Pengungsi Gunung Merapi di Magelang Bertambah 14 Orang
loading...
A
A
A
MAGELANG - Sebanyak enam warga Dusun Babadan 2, Desa Paten dan delapan warga Dusun Ngandong, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang kembali mengungsi ke tempat evakuasi akhir (TEA). Saat ini jumlah total pengungsi sebanyak 639 jiwa.
Mereka ditempatkan di enam titik TEA yang tersebar di Kecamatan Muntilan, Mertoyudan dan Mungkid. Ratusan pengungsi tersebut terdiri dari warga Dusun Babadan 1, Desa Paten sebanyak 286 jiwa yang mengungsi di TEA Desa Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan; warga Dusun Babadan 2 sebanyak 133 jiwa yang ditempatkan di TEA Desa Mertoyudan, Kecamatan Mertoyudan.
(Baca juga: 12 Jam Terjadi 20 Gempa Guguran di Merapi, Dua Kali Gemuruh Terdengar di Babadan )
Kemudian warga Desa Krinjing yang terdiri dari 24 warga Dusun Trono yang mengungsi di Gedung Balai Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan; 42 warga Dusun Pugeran di Gedung Balai Desa Deyangan dan 53 warga Dusun Trayem di Gedung Balai Desa Deyangan. Warga Dusun Ngandong, Desa Ngargomulyo 31 jiwa yang mengungsi di Gedung TEA Tamanagung, Kecamatan Muntilan.
Serta 38 orang warga Dusun Banaran dan 32 orang warga Dusun Gondangrejo, Desa Keningar yang mengungsi di Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid.
Sebelumnya, Bupati Magelang Zaenal Arifin mengatakan, pendataan pengungsian Gunung Merapi harus mengedepankan kemajuan teknologi, termasuk data hewan ternak. Digitalisasi data pengungsian ini diterapkan agar pendataan pengungsian Gunung Merapi bisa cepat dan akurat.
(Baca juga: 95 ASN di Jateng Terindikasi Tak Netral Selama Pilkada )
"Saya sudah berdiskusi dengan Kominfo kaitannya dengan digitalisasi. Salah satunya adalah dengan pemberian barcode pada hewan ternak yang nantinya akan ikut diungsikan. Sebab punya siapa, dimana, bagaimana kondisinya, diungsikan di pasar mana juga harus jelas," kata Zaenal Arifin, Kamis (10/12/2020).
Selain itu, kata Zaenal, pengungsian warga juga harus didata melalui digital "Pengungsi dari mana, larinya kemana, kebutuhannya apa, datanya harus tepat dan akurat. Ini yang mesti harus didorong agar kita bisa lebih maksimal lagi dalam menangani kalau terjadi erupsi," ujarnya.
Selain hewan ternak, lanjut Zaenal, ada kelompok rentan yang juga perlu mendapatkan perhatian khusus antara lain, orang tua (manula), ibu hamil, ibu menyusui, anak-anak, dan disabilitas. Ia meminta melalui aplikasi Janoko yang telah dibuat oleh Dinas Kominfo itu juga dapat mengcover data terkait pengungsi kelompok rentan tersebut
Mereka ditempatkan di enam titik TEA yang tersebar di Kecamatan Muntilan, Mertoyudan dan Mungkid. Ratusan pengungsi tersebut terdiri dari warga Dusun Babadan 1, Desa Paten sebanyak 286 jiwa yang mengungsi di TEA Desa Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan; warga Dusun Babadan 2 sebanyak 133 jiwa yang ditempatkan di TEA Desa Mertoyudan, Kecamatan Mertoyudan.
(Baca juga: 12 Jam Terjadi 20 Gempa Guguran di Merapi, Dua Kali Gemuruh Terdengar di Babadan )
Kemudian warga Desa Krinjing yang terdiri dari 24 warga Dusun Trono yang mengungsi di Gedung Balai Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan; 42 warga Dusun Pugeran di Gedung Balai Desa Deyangan dan 53 warga Dusun Trayem di Gedung Balai Desa Deyangan. Warga Dusun Ngandong, Desa Ngargomulyo 31 jiwa yang mengungsi di Gedung TEA Tamanagung, Kecamatan Muntilan.
Serta 38 orang warga Dusun Banaran dan 32 orang warga Dusun Gondangrejo, Desa Keningar yang mengungsi di Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid.
Sebelumnya, Bupati Magelang Zaenal Arifin mengatakan, pendataan pengungsian Gunung Merapi harus mengedepankan kemajuan teknologi, termasuk data hewan ternak. Digitalisasi data pengungsian ini diterapkan agar pendataan pengungsian Gunung Merapi bisa cepat dan akurat.
(Baca juga: 95 ASN di Jateng Terindikasi Tak Netral Selama Pilkada )
"Saya sudah berdiskusi dengan Kominfo kaitannya dengan digitalisasi. Salah satunya adalah dengan pemberian barcode pada hewan ternak yang nantinya akan ikut diungsikan. Sebab punya siapa, dimana, bagaimana kondisinya, diungsikan di pasar mana juga harus jelas," kata Zaenal Arifin, Kamis (10/12/2020).
Selain itu, kata Zaenal, pengungsian warga juga harus didata melalui digital "Pengungsi dari mana, larinya kemana, kebutuhannya apa, datanya harus tepat dan akurat. Ini yang mesti harus didorong agar kita bisa lebih maksimal lagi dalam menangani kalau terjadi erupsi," ujarnya.
Selain hewan ternak, lanjut Zaenal, ada kelompok rentan yang juga perlu mendapatkan perhatian khusus antara lain, orang tua (manula), ibu hamil, ibu menyusui, anak-anak, dan disabilitas. Ia meminta melalui aplikasi Janoko yang telah dibuat oleh Dinas Kominfo itu juga dapat mengcover data terkait pengungsi kelompok rentan tersebut
(msd)