Aliansi Kebangsaan Gelar FGD Bahas Pengembangan Teknologi Sektor Kelautan
loading...
A
A
A
BOGOR - Aliansi Kebangsaan menggelar focus group discussion ( FGD ) secara virtual sebagai rangkaian dari “Diskusi Serial Kebangsaan” dalam ranah tata nilai, tata kelola, dan tata sejahtera yang dilaksanakan sejak Maret 2019 yang lalu.
“Dalam FGD hari ini, kami akan memperdalam seputar isu penguasaan dan pengembangan teknologi dalam rangka penguatan sektor kelautan dan kemaritiman. Diskusi dalam ranah tata sejahtera (material teknologikal) yang sudah dilaksanakan beberapa kali sebelum ini, diselenggarakan atas kerjasama Aliansi Kebangsaan, Forum Rektor Indonesia, Akademi Ilmu Pengetahun Indonesia (AIPI), dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI),” kata Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo, Jumat (27/11/2020). (Baca juga: FGD Aliansi Kebangsaan Ingatkan Kembali Pentingnya Haluan Negara )
Menurut dia, topik yang akan kita diskusikan kali ini, merupakan isu yang sangat penting dan strategis, karena menyangkut pengelolaan laut yang sudah dicanangkan sebagai masa depan bangsa Indonesia. Kita patut bersyukur, Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah di sektor kelautan dan kemaritiman. (Baca juga: Aliansi Kebangsaan Gelar FGD Virtual Gerakan Tranformasi Menuju Ekonomi Pengetahuan )
Dengan luas lautan sekitar 62,9% dari seluruh wilayah Indonesia, kata dia, laut kita menyimpan 37% spesies sumber daya hayati dunia, 17,75% terumbu karang dunia, 30% hutan bakau, dan padang lamun. Laut Indonesia juga menyimpan sejumlah energi terbarukan seperti panas air laut, gelombang laut, arus laut, serta sumber daya energi tidak terbarukan seperti minyak dan gas bumi. Diperkirakan, potensi ini bisa mencapai US$1.338 miliar atau Rp19,6 triliun per tahun (KKP, 2020).
“Dengan potensi kekayaan laut seperti itu, sektor kelautan dan kemaritiman seharusnya bisa menjadi pendorong perekonomian dan menjaga ketahanan pangan secara nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia,” kata Pontjo.
Namun sayangnya, kata dia, potensi tersebut belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dapat kita lihat dari kontribusi sektor kelautan dan perikanan yang baru menyumbang sekitar 3,7% terhadap Produk Domestik Bruto.
“Angka tersebut masih dikatagorikan rendah jika dibandingkan dengan negara lain yang memiliki laut lebih kecil seperti Jepang, Korea Selatan, maupun Vietnam yang memiliki kontribuasi sektor kelautan antara 48% sampai dengan 57% terhadap growth domesica product (GDP)," kata dia.
“Dalam FGD hari ini, kami akan memperdalam seputar isu penguasaan dan pengembangan teknologi dalam rangka penguatan sektor kelautan dan kemaritiman. Diskusi dalam ranah tata sejahtera (material teknologikal) yang sudah dilaksanakan beberapa kali sebelum ini, diselenggarakan atas kerjasama Aliansi Kebangsaan, Forum Rektor Indonesia, Akademi Ilmu Pengetahun Indonesia (AIPI), dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI),” kata Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo, Jumat (27/11/2020). (Baca juga: FGD Aliansi Kebangsaan Ingatkan Kembali Pentingnya Haluan Negara )
Menurut dia, topik yang akan kita diskusikan kali ini, merupakan isu yang sangat penting dan strategis, karena menyangkut pengelolaan laut yang sudah dicanangkan sebagai masa depan bangsa Indonesia. Kita patut bersyukur, Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah di sektor kelautan dan kemaritiman. (Baca juga: Aliansi Kebangsaan Gelar FGD Virtual Gerakan Tranformasi Menuju Ekonomi Pengetahuan )
Dengan luas lautan sekitar 62,9% dari seluruh wilayah Indonesia, kata dia, laut kita menyimpan 37% spesies sumber daya hayati dunia, 17,75% terumbu karang dunia, 30% hutan bakau, dan padang lamun. Laut Indonesia juga menyimpan sejumlah energi terbarukan seperti panas air laut, gelombang laut, arus laut, serta sumber daya energi tidak terbarukan seperti minyak dan gas bumi. Diperkirakan, potensi ini bisa mencapai US$1.338 miliar atau Rp19,6 triliun per tahun (KKP, 2020).
“Dengan potensi kekayaan laut seperti itu, sektor kelautan dan kemaritiman seharusnya bisa menjadi pendorong perekonomian dan menjaga ketahanan pangan secara nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia,” kata Pontjo.
Namun sayangnya, kata dia, potensi tersebut belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dapat kita lihat dari kontribusi sektor kelautan dan perikanan yang baru menyumbang sekitar 3,7% terhadap Produk Domestik Bruto.
“Angka tersebut masih dikatagorikan rendah jika dibandingkan dengan negara lain yang memiliki laut lebih kecil seperti Jepang, Korea Selatan, maupun Vietnam yang memiliki kontribuasi sektor kelautan antara 48% sampai dengan 57% terhadap growth domesica product (GDP)," kata dia.
(nth)