Pohon Kayu Putih Situs Tutari, Diserbu Warga di Masa Pandemi

Senin, 19 Oktober 2020 - 22:37 WIB
loading...
Pohon Kayu Putih Situs Tutari, Diserbu Warga di Masa Pandemi
Situs Megalitik Tutari Kampung Doyo Lama Distrik Waibu Kabupaten Jayapura. Lokasi ini ditanami tanaman Kayu Putih. FOTO : iNews.tv/Edy Siswanto
A A A
SENTANI - Di masa pandemi COVID-19, semua orang berupaya menemukan obat atau ramuan untuk menangkal virus ini. Salah satunya penggunaan minyak kayu putih asli yang dipercaya mmampu meredakan sesak pada penderita COVID-19.

Memang belum ada kajian khusus khasiat minyak kayu Putih sebagai penangkal COVID-19. Namun setidaknya, minyak kayu putih telah teruji meredakan hidung tersumbat, untuk menghangatkan badan, termasuk melegakan pernafasan.

Menyoal khasiat kayu putih, di Kabupaten Jayapura, tepatnya di lokasi Situs Megalitik Tutari Kampung Doyo Lama Distrik Waibu Kabupaten Jayapura, terdapat tanaman ini.(Baca juga : Terapi Minyak Kayu Putih untuk Pasien COVID-19 di Makassar )

Hamparan pohon bernama latin Melaleuca Leucadenra ini diperkirakan memiliki luas 60 ribu meter persegi dari bukit Tutari hingga kearah Barat. Informasi pihak Balai Arkeologi Papua, pohon-pohon minyak kayu putih ini ditanam oleh Kanwil Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Irian Jaya sekitar tahun 1994 silam. Inipun diklime satu-satunya tempat yang ditumbuhi pohon kayu putih di wilayah Kota dan Kabupaten Jayapura .

Keberadaan pohon minyak kayu putih ini cukup membuat bukit Tutari utamanya sekitar situs Tutari sejuk. Pepohonan dengan usia mencapai 20 tahunan ini memiliki daun yang cukup rindang ditambah pohon-pohon baru yang terus tumbuh. Inipun menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung situs.

Di masa Pandemi, bukit Tutari cukup ramai dikunjungi warga. Warga Sentani dan sekitarnya datang untuk mengambil daun minyak kayu putih ini sembari menikmati keindahan alam Tutari dan Danau Sentani.

Penjaga situs megalitik Tutari, Hans Pangkatana mengaku pengunjung mulai berdatangan sejak awal pandemi, dan ramai di saat sore hari.

"Biasa sore hari ramai, dari anak-anak muda dan orang tua bisa datang. Anak-anak sekolah juga ada. Selain mengambil daun minyak kayu putih, pengunjung bisa berswa foto, karena tempat ini berada ketinggian dan bagus untuk foto, apalagi sunset," kata Hans Minggu (18/10/2020).

Dengan banyaknya pengunjung, Hans mengaku sedikit kwalahan. Karena sebagai penjaga situs, dirinya juga merasa bertanggungjawab atas lingkungan situs termasuk keberadaan pohon minyak kayu putih di areal situs, dengan banyaknya pengunjung maka pengawasan diperketat.(Baca juga : Runway Licin karena Hujan, Pesawat Tariku Air Tergelincir di Bandara Bayabiru )

"Pengunjung ini ketika turun dari Bukit Tutari, mereka memetik ranting yang ada daun-daun pohon kayu putih, mereka memetik bagian ujung pohon yang mudah dijangkau. Saya hanya memperingatkan jangan ambil banyak-banyak. Saya hanya jaga sendiri, tidak ada teman, untuk jaga situs ini kami kekurangan SDM," katanya menceritakan .

Dia mengaku, Situs megalitik Tutari berada di bawah pengelolaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua tersebut hanya memperkerjakan dirinya seorang, sementara wilayah yang harus diawasi cukup luas. (Baca juga : Menteri LHK Kunjungi Penyulingan Minyak Kayu Putih di Boyolali )
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1692 seconds (0.1#10.140)