Tagar Trending, Merapi Tak Pernah Ingkar Janji Kembali Terdengar

Rabu, 27 Januari 2021 - 17:32 WIB
loading...
Tagar Trending, Merapi Tak Pernah Ingkar Janji Kembali Terdengar
Merapi Tak Pernah Ingkar Janji, kalimat itulah yang banyak dituliskan warganet melalui tagar #Merapi di media sosial twitter, Rabu (27/1/2021). lebih dari 3.400 warganet bahas erupsi dan berdoa. Foto Dok SINDOnews
A A A
YOGYAKARTA - "Merapi Tak Pernah Ingkar Janji", kalimat itulah yang banyak dituliskan warganet melalui tagar #Merapi di media sosial twitter, Rabu (27/1/2021). lebih dari 3.400 warganet bahas erupsi dan berdoa melalui tagar #Merapi. Gunung Merapi sendiri saat ini tengah erupsi dan menjadi trending.

Saat meletus 2010, Gunung Merapi yang menelan korban 26 orang termasuk juru kunci Mbah Marijan juga telah menyisakan museum milik warga yang dikenal museum sisa hartaku. Disaana juga terlihat tulisan "Merapi Tak Pernah Ingkar Janji".

Merapi tak pernah ingkar janji seperti sebuah ungkapan yang kerap dilontarkan ketika membicarakan gunung yang membentang di perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah ini.

Lalu sebenarnya bagaimana asal usul ungkapan itu?

Setelah ditelusuri, ungkapan tersebut merupakan plesetan dari film era 80-an yang berjudul "Merpati Tak Pernah Ingkar Janji" yang dibintangi Adi Bing Slamet dan Paramitha Rusady.

Ungkapan Merapi Tak Pernah Ingkar Janji diketahui menggambarkan kondisi Gunung Merapi yang terus bergejolak di setiap periode dan dimulai sejak abad 16 kegiatan Merapi mulai kontinyu. Dalam sejarahnya proses letusan Gunung Merapi melewati beberapa siklus.

Siklus pendek letusan terjadi setiap 2 sampai 5 tahun dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali.Siklus terpanjang pernah tercatat setelah mengalami istirahat selama lebih 30 tahun, terutama pada masa awal keberadaannya sebagai gunung api.

Memasuki abad 16, catatan kegiatan Merapi mulai kontinyu dan terlihat bahwa, siklus terpanjang pernah dicapai selama 71 tahun ketika jeda antara tahun 1587 sampai 1658.

Setiap gunung berapi di dunia mempunyai karakter masing-masing. Merapi sendiri masuk dalam tipe Merapi. Tipe ini dicirikan munculnya awan panas atau aliran piroklastik atau istilah lokalnya wedhus gembel. Terbentuknya awan panas tersebut dibedakan atas 2 macam, masing-masing awan panas letusan dan awan panas guguran.

Sejak 1984 teknologi pengamatan gunung api berkembang pesat dan sinyal data dapat dikirim melalui pemancar radio (radio telemetry) maka sejak saat itu gejala awal letusan lebih akurat karena semua sensor dapat ditempatkan sedekat mungkin dengan pusat kegiatan tergantung kekuatan pemancar yang dipergunakan, secara normal dapat menjangkau hingga jarak antara 25 sampai 40 km.

Baca: Selama 3 Jam, Merapi Semburkan Awan Panas 12 Kali dan Hujan Abu Guyur Boyolali


Hampir setiap letusan Gunung Merapi, terutama sejak diamati dengan seksama yang dimulai tahun 80-an, selalu diawali dengan gejala yang jelas. Secara umum peningkatan kegiatan lazimnya diawali dengan terekamnya gempa bumi vulkanik disusul kemudian munculnya gempa vulkanik-dangkal sebagai realisasi migrasinya fluida ke arah permukaan.

Ketika kubah mulai terbentuk, gempa fase banyak (MP) mulai terekam diikuti dengan makin besarnya jumlah gempa guguran akibat meningkatnya guguran lava. Dalam kondisi demikian, tubuh Merapi mulai terdesak dan mengembang yang dimonitor dengan pengamatan deformasi (PVMBG).

Kemajuan teknologi informasi dan media sejak 2000 ikut meramaikan suasana hiruk pikuknya aktivitas letusan Merapi. keberadaan media saat ini betul-betul menginformasikan secara detail kondisi letusan, korban dan kepanikan serta memunculkan sosok Mbah Marijan.

Mbah Marijan merupakan tokoh masyarakat biasa yang ditugasi Sultan Hamengkubuwono IX untuk menjaga Merapi dan karena ketekunannya, keteguhannya dalam menjalankan tugas beliau dipercaya masyarakat di sekitar Merapi.

Media mengekplorasi secara besar-besaran terhadap. kesaktian Mbah Marijan. Sehingga saat terjadi letusan 2006 dan penduduk sebagian besar sudah diungsikan, Mbah Marijan tetap tidak mau mengungsi. Ternyata, letusan 2006 tidak mengenai Mbah Marijan sehingga waktu itu muncul prediksi bahwa yang dilakukan PVMBG kurang tepat. Pada 2010 terjadi lagi, namun kali ini Desa Kinah Rejo dilewati wedhus gembel dan menyebabkan korban meninggal lebih dari 10 orang termasuk Mbah Marijan.
(sms)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1402 seconds (0.1#10.140)