Mengenal Dunia Finansial Era Digital Bersama Fintech Taralite dan KFUND
loading...
A
A
A
SEMARANG - Pada 2019, Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DKNI) menargetkan 75% inklusi keuangan . Namun, hingga saat ini target yang baru tercapai hanya menyentuh angka 49%.
Inklusi keuangan ditargetkan untuk menyasar masyarakat yang berada di piramida ekonomi terbawah dengan hadirnya finansial teknologi (fintech) diharapkan dapat menjadi alternatif solusi untuk membantu mencapai target inklusi keuangan tersebut.
Dan saat ini, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat industri Fintech Peer to Peer Lending (P2P) telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp100 triliun per September 2020. Angka tersebut naik 113% jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2019.(Baca juga: Status Siaga, Merapi Keluarkan 11 Kali Guguran Lava Pijar dan Suara Gemuruh )
Kenaikan pesat penyaluran pinjaman P2P lending ini tak lepas dari peningkatan jumlah akun peminjam (borrower) dan pemberi pinjaman (lender), dengan pengguna aktif rentang usia produktif 19-34 tahun.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian berharap stakeholders terkait mampu menjaga tren pertumbuhan positif ini, sehingga industri fintech P2P lending ke depan terus bisa berinovasi dalam memberikan layanan keuangan terhadap masyarakat.
Upaya konsisten untuk mendorong inklusi keuangan di tengah pandemi global aat ini dialami banyak negara termasuk Indonesia, platform fintech P2P lending berizin dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) PT Indonusa Bara Sejahtera (Taralite) dan platform terdaftar PT. Kinerja Sukses Gemilang (KFUND) menyelenggarakan talk show dengan mahasiswa Universitas Diponogero Semarang Minggu, 15 November 2020 secara daring melalui aplikasi komunikasi video untuk mengenalkan industri fintech peer-to-peer lending serta pemahaman inovasi yang dilakukan fintech untuk tetap mendorong inklusi keuangan selama masa pandemi.
Victor Timothy – Co Founder & Business Development Director Taralite berharap kehadiran fintech P2P lending mampu meningkatkan pengetahuan terkait layanan keuangan berbasis digital dan membuka akses finansial yang lebih luas untuk masyarakat Semarang.(Baca juga: Diterpa Pohon Tumbang, Tiga Pemotor Dilarikan ke Rumah Sakit )
Data yang telah diterima Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terkait bisnis pinjaman fintech peer to peer (P2P) lending telah mencapai Rp 128,7 triliun hingga kuartal III 2020, nilai itu tumbuh dari posisi tahun lalu hanya Rp 44,8 triliun. Hal ini membuktikan bahwa industri P2P lending turut mendorong dan menggerakkan perekonomian negara seiring dengan pertumbuhannya yang signifikan.
Dengan adanya edukasi daring ini, kami juga berharap masyarakat Semarang dapat memanfaatkan layanan produk P2P lending untuk kebutuhan dalam menghadapi masa pandemi dan tetap waspada terhadap fintech ilegal,” ujar Mario Lim - IT Architecture KFUND.
Acara yang dihadiri oleh ratusan mahasiswa Universitas Diponogero ini menjadi bukti nyata bahwa masyarakat antusisas menyambut menyambut kehadiran berbagai inovasi produk dalam bidang keuangan untuk mencapai target inklusi keuangan.
Inklusi keuangan ditargetkan untuk menyasar masyarakat yang berada di piramida ekonomi terbawah dengan hadirnya finansial teknologi (fintech) diharapkan dapat menjadi alternatif solusi untuk membantu mencapai target inklusi keuangan tersebut.
Dan saat ini, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat industri Fintech Peer to Peer Lending (P2P) telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp100 triliun per September 2020. Angka tersebut naik 113% jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2019.(Baca juga: Status Siaga, Merapi Keluarkan 11 Kali Guguran Lava Pijar dan Suara Gemuruh )
Kenaikan pesat penyaluran pinjaman P2P lending ini tak lepas dari peningkatan jumlah akun peminjam (borrower) dan pemberi pinjaman (lender), dengan pengguna aktif rentang usia produktif 19-34 tahun.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian berharap stakeholders terkait mampu menjaga tren pertumbuhan positif ini, sehingga industri fintech P2P lending ke depan terus bisa berinovasi dalam memberikan layanan keuangan terhadap masyarakat.
Upaya konsisten untuk mendorong inklusi keuangan di tengah pandemi global aat ini dialami banyak negara termasuk Indonesia, platform fintech P2P lending berizin dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) PT Indonusa Bara Sejahtera (Taralite) dan platform terdaftar PT. Kinerja Sukses Gemilang (KFUND) menyelenggarakan talk show dengan mahasiswa Universitas Diponogero Semarang Minggu, 15 November 2020 secara daring melalui aplikasi komunikasi video untuk mengenalkan industri fintech peer-to-peer lending serta pemahaman inovasi yang dilakukan fintech untuk tetap mendorong inklusi keuangan selama masa pandemi.
Victor Timothy – Co Founder & Business Development Director Taralite berharap kehadiran fintech P2P lending mampu meningkatkan pengetahuan terkait layanan keuangan berbasis digital dan membuka akses finansial yang lebih luas untuk masyarakat Semarang.(Baca juga: Diterpa Pohon Tumbang, Tiga Pemotor Dilarikan ke Rumah Sakit )
Data yang telah diterima Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terkait bisnis pinjaman fintech peer to peer (P2P) lending telah mencapai Rp 128,7 triliun hingga kuartal III 2020, nilai itu tumbuh dari posisi tahun lalu hanya Rp 44,8 triliun. Hal ini membuktikan bahwa industri P2P lending turut mendorong dan menggerakkan perekonomian negara seiring dengan pertumbuhannya yang signifikan.
Dengan adanya edukasi daring ini, kami juga berharap masyarakat Semarang dapat memanfaatkan layanan produk P2P lending untuk kebutuhan dalam menghadapi masa pandemi dan tetap waspada terhadap fintech ilegal,” ujar Mario Lim - IT Architecture KFUND.
Acara yang dihadiri oleh ratusan mahasiswa Universitas Diponogero ini menjadi bukti nyata bahwa masyarakat antusisas menyambut menyambut kehadiran berbagai inovasi produk dalam bidang keuangan untuk mencapai target inklusi keuangan.
(msd)