Surat Edaran Pj Wali Kota Makassar Berisi Teknis Pemilihan Dipertanyakan
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Penjabat Wali Kota Makassar, Prof Rudy Djamaluddin, mengeluarkan surat edaran (SE) kepada camat se-Kota Makassar. SE perihal imbauan tersebut berisi teknis pemilihan Pilwalkot Makassar sehingga dinilai melampaui kewenangan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Liasson Officer (LO) Irman Yasin Limpo-Andi Zunnun Armin NH, Ardiansyah mempertanyakan dan memprotes keras munculnya surat edaran tersebut. Apalagi, isinya sangat berlawan dengan Peraturan KPU dan Permendagri, bahkan berpotensi mengacaukan di Tempat Pemungutan Suara (TPS). (Baca juga: Timpora Makassar Ikut Lakukan Pengamanan Pilkada Serentak)
"Surat edaran yang dikeluarkan Pj Wali Kota ini melampaui kewenangan KPU. Bahkan berpotensi memicu keributan antara pemilih dan penyelenggara," kata Ardiansyah Arsyad, Selasa (8/12/2020).
Ada beberapa poin di surat edaran yang dipersoalkan Ardiansyah. Pertama, disebutkan di surat edaran bahwa bagi warga yang telah terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan mendapat undangan memilih, dapat menggunakan hak pilihnya pada pukul 07.00 Wita s/d 13.00 Wita, dengan membawa KTP elektronik/suket.
"Pada intinya, suket yang berlaku hanya per Bulan November ke atas. Di bawah Bulan November tidak berlaku. Ini berdasarkan Permendagri dan PKPU," ungkapnya. (Baca juga: Pilkada Digelar Besok, Ini Harapan Mendagri Tito Karnavian)
Selanjutnya, pada poin kedua dalam SE Pj Wali Kota disebutkan, bagi warga yang ada namanya dalam DPT tapi tidak mendapat undangan memilih, dapat menggunakan hak pilihnya pada pukul 12.00 Wita s/d 13.00 Wita, dengan membawa KTP elektronik/suket.
Padahal, berdasarkan PKPU, pada pukul 12.00 Wita s/d 13.00 Wita, hanya melayani daftar pemilih tambahan. "Poin satu dan dua keliru. Berpotensi memicu keributan di TPS," terangnya. (Baca juga: 3 Portal MNC Jalin Kerja Sama dengan Charta Politika Siarkan Live Quick Count Pilkada Serentak 2020)
Ardiansyah mempertanyakan dasar Pj Wali Kota mengatur masalah teknis pemilihan. Apalagi, dalam hal ini yang bertanggung jawab sebagai penyelenggara pemilu bukan Pj Wali Kota, tetapi KPU.
"Pak Pj Wali Kota jangan bikin kacau dengan mengeluarkan edaran yang bukan kewenangannya. Itu bisa bikin ribut di bawah," ungkapnya.
Liasson Officer (LO) Irman Yasin Limpo-Andi Zunnun Armin NH, Ardiansyah mempertanyakan dan memprotes keras munculnya surat edaran tersebut. Apalagi, isinya sangat berlawan dengan Peraturan KPU dan Permendagri, bahkan berpotensi mengacaukan di Tempat Pemungutan Suara (TPS). (Baca juga: Timpora Makassar Ikut Lakukan Pengamanan Pilkada Serentak)
"Surat edaran yang dikeluarkan Pj Wali Kota ini melampaui kewenangan KPU. Bahkan berpotensi memicu keributan antara pemilih dan penyelenggara," kata Ardiansyah Arsyad, Selasa (8/12/2020).
Ada beberapa poin di surat edaran yang dipersoalkan Ardiansyah. Pertama, disebutkan di surat edaran bahwa bagi warga yang telah terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan mendapat undangan memilih, dapat menggunakan hak pilihnya pada pukul 07.00 Wita s/d 13.00 Wita, dengan membawa KTP elektronik/suket.
"Pada intinya, suket yang berlaku hanya per Bulan November ke atas. Di bawah Bulan November tidak berlaku. Ini berdasarkan Permendagri dan PKPU," ungkapnya. (Baca juga: Pilkada Digelar Besok, Ini Harapan Mendagri Tito Karnavian)
Selanjutnya, pada poin kedua dalam SE Pj Wali Kota disebutkan, bagi warga yang ada namanya dalam DPT tapi tidak mendapat undangan memilih, dapat menggunakan hak pilihnya pada pukul 12.00 Wita s/d 13.00 Wita, dengan membawa KTP elektronik/suket.
Padahal, berdasarkan PKPU, pada pukul 12.00 Wita s/d 13.00 Wita, hanya melayani daftar pemilih tambahan. "Poin satu dan dua keliru. Berpotensi memicu keributan di TPS," terangnya. (Baca juga: 3 Portal MNC Jalin Kerja Sama dengan Charta Politika Siarkan Live Quick Count Pilkada Serentak 2020)
Ardiansyah mempertanyakan dasar Pj Wali Kota mengatur masalah teknis pemilihan. Apalagi, dalam hal ini yang bertanggung jawab sebagai penyelenggara pemilu bukan Pj Wali Kota, tetapi KPU.
"Pak Pj Wali Kota jangan bikin kacau dengan mengeluarkan edaran yang bukan kewenangannya. Itu bisa bikin ribut di bawah," ungkapnya.
(poe)