Tanggul Sungai Bah Hapal Jebol, 6 Desa di Kabupaten Batubara Terendam Banjir

Jum'at, 15 Januari 2021 - 01:38 WIB
loading...
Tanggul Sungai Bah Hapal Jebol, 6 Desa di Kabupaten Batubara Terendam Banjir
Warga enam desa di Kecamatan Laut Tador, Kabupaten Batubara, kebanjiran akibat jebolnya tanggul Sungai Bah Hapal di Kabupaten Simalungun. Foto/SINDOnews/Fadly Pelka
A A A
BATUBARA - Tanggul Sungai Bah Hapal di Sei Titi Merah, Desa Perkebunan Tanjung Kasau, Kecamatan Laut Tador, dan Desa Bandar Rawa, Kabupaten Simalungun, jebol sepanjang lebih dari 20 meter . Jebolnya tanggul ini akibat guyuran hujan deras di wilayah Kabupaten Simalungun.



Akibat tanggul jebol tersebut, air melimpah hingga ratusan hektare lahan perkebunan kelapa sawit milik masyarakat dan PTSU Tanjung Kasau. Luapan air juga masuk ke pemukiman warga di enam desa yang ada di Kecamatan Laut Tador, Kabupaten Batubara.

Mendapat informasi tersebut, Asisten II Sekda Kabupaten Batubara, Sahala Nainggolan yang juga Plt. Kepala BPBD Kabupaten Batubara, langsung turun ke lokasi, Kamis (14/1/2021) sekitar pukul 17.00 WIB.



Pada saat peninjauan, Sahala menyaksikan langsung derasnya luapan banjir Sei Bah Hapal yang terus semakin tinggi dan mulai menggenangi permukiman warga . Air di permukiman warga mencapai ketinggian 20-40 cm.

Melihat kondisi tersebut, Sahala berjanji akan segera berkoordinasi dengan instansi terkait serta menurunkan peralatan yang dibutuhkan.



Luapan banjir mengakibatkan warga Desa Dewi Sri, Perkebunan Tanjung Kasau, Laut Tador, dan tiga desa tetangga was-was luapan banjir tinggi semakin merendam rumah dan lahan pertanian mereka.

Selain mulai merendam permukiman warga, air juga menggenangi akses jalan penghubung Kabupaten Batubara, dengan Kabupaten Simalungun. Meski begitu, warga masih mencoba bertahan di kediaman masing-masing, karena hingga saat ini belum tersedia titik pengungsian.

Kepada wartawan, Desi salah seorang warga Desa Perkebunan Tanjung Kasau, mengatakan, sebelum banjir saat ini serangan banjir sudah lama tidak terjadi. "Terakhir banjir kalau tidak salah sekitar 20 tahun lalu," tuturnya.



Disebutkannya, ketinggian permukaan air banjir saat ini masih terus meningkat. "Pastinya kami kawatir kalau air terus naik. Takutnya lagi, malam makin naik tinggi muka airnya," katanya. Warga yang panik melihat air menerjang rumahnya, berusaha membendung dan menguras air yang terus masuk ke rumah mereka secara manual.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1189 seconds (0.1#10.140)