Hasil Studi Sebut Remaja Lebih Mudah Terpapar COVID-19 Varian Baru
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Hasil studi yang dilakukan oleh para peneliti di Imperial College London menemukan bahwa remaja yang berusia dibawah 20 tahun lebih mudah terpapar varian baru Covid-19 atau yang disebut B.1.1.7. Ini diidentifikasikan dalam studi sebagai Variant of Concern atau VOC.
Varian baru Covid-19 yang awalnya ditemukan di Inggris ini diketahui memiliki risiko penularan yang lebih cepat, meski sampai sekarang tidak ada bukti bahwa virus baru tersebut lebih mematikan atau resisten terhadap vaksin dan pengobatan.
Dilansir dari Fox News, menurut peneliti, data yang tersedia menunjukkan bahwa pergeseran komposisi usia dari kasus yang dilaporkan, dengan bagian yang lebih besar di bawah usia 20 tahun di antara VOC yang dilaporkan dibandingkan kasus non-VOC.
Namun, para peneliti mengatakan bahwa terlalu dini untuk menentukan mekanisme di balik perubahan ini. Hal itu bisa saja dipengaruhi, sebagian, oleh varian yang menyebar bertepatan dengan periode di mana pembatasan wilayah diberlakukan tetapi sekolah dibuka.
Berdasarkan siaran pers yang dirilis, penelitian lebih lanjut sedang berlangsung pada sifat spesifik dari setiap perubahan dalam bagaimana virus mempengaruhi kelompok usia ini.
Tidak seperti Covid-19 , B.1.1.7 lebih mungkin menginfeksi anak-anak, menurut penelitian tersebut. Profesor Neil Ferguson, seorang ilmuwan di Imperial College London dan seorang penulis studi, pada bulan Desember juga mengungkapkan kekhawatiran ini.
Saat itu, Ferguson memperingatkan bahwa analisis awal mengisyaratkan bahwa B.1.1.7 memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk menginfeksi anak-anak. Jika itu benar, maka ini menjelaskan proporsi yang signifikan, bahkan sebagian besar, dari peningkatan transmisi yang terlihat.
Lihat Juga: Kemenkes Pastikan Varian Covid-19 KP yang Menyerang Singapura Belum Ditemukan di Indonesia
Varian baru Covid-19 yang awalnya ditemukan di Inggris ini diketahui memiliki risiko penularan yang lebih cepat, meski sampai sekarang tidak ada bukti bahwa virus baru tersebut lebih mematikan atau resisten terhadap vaksin dan pengobatan.
Dilansir dari Fox News, menurut peneliti, data yang tersedia menunjukkan bahwa pergeseran komposisi usia dari kasus yang dilaporkan, dengan bagian yang lebih besar di bawah usia 20 tahun di antara VOC yang dilaporkan dibandingkan kasus non-VOC.
Namun, para peneliti mengatakan bahwa terlalu dini untuk menentukan mekanisme di balik perubahan ini. Hal itu bisa saja dipengaruhi, sebagian, oleh varian yang menyebar bertepatan dengan periode di mana pembatasan wilayah diberlakukan tetapi sekolah dibuka.
Berdasarkan siaran pers yang dirilis, penelitian lebih lanjut sedang berlangsung pada sifat spesifik dari setiap perubahan dalam bagaimana virus mempengaruhi kelompok usia ini.
Tidak seperti Covid-19 , B.1.1.7 lebih mungkin menginfeksi anak-anak, menurut penelitian tersebut. Profesor Neil Ferguson, seorang ilmuwan di Imperial College London dan seorang penulis studi, pada bulan Desember juga mengungkapkan kekhawatiran ini.
Saat itu, Ferguson memperingatkan bahwa analisis awal mengisyaratkan bahwa B.1.1.7 memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk menginfeksi anak-anak. Jika itu benar, maka ini menjelaskan proporsi yang signifikan, bahkan sebagian besar, dari peningkatan transmisi yang terlihat.
Lihat Juga: Kemenkes Pastikan Varian Covid-19 KP yang Menyerang Singapura Belum Ditemukan di Indonesia
(agn)