Kebun Si Pintar Pemkab Lutra, Bangun Kepedulian Siswa Terhadap Lingkungan
loading...
A
A
A
“Nah, warga kurang mampu yang ada di sekitar lingkungan sekolah ini kemudian kita jadikan sebagai objek pembelajaran buat peserta didik agar materi peduli lingkungan sosial yang juga masuk kurikulum berbasis muatan lokal di sekolah serta kebun yang ada di lingkungan sekolah itu kita alihkan ke pekarangan rumah warga kurang mampu yang tentunya lebih membutuhkan untuk mendongkrak ekonomi mereka di tengah pandemi ,” ujar dia menambahkan.
Disebutkan Atto, kebun sekolah di rumah warga hanya objek pembelajaran. Intinya, kata dia, bagaimana menanamkan pendidikan karakter kepada anak-anak untuk peduli terhadap sesama
Lebih jauh ia mengatakan, materi peduli lingkungan sosial yang diajarkan guru sekolah baru sebatas teori di dalam kelas. Belum ada implementasi nyata seperti apa bentuk kepedulian tersebut di lingkungan mereka.
“Nah, kenapa ini harus dipraktekkan secara langsung, karena kita ingin membekali anak-anak kepedulian nyata di lapangan. Anak-anak tidak boleh diajar menghayal, tapi harus diajar secara nyata, bentuk peduli itu seperti apa,” imbuhnya.
Sementara itu, tim verifikasi KIPP Sulsel, Dermayana Arsal menyebut, inovasi ini seperti memindahkan praktek kuliah kerja nyata (KKN) dari perguruan tinggi ke sekolah dasar. Ada transfer ilmu di dalamnya. Anak SD bercocok tanam, hasilnya bukan lagi untuk guru, tetapi untuk warga kurang mampu . Tentu pelaku KKN bukan mahasiswa, melainkan anak-anak SD.
Ia pun menyarankan agar inovasi ini melibatkan stakeholder terkait lainnya, seperti Dinas Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian, biar tujuan dan sasarannya dapat terwujud dengan baik.
“Saya optimistis, inovasi ini bisa masuk top 30, asal dipertajam saja bahwa inovasi ini untuk pendidikan karakter anak dan bagian dari muatan lokal kurikulum kita. Penerima manfaatnya kan jelas, anak sekolah. Kalau warga kurang mampu yang nikmati hasilnya, itu dampak dari inovasi ini,” jelas dia.
Lihat Juga: Gelar Raker di Surabaya, APDFI Gandeng OBATApps Bahas Peningkatan Kualitas PT Farmasi Berbasis IKU
Disebutkan Atto, kebun sekolah di rumah warga hanya objek pembelajaran. Intinya, kata dia, bagaimana menanamkan pendidikan karakter kepada anak-anak untuk peduli terhadap sesama
Lebih jauh ia mengatakan, materi peduli lingkungan sosial yang diajarkan guru sekolah baru sebatas teori di dalam kelas. Belum ada implementasi nyata seperti apa bentuk kepedulian tersebut di lingkungan mereka.
“Nah, kenapa ini harus dipraktekkan secara langsung, karena kita ingin membekali anak-anak kepedulian nyata di lapangan. Anak-anak tidak boleh diajar menghayal, tapi harus diajar secara nyata, bentuk peduli itu seperti apa,” imbuhnya.
Sementara itu, tim verifikasi KIPP Sulsel, Dermayana Arsal menyebut, inovasi ini seperti memindahkan praktek kuliah kerja nyata (KKN) dari perguruan tinggi ke sekolah dasar. Ada transfer ilmu di dalamnya. Anak SD bercocok tanam, hasilnya bukan lagi untuk guru, tetapi untuk warga kurang mampu . Tentu pelaku KKN bukan mahasiswa, melainkan anak-anak SD.
Ia pun menyarankan agar inovasi ini melibatkan stakeholder terkait lainnya, seperti Dinas Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian, biar tujuan dan sasarannya dapat terwujud dengan baik.
“Saya optimistis, inovasi ini bisa masuk top 30, asal dipertajam saja bahwa inovasi ini untuk pendidikan karakter anak dan bagian dari muatan lokal kurikulum kita. Penerima manfaatnya kan jelas, anak sekolah. Kalau warga kurang mampu yang nikmati hasilnya, itu dampak dari inovasi ini,” jelas dia.
Lihat Juga: Gelar Raker di Surabaya, APDFI Gandeng OBATApps Bahas Peningkatan Kualitas PT Farmasi Berbasis IKU
(luq)