Gombloh, Ada Warisan Kemanusiaan dan Nasionalisme dalam Lirik Lagumu

Rabu, 28 Oktober 2020 - 13:08 WIB
loading...
Gombloh, Ada Warisan...
Mural wajah Gombloh tersebar di berbagai perkampungan di Kota Pahlawan. Musisi yang mengenalkan berbagai lirik perjuangan dan perlawanan ini masih digandrungi anak muda saat ini. Foto/SINDOnews/Aan Haryono
A A A
KESENIANLudruk selalu menghiasi Surabaya. Perjalanan panjang pembentukan Surabaya juga terselip nama Gombloh , musisi idola segala zaman yang terus menjaga kesegaran perjuangan dan kemanusiaan.

Dari tepian rel kereta lagu-lagu itu tercipta, menelusuri gang-gang lokalisasi dan bergumul dengan rakyat jelata. Membungkus suara-suara resah dalam sebuah bait yang didengarkan ke berbagai penjuru udara.

Dari situlah Gombloh selalu hadir di hati warga Surabaya sampai saat ini. Lagu-lagunya selalu abadi, merentang batas waktu dan melipat segala kenangan manis dan buruk dalam sejarah panjang sebuah perjuangan.
Baca Juga: Fans dan Keluarga Tak Ingin Nama Gombloh Jadi Komoditi Politik

Gombloh banyak dikenal sebagai musisi lewat salah satu lagunya yang berjudul “Kebyar Kebyar”. lagu yang selalu dikumandangkan ketika perayaan HUT RI, Hari Pahlawan maupun peringatan Sumpah Pemuda. Liriknya yang mewakili kondisi masyarakat dan begitu dicintai sampai sekarang.


“Gombloh ini unik, lagu Kebyar-Kebyar itu dibuatnya saat kerokan, ketika dirinya masuk angin di pinggir jalan,” kata penulis buku Gombloh: Revolusi Cinta dari Surabaya Guruh Dimas Nugraha, Rabu (28/10/2020).

Gombloh sebenarnya tak hanya musisi, ia merupakan sosok pejuang kemanusian. Kedekatan Gombloh pada kelompok rentan dan rakyat jelata tergambar jelas dari setiap rangkaian lirik lagunya.

“Gombloh juga sering bagi-bagi pakaian dalam di lokalisasi. Dia begitu ingin memperjuangkan tatanan dunia tanpa prostitusi,” ungkapnya.


Termasuk bagi para pemuda yang hari ini melanjutkan perjuangan bangsa ini. Tak ada kata menyerah dalam lirik Gombloh, baginya perjuangan akan terus hidup dan bersemi di peraduan.

Seperti lirik lagunya yang menghiasi perjalanan bangsa ini, Biarpun bumi berguncang; Kau tetap Indonesiaku; Andaikan matahari terbit dari barat; Kau pun Indonesiaku ;Tak sebilah pedang yang tajam; Dapat palingkan daku darimu; Kusingsingkan lengan; Rawe-rawe rantas; Malang-malang tuntas….
(vit)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3994 seconds (0.1#10.140)