Hidup dari Menjual Tulisan, Fauzan Kini Jadi Ketua Fraksi dan Bendahara PKB Jatim

Kamis, 14 Januari 2021 - 18:08 WIB
loading...
Hidup dari Menjual Tulisan, Fauzan Kini Jadi Ketua Fraksi dan Bendahara PKB Jatim
Politik menjadi ruang bagi milenial untuk mengeluarkan pemikirannya dan duduk di pucuk pimpinan partai. Seperti Ketua Fraksi PKB DPRD Jatim Fauzan Fuadi. Foto/SINDOnews/Aan Haryono
A A A
SURABAYA - Politik menjadi ruang bagi milenial untuk mengeluarkan pemikirannya. Mereka tak hanya menjadi partisipan biasa, berbagai posisi dipucuk pimpinan partai politik maupun alat kelengkapan juga dimasuki dengan cara mereka yang lebih cepat dan elegan.

Baca juga: PKB Desak Tokoh Agama Masuk Prioritas Vaksin COVID-19

Mereka memberikan warna tersendiri dalam dinamika politik yang terkesan keras. Melalui semangat milenial, politik kini lebih dinamis, santun dan bisa diterima oleh berbagai kelompok umur.

Baca juga: Lamongan Berduka, Empat Dokter Telah Gugur Terpapar COVID-19

Fauzan Fuadi, Ketua Fraksi PKB DPRD Jatim membuktikan tantangan itu ketika mengawali karir politiknya di usia yang relatif muda. Bahkan kini dirinya juga diberikan tugas partai sebagai Bendahara DPW PKB Jatim dalam Musyawarah Wilayah (Muswil) DPW PKB Jatim beberapa hari lalu.

Berangkat dari kematangan diri ketika menjadi mahasiswa, pria kelahiran Lamongan, 13 Maret 1981 ini sudah memahami politik sejak dini. Kematangannya terbentuk di jalanan ketika masih menempuh pendidikan. Langkah terjal pun dilalui dalam berbagai dinamika kehidupan yang keras.

Alumni Ponpes Qomarudin Sampurnan Bungah, Gresik ini sempat mengenyam pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada tahun 2000. Karena terkendala biaya, kuliah itu pun terhenti pada 2005. Namun, karena keinginan yang kuat, proses pendidikan itu dilanjutkan kembali pada 2012.

Untuk bisa bertahan hidup di Malang, sehari-hari Fauzan pernah mengantungkan kehidupan dari menjual tulisan. Berbagai pemikiran dituangkan menjadi opini dan dikirim ke berbagai media. Dari honor penulisan itu, ia bisa menyambung kehidupan dan melanjutkan kembali kuliahnya.

“Dulu dapat honor Rp50 ribu sudah senang sekali. Bisa buat makan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari,” kata Fauzan, Kamis (14/1/2021).

Setiap malam ia selalu bergadang, menulis rangkaian opini yang disusunnya secara rapi. Pagi hari, ia bergegas mengirimnya ke kantor redaksi berbagai media. Ia belum bisa makan ketika belum ada kabar pengiriman honor. Perutnya seperti memahami betul bagaimana kondisinya waktu itu.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0860 seconds (0.1#10.140)