Kolang Kaling pun Kena Dampak COVID-19, Penjualan Turun Dratis
loading...
A
A
A
BANDUNG BARAT - Perajin kolang kaling di Kampung Cipari Kidul, Desa Cijambu, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB), terkena imbas pandemi COVID-19. Biasanya pada Ramadhan permintaan akan kolang kaling meningkat, kali ini menurun drastis bahkan ada sebagian hasil panen dibuang karena tidak laku.
Seorang perajin kolang kaling Ai Rosmiati (32) mengatakan, pada kondisi normal permintaan buah dari pohon aren ini biasanya sudah mengalami peningkatan beberapa pekan sebelum Ramadhan.Sebab, banyak pedagang besar yang menyetok barang. Apalagi, kolang kaling banyak dicari untuk menu berbuka puasa.
"Kalau tahun lalu dua minggu sebelum puasa sudah banyak yang mencari, kadang sampe kewalahan. Sekarang gara-gara Corona pesanan Curuluk (kolang kaling) jadi sepi," tuturnya, Sabtu (9/5/2020). (Baca juga; Jabar Targetkan Juli 2020 Persebaran COVID-19 Capai Titik Terendah )
Menurut Ai Rosmiati, saat Ramadhan biasanya jadi momen panen dan meraih rezeki dari penjualan kolang kaling. Namun Ramadhan tahun ini akibat ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) maka aktivitas jual beli jadi sepi.
Kondisi ini jelas begitu memukul para petani kolang kaling yang sedari awal sudah mempersiapkan stok dalam jumlah banyak. Biasanya dalam sehari, perajin bisa memproduksi kolang-kaling mencapai 30 kilogram dengan nilai jual saat Ramadhan kepada bandar Rp10.000.
Namun, saat ini permintaan menurun hingga penjualan kolang kaling tidak seramai biasanya. "Ada beberapa yang terpaksa harus dibuang karena terlalu lama disimpan. Tapi masuk minggu ketiga puasa pembeli sudah mulai banyak," katanya.
Proses pembuatan kolang kaling sendiri dimulai dari pemisahan buah dari batang, lalu direbus selama dua jam untuk menghilangkan getah gatal. Setalah masak didiamkan dan dilanjutkan dengan pengupasan untuk mengeluarkan kolang kaling lalu dipipihkan. Tidak sampai disitu, setelah dipipihkan kolang kaling harus direndam air selama tiga hari dan kemudian baru bisa dipasarkan.
"Tiap bulan puasa kolang kaling bisa terjual lima kwintal. Sekarang bahan bakunya sudah mulai susah, apalagi proses pembuatannya juga lama sementara puasa sudah tinggal dua minggu lagi," timpal perajin lainnya, Obar (55). (Baca juga; 2 Pekan Operasi Ketupat Lodaya, Polda Jabar Halau 47.749 Kendaraan Pemudik )
Seorang perajin kolang kaling Ai Rosmiati (32) mengatakan, pada kondisi normal permintaan buah dari pohon aren ini biasanya sudah mengalami peningkatan beberapa pekan sebelum Ramadhan.Sebab, banyak pedagang besar yang menyetok barang. Apalagi, kolang kaling banyak dicari untuk menu berbuka puasa.
"Kalau tahun lalu dua minggu sebelum puasa sudah banyak yang mencari, kadang sampe kewalahan. Sekarang gara-gara Corona pesanan Curuluk (kolang kaling) jadi sepi," tuturnya, Sabtu (9/5/2020). (Baca juga; Jabar Targetkan Juli 2020 Persebaran COVID-19 Capai Titik Terendah )
Menurut Ai Rosmiati, saat Ramadhan biasanya jadi momen panen dan meraih rezeki dari penjualan kolang kaling. Namun Ramadhan tahun ini akibat ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) maka aktivitas jual beli jadi sepi.
Kondisi ini jelas begitu memukul para petani kolang kaling yang sedari awal sudah mempersiapkan stok dalam jumlah banyak. Biasanya dalam sehari, perajin bisa memproduksi kolang-kaling mencapai 30 kilogram dengan nilai jual saat Ramadhan kepada bandar Rp10.000.
Namun, saat ini permintaan menurun hingga penjualan kolang kaling tidak seramai biasanya. "Ada beberapa yang terpaksa harus dibuang karena terlalu lama disimpan. Tapi masuk minggu ketiga puasa pembeli sudah mulai banyak," katanya.
Proses pembuatan kolang kaling sendiri dimulai dari pemisahan buah dari batang, lalu direbus selama dua jam untuk menghilangkan getah gatal. Setalah masak didiamkan dan dilanjutkan dengan pengupasan untuk mengeluarkan kolang kaling lalu dipipihkan. Tidak sampai disitu, setelah dipipihkan kolang kaling harus direndam air selama tiga hari dan kemudian baru bisa dipasarkan.
"Tiap bulan puasa kolang kaling bisa terjual lima kwintal. Sekarang bahan bakunya sudah mulai susah, apalagi proses pembuatannya juga lama sementara puasa sudah tinggal dua minggu lagi," timpal perajin lainnya, Obar (55). (Baca juga; 2 Pekan Operasi Ketupat Lodaya, Polda Jabar Halau 47.749 Kendaraan Pemudik )
(wib)