Kiai Abdullah Syukri Zarkasyi di Mata Sang Murid Hidayat Nur Wahid
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor , Ponorogo, Jawa Timur Dr KH Abdullah Syukri Zarkasyi MA wafat Rabu (21/10/2020) sekitar pukul 15.50 WIB di Rumah Gontor.
Semasa hidupnya, KH Abdullah Syukri Zarkasyi dikenal sebagai ulama atau kiai yang sangat kharismatik dan sangat peduli pada nasibumat dan bangsa, serta sangat dicintai masyarakat. Kesaksian ini disampaikan langsung murid beliau yang saat ini menjadi Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW).
”Beliau adalah guru saya ketika saya kelas 5 di Gontor,ketika beliau baru pulang dari Mesir dan beliau mulai mengajar saya kelas 5 dan6 di Gontor Tahun 1977 dan 1978,” ujar HNW dihubungi SINDOnews.
(Baca juga: Pimpinan Ponpes Gontor Wafat, Berikut Profil Almarhum )
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini mengatakan, hubungannya dengan sang kiai menjadi semakin akrab ketika dirinya menjadi anggota Badan Wakaf bersama-sama dengan sang kiai.
”Jadi wafatnya beliau sekalipun beliau sudah sakit agak lama, tapi wafatnya beliau adalah sebuah berita yang sangat-sangat membuat kami berduka. Kita kehilangan ulama yang sekaligus pemimpin, ulama yang sangat memasyarakat, ulama yang sangat cinta kepada Indonesia dan umat,” ungkapnya.
Dikatakan HNW, Abdullah Syukri Zarkasyi adalah sosok ulama yang sangat gemar untuk bersilaturahmi, bertemu dengan seluruh pihak,baik itu dari kalangan ormas Islam, partai-partai Islam dan juga kelompok-kelompok bangsa lain.
(Baca juga: DKPP Mulai Periksa Empat Komisioner KPU Kota Surabaya )
”Beliau juga ulama yang sangat peduli dengan nasib umat dan nasib bangsa, dan sangat intensif mengikuti perkembangan terkait dengan masalah keumatan dan kebangsaan,” urainya.
Di mata HNW, sang kiai adalah sosok ulama yang sangat ramah, sangat akrab, dan menjadi salah satu representasi dari Islam yang moderat, Islam yang wasathiyah, dan Islam yang inklusif. ”Dalam dirinya, keislaman dan keindonesiaan itu menyatu,” paparnya.
Dikatakan anggota Komisi VIII DPR ini, sang kiai adalah sosok yang menjadi rujukan dan layak untuk diteladani oleh para pemimpin umat Islam.
“Saya berharap apa yang sudah beliau lakukan, beliau ajarkan, dan beliau wariskan kepada murid-muridnya yang sekarang ini sudah menyebar dan mendirikan pondok-pondok pesantren atau berada dalam posisi-posisi kebangsaan maupun pimpinan-pimpinan publik, bisa betul-betul meneladani dan melanjutkan sunnah dan tradisi figur agama dan kepemimpinan yang bagus yang dilakukan oleh KH Abdullah Syukri Zarkasyi,” katanya.
Sebagai orang yang pernah diajar secara langsung oleh sang kiai, HNW mengatakan bahwa almarhum adalah guru yang sangat dekat dengan para muridnya, sosok kiai yang ilmu agamanya mendalam sekaligus memiliki kharisma.
”Kiai yang tegas, tapi sekaligus kiai yang punya wajah pembawaan teduh, ramah, tersenyum, menyapa. Itu artinya mengajarkan tentang kedekatan, keramahan. Bagi beliau, beragama itu bukan menyeramkan, beragama bukan membuat orang menjauh, beragama bukan membuat orang ketakutan,” ungkapnya.
Apa yang diajarkan oleh sang kiai kepada parasantrinya, kata HNW, menjadi guru, kiai, tokoh agama itu tidak menyeramkan,tidak menakutkan, tidak menjauhkan, tapi justru menghadirkan simpati, senyum, kehangatan, dan orang menjadi menyukai.
”Itu yang saya tangkap dari perilaku beliau sebagai seorang guru dan pengajar, sangat dekat dengan para santrinya. Beliau juga sangat suka dengan humor, guyonan, tapi sekaligus beliau adalah seorang kiai yang punya kharisma yang sangat kami kagumi,” pungkas HNW.
Semasa hidupnya, KH Abdullah Syukri Zarkasyi dikenal sebagai ulama atau kiai yang sangat kharismatik dan sangat peduli pada nasibumat dan bangsa, serta sangat dicintai masyarakat. Kesaksian ini disampaikan langsung murid beliau yang saat ini menjadi Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW).
”Beliau adalah guru saya ketika saya kelas 5 di Gontor,ketika beliau baru pulang dari Mesir dan beliau mulai mengajar saya kelas 5 dan6 di Gontor Tahun 1977 dan 1978,” ujar HNW dihubungi SINDOnews.
(Baca juga: Pimpinan Ponpes Gontor Wafat, Berikut Profil Almarhum )
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini mengatakan, hubungannya dengan sang kiai menjadi semakin akrab ketika dirinya menjadi anggota Badan Wakaf bersama-sama dengan sang kiai.
”Jadi wafatnya beliau sekalipun beliau sudah sakit agak lama, tapi wafatnya beliau adalah sebuah berita yang sangat-sangat membuat kami berduka. Kita kehilangan ulama yang sekaligus pemimpin, ulama yang sangat memasyarakat, ulama yang sangat cinta kepada Indonesia dan umat,” ungkapnya.
Dikatakan HNW, Abdullah Syukri Zarkasyi adalah sosok ulama yang sangat gemar untuk bersilaturahmi, bertemu dengan seluruh pihak,baik itu dari kalangan ormas Islam, partai-partai Islam dan juga kelompok-kelompok bangsa lain.
(Baca juga: DKPP Mulai Periksa Empat Komisioner KPU Kota Surabaya )
”Beliau juga ulama yang sangat peduli dengan nasib umat dan nasib bangsa, dan sangat intensif mengikuti perkembangan terkait dengan masalah keumatan dan kebangsaan,” urainya.
Di mata HNW, sang kiai adalah sosok ulama yang sangat ramah, sangat akrab, dan menjadi salah satu representasi dari Islam yang moderat, Islam yang wasathiyah, dan Islam yang inklusif. ”Dalam dirinya, keislaman dan keindonesiaan itu menyatu,” paparnya.
Dikatakan anggota Komisi VIII DPR ini, sang kiai adalah sosok yang menjadi rujukan dan layak untuk diteladani oleh para pemimpin umat Islam.
“Saya berharap apa yang sudah beliau lakukan, beliau ajarkan, dan beliau wariskan kepada murid-muridnya yang sekarang ini sudah menyebar dan mendirikan pondok-pondok pesantren atau berada dalam posisi-posisi kebangsaan maupun pimpinan-pimpinan publik, bisa betul-betul meneladani dan melanjutkan sunnah dan tradisi figur agama dan kepemimpinan yang bagus yang dilakukan oleh KH Abdullah Syukri Zarkasyi,” katanya.
Sebagai orang yang pernah diajar secara langsung oleh sang kiai, HNW mengatakan bahwa almarhum adalah guru yang sangat dekat dengan para muridnya, sosok kiai yang ilmu agamanya mendalam sekaligus memiliki kharisma.
”Kiai yang tegas, tapi sekaligus kiai yang punya wajah pembawaan teduh, ramah, tersenyum, menyapa. Itu artinya mengajarkan tentang kedekatan, keramahan. Bagi beliau, beragama itu bukan menyeramkan, beragama bukan membuat orang menjauh, beragama bukan membuat orang ketakutan,” ungkapnya.
Apa yang diajarkan oleh sang kiai kepada parasantrinya, kata HNW, menjadi guru, kiai, tokoh agama itu tidak menyeramkan,tidak menakutkan, tidak menjauhkan, tapi justru menghadirkan simpati, senyum, kehangatan, dan orang menjadi menyukai.
”Itu yang saya tangkap dari perilaku beliau sebagai seorang guru dan pengajar, sangat dekat dengan para santrinya. Beliau juga sangat suka dengan humor, guyonan, tapi sekaligus beliau adalah seorang kiai yang punya kharisma yang sangat kami kagumi,” pungkas HNW.
(msd)