Djoko Santoso, Jenderal yang Low Profil dan Sederhana
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Djoko Santoso wafat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Minggu (10/5/2020) pagi.
Djoko Santoso lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 8 September 1952 berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya berprofesi sebagai seorang guru. Setelah menyelesaikan sekolah di SMA Negeri 1 Surakarta, anak pertama dari sembilan bersaudara itu masuk ke Akademi Militer dan lulus pada 1975.
Djoko mengawali jabatan militer sebagai Danton-I/A/121/II pada tahun 1976. Kemudian berlanjut menjabat Waassospol Kassospol ABRI pada 1998, sebelumnya sempat duduk sebagai anggota DPR/MPR RI pada 1992.
Puncak karier Djoko Santoso saat menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Darat pada 2005–2007. Sebelum pensiun, dia sempat menjabat Panglima Tentara Nasional Indonesia hingga tahun 2010.
Seusai meninggalkan karier militer, Djoko menggeluti dunia politik. Dia memilih bergabung dengan Partai Gerindra dan menjabat Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra. Saat Pilpres 2019, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menunjuk Djoko Santoso sebagai Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Dia membantu Prabowo dan Sandiaga memenangkan Pilpres 2019.
Di kalangan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), jejak karier Djoko praktis tidak tercela. Dia juga tidak ada kaitan dengan masalah bisnis, perusahaan, dan yayasan TNI yang sering menimbulkan permasalahan nasional.
Suami dari Angky Retno Yudianti ini dikenal sebagai sosok “low profile”. Kesederhanaan Djoko Santoso dimulai dari kecil. Djoko Santoso yang menyadari bahwa ayahnya hanya pensiunan guru dan penghasilan yang pas-pasan, harus bekerja keras untuk mewujudkan impiannya. Pernikahannya dengan Angky Retno dikaruniai dua anak, Andika Pandu dan Ardya Pratiwi Setyawati.
Jenderal bintang empat ini juga terkenal dengan kesederhanaannya. Atas prestasinya, Djoko Santoso pun berhasil mengantongi berbagai bintang tanda jasa dan medali. Mulai dari Satya Lencana Seroja, Satya Lencana Kesetiaan XXIV, Bintang Dharma, Bintang Yudha Dharma Utama, Bintang Kartika Eka Paksi Utama, Bintang Bhayangkara Utama, hingga Bintang Jasa Gemilang dari Angkatan Bersenjata Singapura dan “The Knight Grand Cross of the Most Noble Order of the Crown of Thailand.”
Kini, jenderal berdedikasi ini berpulang setelah berjuang melawan pendarahan otak yang dialaminya. Djoko Santoso sempat menjalani operasi pendarahan otak di RSPAD Gatot Subroto sebelum akhirnya dipanggil Sang Pencipta.
Djoko Santoso lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 8 September 1952 berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya berprofesi sebagai seorang guru. Setelah menyelesaikan sekolah di SMA Negeri 1 Surakarta, anak pertama dari sembilan bersaudara itu masuk ke Akademi Militer dan lulus pada 1975.
Djoko mengawali jabatan militer sebagai Danton-I/A/121/II pada tahun 1976. Kemudian berlanjut menjabat Waassospol Kassospol ABRI pada 1998, sebelumnya sempat duduk sebagai anggota DPR/MPR RI pada 1992.
Puncak karier Djoko Santoso saat menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Darat pada 2005–2007. Sebelum pensiun, dia sempat menjabat Panglima Tentara Nasional Indonesia hingga tahun 2010.
Seusai meninggalkan karier militer, Djoko menggeluti dunia politik. Dia memilih bergabung dengan Partai Gerindra dan menjabat Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra. Saat Pilpres 2019, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menunjuk Djoko Santoso sebagai Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Dia membantu Prabowo dan Sandiaga memenangkan Pilpres 2019.
Di kalangan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), jejak karier Djoko praktis tidak tercela. Dia juga tidak ada kaitan dengan masalah bisnis, perusahaan, dan yayasan TNI yang sering menimbulkan permasalahan nasional.
Suami dari Angky Retno Yudianti ini dikenal sebagai sosok “low profile”. Kesederhanaan Djoko Santoso dimulai dari kecil. Djoko Santoso yang menyadari bahwa ayahnya hanya pensiunan guru dan penghasilan yang pas-pasan, harus bekerja keras untuk mewujudkan impiannya. Pernikahannya dengan Angky Retno dikaruniai dua anak, Andika Pandu dan Ardya Pratiwi Setyawati.
Jenderal bintang empat ini juga terkenal dengan kesederhanaannya. Atas prestasinya, Djoko Santoso pun berhasil mengantongi berbagai bintang tanda jasa dan medali. Mulai dari Satya Lencana Seroja, Satya Lencana Kesetiaan XXIV, Bintang Dharma, Bintang Yudha Dharma Utama, Bintang Kartika Eka Paksi Utama, Bintang Bhayangkara Utama, hingga Bintang Jasa Gemilang dari Angkatan Bersenjata Singapura dan “The Knight Grand Cross of the Most Noble Order of the Crown of Thailand.”
Kini, jenderal berdedikasi ini berpulang setelah berjuang melawan pendarahan otak yang dialaminya. Djoko Santoso sempat menjalani operasi pendarahan otak di RSPAD Gatot Subroto sebelum akhirnya dipanggil Sang Pencipta.
(vit)