Soal Negative False pada Pasien COVID-19, Ini Penjelasan Humas Perhimpunan Rumah Sakit

Minggu, 25 Juli 2021 - 21:34 WIB
loading...
Soal Negative False pada Pasien COVID-19, Ini Penjelasan Humas Perhimpunan Rumah Sakit
Foto ilustrasi SINDOnews
A A A
BOGOR - Adanya kasus negative false pada pasien COVID-19 atau pasien yang menunjukkan hasil PCR negatif pada awal-awal pemeriksaan telah membuat masyarakat bingung. Terkait hal ini, Kepala Humas Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Anjari Umarjianto mengatakan, jika terjadi demikian, maka pemeriksaan PCR harus diulang beberapa hari kemudian.

“Jika ada pasien dengan gejala mengarah COVID-19 tetapi hasil pemeriksaan PCR ternyata negatif, harus diulang beberapa hari kemudian,” kata Anjari, Minggu, (25/07/2021).

Namun, lanjutnya, jika ditemukan PCR negatif, itu bukan berarti metode PCR-nya error. Sebab, ada banyak faktor yang mempengaruhinya. Satu diantaranya adalah belum terbentuknya zat antibody (masa inkubasi virus) pada saat pemeriksaan dilakukan.

Anjari menjelaskan, PCR atau polymerase chain reaction adalah metode deteksi virus COVID-19 yang paling akurat saat ini. Semua rumah sakit anggota PERSI yang menjadi rujukan COVID-19 menggunakan metode ini untuk menentukan status pasien yang diduga COVID-19.

Untuk menjadi rumah sakit rujukan COVID-19, jelasnya, sebuah rumah sakit harus melalui seleksi yang ketat. "Seleksi ini dilakukan menyangkut persyaratan yang harus dipenuhi seperti ketersediaan ahli patologi, petugas laboratorium, dan sarana parasarana lainnya sesuai standar yang sudah ditentukan Kementerian Kesehatan dan Satgas Penanganan COVID-19. Jadi tidak sembarang rumah sakit bisa jadi rujukan COVID-19,” bebernya.

Anjari menjelaskan hal ini terkait tudingan masyarakat bahwa rumah sakit sering memvonis COVID-19 pasien dengan motif keuntungan. Menurut Anjari, tudingan itu tidak masuk akal, mengingat pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun justeru membuat rumah sakit cukup kewalahan.

Jumlah tenaga kesehatan yang meninggal akibat COVID-19 lebih dari 1000 jiwa. Ini artinya banyak rumah sakit yang kehilangan tenaga kesehatannya. Belum lagi, tambahnya, banyaknya nakes yang harus isolasi akibat tertular COVID-19.

"Isolasi ini tentu akan mempengaruhi layanan kesehatan di rumah sakit. Nalar sehatnya dimana kalau dalam kondisi seperti itu masih ada yang tega menuding rumah sakit meng-Covidkan pasien,” pungkas Anjari.

Terkait hasil PCR negatif yang disorot publik, PERSI melakukan verifikasi berita yang beredar di lapangan. Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr Daeng M Faqih, SH, MH membenarkan bahwa dalam sejumlah kasus, seorang pasien COVID-19 tetap menunjukkan hasil PCR yang negatif. Kasus ini dalam dunia kedokteran disebut sebagai false negative.

Dokter Faqih mengatakan, baik IDI maupun PERSI berulangkali melakukan advokasi terhadap kelompok masyarakat yang memiliki pandangan keliru tersebut. “Miss persepsi, ada kesalahan pemahaman, jadi kewajiban kami untuk meluruskan,” jelasnya.
(don)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2439 seconds (0.1#10.140)