Krisis Air Bersih Berkepanjangan Masih Menghantui Sumbawa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Persoalan kekurangan air bersih akibat kekeringan secara jangka panjang memunculkan dampak kesehatan yang tidak bisa dianggap remeh. Di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) kekeringan di Sumbawa terjadi setiap tahun.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, ada 42 desa yang tersebar di 17 kecamatan mengalami krisis air bersih . Dampaknya, warga kekurangan air bersih. (Baca juga: Awas, Kekeringan Akibat Musim Kemarau Landa Wilayah Sumba Timur)
Anggota DPRD Provinsi dari Fraksi Gerindra, H Talib mengaku prihatin mendengar sejumlah desa dilanda kekeringan dan kesulitan air bersih. Pemerintah dimintanya untuk tanggap, sebab air bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan. (Baca juga: BNPB Minta Empat Provinsi Ini Bersiap Hadapi Ancaman Kekeringan)
Dia meminta desa-desa yang dilanda kekurangan air bersih untuk mengajukan proposal, sehingga dapat dibantu oleh pemerintah provinsi. Menurut H Talib, persoalan yang besar yang dihadapi adalah kurangnya infrastruktur sehingga air sulit didatangkan.
Tokoh masyarakat Kecamatan Lopok, Kabupaten Sumbawa, Edwan mengakui, solusi dari masalah kekeringan ini adalah menambah jumlah sumur bor dan infrastrukturnya. Saat ini, kapasitas pipa di Kecamatan Lopok masih terbilang kurang memadai.
Menanggapi masalah ini, pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sumbawa, Jarot-Mokhlis berikhtiar akan memperbaiki dan melengkapi infrastruktur. Mereka ingin persoalan kebutuhan air bersih dapat dipenuhi secara merata.
"Ke depan jika kami memimpin Sumbawa maka salah satu yang akan menjadi perhatian yaitu ketersediaan air bersih bagi warga di 17 kecamatan dan 42 desa yang setiap tahun mengalami kekeringan," kata Calon Bupati Sumbawa, H Jarot di Kecamatan Terano, Jumat (6/11/2020).
Salah satu cara yang dapat dilakukan, kata Jarot, adalah dengan melengkapi dan menambah jumlah dan kapasitas pipa air. Penambahan jumlah sumur dan kedalamannya juga perlu dilakukan. Kedalaman sumur dari yang saat ini sekitar 30 meter menjadi 50 sampai 80 meter. “Kekeringan ini setiap tahun rutin terjadi. Semoga kami memimpin Sumbawa dan melepaskan kesulitan warga khususnya dalam ketersediaan air bersih,” katanya.
Lihat Juga: Aktivis Perempuan: Program Posyandu Keluarga Sitti Rohmi Berhasil Turunkan Angka Stunting di NTB
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, ada 42 desa yang tersebar di 17 kecamatan mengalami krisis air bersih . Dampaknya, warga kekurangan air bersih. (Baca juga: Awas, Kekeringan Akibat Musim Kemarau Landa Wilayah Sumba Timur)
Anggota DPRD Provinsi dari Fraksi Gerindra, H Talib mengaku prihatin mendengar sejumlah desa dilanda kekeringan dan kesulitan air bersih. Pemerintah dimintanya untuk tanggap, sebab air bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan. (Baca juga: BNPB Minta Empat Provinsi Ini Bersiap Hadapi Ancaman Kekeringan)
Dia meminta desa-desa yang dilanda kekurangan air bersih untuk mengajukan proposal, sehingga dapat dibantu oleh pemerintah provinsi. Menurut H Talib, persoalan yang besar yang dihadapi adalah kurangnya infrastruktur sehingga air sulit didatangkan.
Tokoh masyarakat Kecamatan Lopok, Kabupaten Sumbawa, Edwan mengakui, solusi dari masalah kekeringan ini adalah menambah jumlah sumur bor dan infrastrukturnya. Saat ini, kapasitas pipa di Kecamatan Lopok masih terbilang kurang memadai.
Menanggapi masalah ini, pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sumbawa, Jarot-Mokhlis berikhtiar akan memperbaiki dan melengkapi infrastruktur. Mereka ingin persoalan kebutuhan air bersih dapat dipenuhi secara merata.
"Ke depan jika kami memimpin Sumbawa maka salah satu yang akan menjadi perhatian yaitu ketersediaan air bersih bagi warga di 17 kecamatan dan 42 desa yang setiap tahun mengalami kekeringan," kata Calon Bupati Sumbawa, H Jarot di Kecamatan Terano, Jumat (6/11/2020).
Salah satu cara yang dapat dilakukan, kata Jarot, adalah dengan melengkapi dan menambah jumlah dan kapasitas pipa air. Penambahan jumlah sumur dan kedalamannya juga perlu dilakukan. Kedalaman sumur dari yang saat ini sekitar 30 meter menjadi 50 sampai 80 meter. “Kekeringan ini setiap tahun rutin terjadi. Semoga kami memimpin Sumbawa dan melepaskan kesulitan warga khususnya dalam ketersediaan air bersih,” katanya.
Lihat Juga: Aktivis Perempuan: Program Posyandu Keluarga Sitti Rohmi Berhasil Turunkan Angka Stunting di NTB
(shf)