Banjir Pesanan, Perajin Peti Mati di Malang Malah Bersedih
loading...
A
A
A
MALANG - Kebutuhan peti mati untuk pasien COVID-19 yang meninggal dunia meningkat drastis selama pandemi terlebih saat PPKM Darurat. Meski meraup keuntungan lebih perajin peti mati merasa sedih, karena banyaknya pesanan menandakan semakin banyak warga yang meninggal karena wabah.
Menurut Antonius Budi Wantoro, perajin peti mati di Desa Kamatren, Sukun, Kota Malang setahun terakhir produksi peti yang dilakukannya meningkat drastis. "Namun disatu sisi kita juga merasa sedih. Karena dengan benyaknya pesanan berati banyak yang meninggal," ujar yang sudah puluhan tahun menggeluti usaha tersebut. Baca: Kasus COVID-19 Melonjak, Jawa Timur Defisit Oksigen.
Sehari-harinya galeri Budi memang nampak sibuk. Bahkan ia menambah karyawan, dari tiga pekerja menjadi sepuluh pekerja karena permintaan peti mati yang terus meningkat. "Selain permintaan rumah sakit, kita juga melayani pesanan pribadi. Kita bisa memproduksi hingga 50 peti sehari," pungkasnya. Baca Juga: Pemuda di Muba Ini Ajak Sepupu Perempuannya Mencuri Kambing.
Menurut Antonius Budi Wantoro, perajin peti mati di Desa Kamatren, Sukun, Kota Malang setahun terakhir produksi peti yang dilakukannya meningkat drastis. "Namun disatu sisi kita juga merasa sedih. Karena dengan benyaknya pesanan berati banyak yang meninggal," ujar yang sudah puluhan tahun menggeluti usaha tersebut. Baca: Kasus COVID-19 Melonjak, Jawa Timur Defisit Oksigen.
Sehari-harinya galeri Budi memang nampak sibuk. Bahkan ia menambah karyawan, dari tiga pekerja menjadi sepuluh pekerja karena permintaan peti mati yang terus meningkat. "Selain permintaan rumah sakit, kita juga melayani pesanan pribadi. Kita bisa memproduksi hingga 50 peti sehari," pungkasnya. Baca Juga: Pemuda di Muba Ini Ajak Sepupu Perempuannya Mencuri Kambing.
(nag)