jalan tersebut tak kunjung mendapatkan perbaikan dari instansi terkait baik dari Pemerintah Kabupaten Pemalang maupun Pemprov Jawa Tengah.
"Jalan ini sudah lama rusak tapi belum mendapatkan perhatian, padahal kondisinya sangat parah sekali, " tutur Andri Wongso (32) salah seorang pengguna jalan, Sabtu (31/7/2021).
Menurutnya, kerusakan jalan penghubung antar kabupaten yakni, Kabupaten Pemalang dengan Kabupaten Purbalingga dan Purwokerto tersebut juga sering menimbulkan kecelakaan lalu lintas akibat jalannya terjal, lincin dan berkerikil.
"Kalau siang hari kita melintas di kawasan (ora umum.red) itu sangat membahaya bagi pengguna jalan khususnya sepeda motor, karena struktur jalan yang berlubang dan berdebu ini cukup panjang, " jelas Wongso.
Hal serupa juga dikeluhkan, Trimaningsih (37) pengguna jalan yang setiap harinya melintasi jalan ini berharap agar pemertintah melalui instansi terkait segera mengambil tindakan dan langkah-lankah perbaikan sehingga tidak ada lagi kasus kecelakaan di kemudian hari.
"Ya Allah saya kalau melintas di jalan ini harus ekstra hati-hati, karena sangat membahayakan sekali, saya pernah hampir terjatuh dari sepeda motor karena jalanan tidak rata dan bebatuan, " keluh Trinaningsi yang mengaku tinggal di Kelurahan Paduraksa tersebut.
Padahal, kata ibu dua anak ini, Jalan Raya DI Panjaitan merupakan akses utama dan berada di pusat kota Kabupaten Pemalang. Namun ironisnya, tidak kunjung diperbaiki hingga saat ini.
"Kan ini jalan Utama, di jalan ini ada kantor Kecamatan Pemalang, dan kantor pemerintahan lainya kok bisa yah dibiarkan rusak terus menerus, dan titiknya sangat banyak sekali yang rusak, " ucapnya dengan nada heran.
Baca juga : Masyarakat Muba Keluhkan Jalan Rusak dan Bau Busuk Limbah Pabrik
Dari pantauan di lapangan, perbaikan jalan tersebut tidak di tangani secara profesional. Pasalnya, meski setiap hari ada dua hingga lima orang yang melakukan perbaikan secara manual tidak akan menyelesaikan masalah. Bahkan penuturan sebagaian warga yang melintas, justru membahayakan pengguna jalan lantaran material yang digunakan para pekerja sukarela itu hanya menamabal dengan tanah kering dan debu.
"Jalan ini sudah lama rusak tapi belum mendapatkan perhatian, padahal kondisinya sangat parah sekali, " tutur Andri Wongso (32) salah seorang pengguna jalan, Sabtu (31/7/2021).
Menurutnya, kerusakan jalan penghubung antar kabupaten yakni, Kabupaten Pemalang dengan Kabupaten Purbalingga dan Purwokerto tersebut juga sering menimbulkan kecelakaan lalu lintas akibat jalannya terjal, lincin dan berkerikil.
"Kalau siang hari kita melintas di kawasan (ora umum.red) itu sangat membahaya bagi pengguna jalan khususnya sepeda motor, karena struktur jalan yang berlubang dan berdebu ini cukup panjang, " jelas Wongso.
Hal serupa juga dikeluhkan, Trimaningsih (37) pengguna jalan yang setiap harinya melintasi jalan ini berharap agar pemertintah melalui instansi terkait segera mengambil tindakan dan langkah-lankah perbaikan sehingga tidak ada lagi kasus kecelakaan di kemudian hari.
"Ya Allah saya kalau melintas di jalan ini harus ekstra hati-hati, karena sangat membahayakan sekali, saya pernah hampir terjatuh dari sepeda motor karena jalanan tidak rata dan bebatuan, " keluh Trinaningsi yang mengaku tinggal di Kelurahan Paduraksa tersebut.
Padahal, kata ibu dua anak ini, Jalan Raya DI Panjaitan merupakan akses utama dan berada di pusat kota Kabupaten Pemalang. Namun ironisnya, tidak kunjung diperbaiki hingga saat ini.
"Kan ini jalan Utama, di jalan ini ada kantor Kecamatan Pemalang, dan kantor pemerintahan lainya kok bisa yah dibiarkan rusak terus menerus, dan titiknya sangat banyak sekali yang rusak, " ucapnya dengan nada heran.
Baca juga : Masyarakat Muba Keluhkan Jalan Rusak dan Bau Busuk Limbah Pabrik
Dari pantauan di lapangan, perbaikan jalan tersebut tidak di tangani secara profesional. Pasalnya, meski setiap hari ada dua hingga lima orang yang melakukan perbaikan secara manual tidak akan menyelesaikan masalah. Bahkan penuturan sebagaian warga yang melintas, justru membahayakan pengguna jalan lantaran material yang digunakan para pekerja sukarela itu hanya menamabal dengan tanah kering dan debu.
(sms)