PKH Siap Ambil Peran Tekan Angka Stunting di Kabupaten Maros
loading...
A
A
A
MAROS - Program Keluarga Harapan (PKH) siap mengambil peran untuk menekan tingginya angka stunting di Kabupaten Maros.
Koordinator PKH Kabupaten Maros Muhammad Agus MBJ menjelaskan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2020, data stunting di Kabupaten Maros berdasarkan pengukuran antropometri perbulan Februari, jumlah balita sekitar 26.897. Dari jumlah tersebut ada tercatat sekitar 4.208 orang yang mengalami stunting. Dari jumlah itu, 956 Balita dengan status sangat pendek (BDSSP), 3.252 Balita Dengan Status Pendek (BDSP).
Dari jumlah di atas, kata dia, beberapa kecamatan masih memiliki kasus stunting cukup tinggi, yakni Kecamatan Bontoa sebanyak 670, disusul Maros Baru dengan jumlah kasus 447. Sementara yang terendah berada di kecamatan Simbang yang hanya memiliki 13 kasus.
"Karenanya berdasarkan data stunting yang cukup tinggi inilah, 50 SDM PKH kabupaten Maros diikutsertakan pada diklat pelatihan dan penanganan stunting bagi SDM Kesos. Kita akan turut berperan dalam menekan angka stunting," terangnya.
Diketahui, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Anak dikategorikan mengalami stunting apabila tinggi badannya berada di bawah minus dua standar panjang deviasi panjang atau tinggi anak seumurannya.
Bupati Maros Chaidir Syam menuturkan, pihaknya mengapresiasi peranan PKH dalam menekan angka stunting di Maros. Apalagi penekanan angka stunting di Indonesia ini memang menjadi perhatian pemerintah pusat, bahkan telah masuk dalam visi misi Presiden Joko Widodo.
Dirinya mengungkap rasa terimakasih kepada SDM PKH yang turut membantu pemerintah dalam memutus mata rantai kemiskinan. Selain memberikan bantuan sosial, selanjutnya program yang tidak kalah baiknya ialah ayo kuliah, juga saat ini ialah program cegah stunting.
Koordinator PKH Kabupaten Maros Muhammad Agus MBJ menjelaskan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2020, data stunting di Kabupaten Maros berdasarkan pengukuran antropometri perbulan Februari, jumlah balita sekitar 26.897. Dari jumlah tersebut ada tercatat sekitar 4.208 orang yang mengalami stunting. Dari jumlah itu, 956 Balita dengan status sangat pendek (BDSSP), 3.252 Balita Dengan Status Pendek (BDSP).
Dari jumlah di atas, kata dia, beberapa kecamatan masih memiliki kasus stunting cukup tinggi, yakni Kecamatan Bontoa sebanyak 670, disusul Maros Baru dengan jumlah kasus 447. Sementara yang terendah berada di kecamatan Simbang yang hanya memiliki 13 kasus.
"Karenanya berdasarkan data stunting yang cukup tinggi inilah, 50 SDM PKH kabupaten Maros diikutsertakan pada diklat pelatihan dan penanganan stunting bagi SDM Kesos. Kita akan turut berperan dalam menekan angka stunting," terangnya.
Diketahui, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Anak dikategorikan mengalami stunting apabila tinggi badannya berada di bawah minus dua standar panjang deviasi panjang atau tinggi anak seumurannya.
Bupati Maros Chaidir Syam menuturkan, pihaknya mengapresiasi peranan PKH dalam menekan angka stunting di Maros. Apalagi penekanan angka stunting di Indonesia ini memang menjadi perhatian pemerintah pusat, bahkan telah masuk dalam visi misi Presiden Joko Widodo.
Dirinya mengungkap rasa terimakasih kepada SDM PKH yang turut membantu pemerintah dalam memutus mata rantai kemiskinan. Selain memberikan bantuan sosial, selanjutnya program yang tidak kalah baiknya ialah ayo kuliah, juga saat ini ialah program cegah stunting.
(agn)