Hari Raya Nyepi, Gubernur Jatim Ajak Umat Hindu Berdoa Pandemi Segera Berlalu
loading...
A
A
A
SURABAYA - Umat Hindu di Indonesia merayakan Hari Raya Nyepi atau yang juga kerap disebut hari pergantian tahun Saka (Iskawarsa), Minggu (14/3/2021).
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menyebutkan ada hikmah penting yang bisa diresapi dari rangkaian ritual dan ibadah yang dilakukan di Hari Raya Nyepi. Dari pelaksanaan Nyepi, akan membentuk sesorang menjadi insan yang berkepribadian dharma.
"Dari rangkaian ritual dan ibadah yang dilakukan umat Hindu di Hari Raya Nyepi, mengajarkan kita bahwa pribadi yang baik adalah mereka yang mengabdikan dirinya untuk kebaikan diri sendiri dan orang lain. Dari rangkaian ritual di Hari Raya Nyepi, akan membentuk seseorang menjadi pribadi dharma dan menjauhi sifat-sifat adharma," tegas Khofifah.
Baca juga: Kemunculan Macan Putih Diyakini Berhubungan dengan Relief di Makam Raja Singasari Wisnuwardhana Candi Mleri
Bukan tanpa alasan, ritual yang paling akrab didengar masyarakat umum saat Hari Raya Nyepi adalah Catur Brata Penyepian. Yang terdiri atas amati geni, amati karya, amati lelungan, dan amati lelanguan. Di mana masing-masing ritual itu memiliki makna yang mendalam.
Yang pertama, dikatakan Gubernur Khofifah adalah amati geni. Amati geni diartikan dengan tidak boleh menggunakan atau menyalakan api serta tidak mengobarkan nafsu.
Baca juga: Pemprov Jawa Timur Larang PT SMN Eksploitasi Tambang Emas di Trenggalek
Kemudian selanjutnya ada amati karya yaitu tidak melakukan kegiatan atau pekerjaan. Dan amati lelungan yang berarti tidak bepergian dan digantikan dengan mawas diri. Serta amati lelanguan yakni tidak mengobarkan kesenangan, hiburan, dan sejenisnya.
"Empat ritual itu mewujudkan suasana yang tenang. Pada kondisi seperti itu, Umat Hindu melakukan perenungan pada tiga hal yang kerap disebut Trikaya. Yakni kayika yang berarti perbuatan, wacika alias perkataan, dan manacika yang artinya pikiran. Tiga hal itu merupakan lika-liku yang mengelilingi manusia," tandasnya.
Perenungan itu, ditegaskan Gubernur Khofifah, menjadi bagian dari mawas diri. Umat Hindu dengan khusyuk mengingat segala perbuatan yang pernah dilakukan. Lalu mengoreksi apa yang buruk, harus ditinggalkan. Lalu, apa yang baik dan bermanfaat bagi orang lain, harus ditingkatkan.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menyebutkan ada hikmah penting yang bisa diresapi dari rangkaian ritual dan ibadah yang dilakukan di Hari Raya Nyepi. Dari pelaksanaan Nyepi, akan membentuk sesorang menjadi insan yang berkepribadian dharma.
"Dari rangkaian ritual dan ibadah yang dilakukan umat Hindu di Hari Raya Nyepi, mengajarkan kita bahwa pribadi yang baik adalah mereka yang mengabdikan dirinya untuk kebaikan diri sendiri dan orang lain. Dari rangkaian ritual di Hari Raya Nyepi, akan membentuk seseorang menjadi pribadi dharma dan menjauhi sifat-sifat adharma," tegas Khofifah.
Baca juga: Kemunculan Macan Putih Diyakini Berhubungan dengan Relief di Makam Raja Singasari Wisnuwardhana Candi Mleri
Bukan tanpa alasan, ritual yang paling akrab didengar masyarakat umum saat Hari Raya Nyepi adalah Catur Brata Penyepian. Yang terdiri atas amati geni, amati karya, amati lelungan, dan amati lelanguan. Di mana masing-masing ritual itu memiliki makna yang mendalam.
Yang pertama, dikatakan Gubernur Khofifah adalah amati geni. Amati geni diartikan dengan tidak boleh menggunakan atau menyalakan api serta tidak mengobarkan nafsu.
Baca juga: Pemprov Jawa Timur Larang PT SMN Eksploitasi Tambang Emas di Trenggalek
Kemudian selanjutnya ada amati karya yaitu tidak melakukan kegiatan atau pekerjaan. Dan amati lelungan yang berarti tidak bepergian dan digantikan dengan mawas diri. Serta amati lelanguan yakni tidak mengobarkan kesenangan, hiburan, dan sejenisnya.
"Empat ritual itu mewujudkan suasana yang tenang. Pada kondisi seperti itu, Umat Hindu melakukan perenungan pada tiga hal yang kerap disebut Trikaya. Yakni kayika yang berarti perbuatan, wacika alias perkataan, dan manacika yang artinya pikiran. Tiga hal itu merupakan lika-liku yang mengelilingi manusia," tandasnya.
Perenungan itu, ditegaskan Gubernur Khofifah, menjadi bagian dari mawas diri. Umat Hindu dengan khusyuk mengingat segala perbuatan yang pernah dilakukan. Lalu mengoreksi apa yang buruk, harus ditinggalkan. Lalu, apa yang baik dan bermanfaat bagi orang lain, harus ditingkatkan.