Negara Eropa Buka Perbatasan, Berharap Ekonomi Bangkit Kembali

Senin, 18 Mei 2020 - 12:41 WIB
loading...
Negara Eropa Buka Perbatasan,...
Sejumlah anak-anak bermain dekat instalasi gajak raksasa saat pelonggaran lockdown di Les Machinesde lIle di Nantes, Prancis, kemarin. Foto/Reuters
A A A
ROMA - Italia segara membuka perbatasannya bagi wisatawan dari Eropa bulan depan sebagai upaya membangkitkan kembali perekonomian. Hal serupa juga dilakukan Austria, Prancis, Norwegia, Jerman, Polandia, Kroasia, hingga Yunani.

Perdana Menteri (PM) Italia Giuseppe Conte membeberkan langkah pelonggaran isolasi wilayah atau lockdown. Toko, bar, dan restoran akan kembali beroperasi pada hari ini. Masyarakat Italia juga diperbolehkan bepergian di wilayah mereka untuk bertemu teman ataupun keluarga. Gimnasium, kolam renang, dan pusat olahraga akan kembali dibuka pada 25 Mei, kemudian bioskop dan teater dibuka pada 15 Juni.

“Semua pelarangan bepergian dari dan ke negara-negara Uni Eropa (UE) akan dimulai pada 3 Juni dan tanpa perlu kewajiban isolasi diri,” kata PM Conte dilansir Reuters. Langkah itu bertujuan untuk menarik kunjungan wisatawan sehingga membangkitkan kembali sektor pariwisata di negara tersebut yang sekarat karena pandemi corona. (Baca juga: Tiga Negara Baltik Buka Perbatasan, pertama di Eropa)

Conte menegaskan, pencabutan larangan bepergian itu dilakukan dengan perhitungan risiko. “Kita menghadapi risiko dan kita menerima menerimanya karena kita tidak bisa memulai lagi,” ujarnya. Dia mengungkapkan, masyarakat bisa pergi ke mana pun mereka pergi, berbelanja, ke gunung, ke danau, ataupun pergi ke pantai.

Pengumuman itu berlangsung setelah jumlah korban meninggal turun menjadi 153 pada Sabtu lalu. Itu menjadi titik terendah sejak 9 Maret lalu. Jumlah korban meninggal karena positif virus korona di Italia mencapai 31.800 orang. Tingkat penularan di Italia merosot drastis. Begitu pula dengan angka kematian.

“Angka-angka ini mendorong pemberlakukan serangkaian pelonggaran lockdown dengan risiko yang diperhitungkan. Kami menempuh risiko yang diperhitungkan mengingat kurva penularan bisa naik lagi,” kata Conte. “Kami harus menerimanya, sebab kalau tidak demikian, kami mungkin tidak bisa memulai lagi,” ujarnya.

Italia juga menjadi negara pertama di Eropa yang memberlakukan lockdown di seantero wilayah saat kasus Covid-19 muncul di kawasan utara pada Februari lalu. (Baca juga:Virus Corona Menggila, Moskow Luncurkan Program Tes Antibodi Massal)

Conte menegaskan, negaranya tidak bisa menunggu sampai vaksin ditemukan, karena Italia bakal mengalami perekonomian dan struktur sosial yang rusak parah. Sejumlah daerah di Italia telah menyerukan pelonggaran lebih drastis, namun PM Conte mengatakan, pelonggaran akan dilakukan bertahap guna menghindari gelombang penularan kedua.

Toko-toko dan restoran akan kembali dibuka pada Senin hari ini, dengan syarat menjaga jarak aman. Gereja-gereja juga bersiap memulai kembali ibadah pada hari yang sama, namun jemaat diharuskan menjaga jarak dan memakai masker. Agama-agama lain juga dipersilakan menunaikan ibadah masing-masing. “Jika kamu mencintai Italia, jaga jarakmu,” ujarnya.

Di Italia, orang-orang yang meninggal di rumah atau fasilitas perawatan tidak disertakan dalam hitungan nasional sehingga banyak yang percaya tingkat kematian dan infeksi sebenarnya bisa jadi lebih tinggi dari angka resmi. (Baca juga:Ganasnya Virus Corona di Belanda Hingga Anjing dan Kucing Ikut Terinfeksi)

Di Spanyol, pemerintah memilih membuka perbatasan untuk menarik kunjungan wisata asing. Namun, wisatawan tetap diwajibkan mengarantina mandiri selama 14 hari. Akses masuk wisatawan hanya diberikan kelima bandara dan delapan pelabuhan laut.

Total angka kematian di Spanyol mencapai lebih dari 27.000 orang. Pada Sabtu (2/5), orang dewasa bisa berolahraga di luar ruangan untuk pertama kalinya dalam tujuh minggu. Karantina wilayah dilonggarkan untuk anak di bawah 14 tahun pada minggu lalu. (Baca juga: Slovenia, negara Eropa Pertama yang Umumkan Wabah Corona Berakhir)

Perdana Menteri Pedro Sanchez mengatakan, Spanyol ‘menuai’ penghargaan dari pengorbanan yang dilakukan selama lockown, yang disebut salah satu negara paling ketat menerapkan lockdown di Eropa. Sejak awal April lalu, masker akan diwajibkan pada transportasi umum dan beberapa usaha kecil, seperti penata rambut akan buka dengan pemesanan terlebih dahulu.

Di Prancis, perbatasan tetap ditutup hingga 15 Juni mendatang. Mereka yang diperbolehkan masuk ke Prancis adalah mereka bekerja dan tinggal di negara tersebut. Warga dari negara Eropa juga tidak perlu menjalani karantina mandiri ketika baru tiba di Prancis.

Jumlah kematian baru di Prancis mencapai angka terendah selama satu bulan terakhir. Sementara itu, seorang kepala perawatan intensif di wilayah Paris mengatakan kepada media setempat bahwa virus korona tercatat di Prancis pada 27 Desember 2019, sebulan sebelum kasus pertama dikonfirmasi.

Yves Cohen mengatakan kepada BFMTV bahwa timnya telah meninjau ulang tes yang hasilnya negatif untuk flu dan virus korona lain pada 24 pasien, yang dirawat di rumah sakit karena masalah pernapasan pada Desember dan Januari lalu. “Dari 24 pasien, kami memiliki satu hasil positif untuk Covid-19 pada 27 Desember ketika dia berada di rumah sakit,” katanya.

Anak-anak direncanakan kembali ke sekolah secara bertahap, beberapa bisnis akan dibuka kembali, dan orang-orang akan bisa melakukan perjalanan dalam jarak 100 kilometer dari rumah mereka tanpa perlu membawa dokumen resmi yang menjelaskan maksud pergerakan mereka.

Namun, Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran mengatakan, kebijakan itu akan tergantung pada penurunan jumlah infeksi baru, terutama di daerah yang paling parah terkena dampak, seperti wilayah Paris dan timur laut Prancis. Prancis juga mengklarifikasi bahwa aturan yang mengharuskan siapa pun memasuki negara itu untuk diisolasi selama 14 hari tidak berlaku untuk orang yang datang dari negara-negara UE, wilayah Schengen atau Inggris.

Sebelumnya, saat Prancis mencatat lebih dari 20.000 kematian terkait virus korona, direktur kesehatan negara itu Jerome Salomon mengatakan jumlah itu “simbolis dan menyakitkan”. “Malam ini, negara kita melewati tonggak simbolis yang menyakitkan,” ujarnya. (Baca juga: Jepang Mulai Keluar dari Darurat Virus, Tokyo Masuki 'Normal Baru')

Untuk Jerman, Kementerian Dalam Negeri membuka perlintasan perbatasan dengan Austria, Swiss, dan Prancis pada Sabtu lalu dengan protokol kesehatan ketat. Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maaas juga meminta Polandia dan Republik Ceko membuka perbatasan untuk memudahkan pergerakan barang dan manusia.

“Kita tidak akan memeriksa perbatasan dengan Prancis, Austria, dan Swiss,” kata Maaas dilansir Reuters. Jerman juga membuka perbatasan dengan Luxembourg dan Denmark.
(don)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1416 seconds (0.1#10.140)