Pengamat Sebut Soliditas PDIP di Pilwali Surabaya Sulit Terpecah
loading...
A
A
A
SURABAYA - PDIP Surabaya akan memasuki zona dan tantangan paling krusial menjelang akhir kampanye Pilkada Surabaya 2020. Melihat dinamika yang ada, sepertinya partai berlambang banteng moncong putih itu akan terus digoyang dan diganggu soliditas internalnya agar votersnya bisa terpecah.
"Untuk mengambyarkan (memecahkan) kesolidan PDIP tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan. Sebab berdasarkan perjalanan sejarahnya, partai ini tak mudah untuk digoyang kesolidannya," kata pengamat komunikasi politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Surokim Abdussalam, Selasa (24/11/2020).(Baca juga: Terbangun 383 KM, Jalur Lintas Selatan Jadi Pengungkit Kesejahteraan Jawa Timur )
Surokim mengatakan, melihat kekuatan simbol Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri, manajemen dan pengalaman partai mengelola konflik internal, upaya membuat voters PDIP terpecah akan sulit terwujud.
“Partai ini sangat kuat komandonya, sehingga soliditasnya selalu di atas rata-rata partai lain. Malah saya pikir situasi itu justru akan kian menguatkan PDI Perjuangan karena partai akan kian jelas bisa mengidentifikasi lawan di internal secara jelas dan kasat mata,” ungkapnya.
Seperti diketahui, Pilwali Surabaya diwarnai kegaduhan di internal PDIP. Di mana sejumlah kadernya membelot tidak mendukung Eri Cahyadi-Armudji. Sejumlah kader itu menolak mendukung Eri Cahyadi karena kecewa bukan kader internal yang diusung. Diketahui, Eri Cahyadi yang diusung PDIP, bukan kader murni melainkan birokrat Pemkot Surabaya. (Baca juga: Politik Uang Tidak Efektif Pengaruhi Pilihan Warga Surabaya )
Kader PDIP justru mendukung Machfud-Mujiaman antara lain Mat Mochtar. Dia merupakan sosok sepuh PDIP di Surabaya. Kemudian ada kelompok Banteng Ketaton. Terdiri dari kader dan simpatisan PDIP lawas yang juga memilih untuk mendukung Machfud-Mujiaman. Lalu ada Jagad Hariseno, yang merupakan kakak dari Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana. Jagad dan Whisnu adalah anak dari mantan sekjen PDIP Soetjipto
"Untuk mengambyarkan (memecahkan) kesolidan PDIP tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan. Sebab berdasarkan perjalanan sejarahnya, partai ini tak mudah untuk digoyang kesolidannya," kata pengamat komunikasi politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Surokim Abdussalam, Selasa (24/11/2020).(Baca juga: Terbangun 383 KM, Jalur Lintas Selatan Jadi Pengungkit Kesejahteraan Jawa Timur )
Surokim mengatakan, melihat kekuatan simbol Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri, manajemen dan pengalaman partai mengelola konflik internal, upaya membuat voters PDIP terpecah akan sulit terwujud.
“Partai ini sangat kuat komandonya, sehingga soliditasnya selalu di atas rata-rata partai lain. Malah saya pikir situasi itu justru akan kian menguatkan PDI Perjuangan karena partai akan kian jelas bisa mengidentifikasi lawan di internal secara jelas dan kasat mata,” ungkapnya.
Seperti diketahui, Pilwali Surabaya diwarnai kegaduhan di internal PDIP. Di mana sejumlah kadernya membelot tidak mendukung Eri Cahyadi-Armudji. Sejumlah kader itu menolak mendukung Eri Cahyadi karena kecewa bukan kader internal yang diusung. Diketahui, Eri Cahyadi yang diusung PDIP, bukan kader murni melainkan birokrat Pemkot Surabaya. (Baca juga: Politik Uang Tidak Efektif Pengaruhi Pilihan Warga Surabaya )
Kader PDIP justru mendukung Machfud-Mujiaman antara lain Mat Mochtar. Dia merupakan sosok sepuh PDIP di Surabaya. Kemudian ada kelompok Banteng Ketaton. Terdiri dari kader dan simpatisan PDIP lawas yang juga memilih untuk mendukung Machfud-Mujiaman. Lalu ada Jagad Hariseno, yang merupakan kakak dari Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana. Jagad dan Whisnu adalah anak dari mantan sekjen PDIP Soetjipto
(msd)