Gencar Promosi Produk Desa untuk Memperkuat Ekonomi Warga

Senin, 28 September 2020 - 08:41 WIB
loading...
Gencar Promosi Produk...
Tempe wedok yang sudah jadi setelah melalui berbagai tahap. Promosi tempe wedok ini mulai digencarkan oleh pemuda karang taruna yang tergabung dalam Heppiii Communty Lumajang.Foto/ist
A A A
LUMAJANG - Produksi tempe di Desa Labrak Kidu, Kecamatan Sumbersuko, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, diharapkan mampu menjadi penopang ekonomi masyarakat setempat. Sayangnya, pemasaran tempe yang diberi nama tempe wedok ini masih terbatas di kalangan warga desa itu sendiri.

Melihat kondisi ini, Karang Taruna Bhakti Yudha Pertiwi di desa setempat, berinisiatif mempromosikan tempe wedok itu ke pasar yang lebih luas dengan memanfaatkan teknologi digital. Mereka memasarkan produk unggulan desa melalui media sosial, seperti Facebook, Instagram dan platform lain.

"Kami bermaksud agar pasarnya makin meluas dan ini cukup efektif. Terbukti dengan pemasaran ini ada pesanan dari luar Lumajang, seperti Surabaya dan Sulawesi," ujar Ketua Karta Bhakti Yudha Pertiwi, Wachyudi Rosad, Sebin (28/9/2020).

Menurut Wachyudi, mengapa dinamankan tempe wedok? Tempe ini bungkusnya dari pelepah pisang. Nah, membungkusnya itu seperti seorang perempuan memakai jarik. Setelah itu diikat menggunakan tali dari pelepah pisang, ibaratnya seperti perempuan memakai jarik dan diikat pakai udet (selendang). "Itulah kenapa namanya tempe wedok, atau perempuan,” jelasnya.

Gencar Promosi Produk Desa untuk Memperkuat Ekonomi Warga


Keunggulan tempe wedok selain memakai bungkus pelepah pisang, bahan yang digunakan murni kedelai tanpa ada campuran apapun. Tempe wedok juga tidak menggunakan plastik dan 100 persen menggunakan bahan alam.

Upaya untuk mengenalkan tempe wedok ini bukan tanpa kendala. Saat ini jumlah perajin tempe tersebut hanya menyisakan dua orang dengan usia memasuki fase senja.

Sadis, Pemuda Ini Gorok Leher Kedua Orang Tuanya saat Tertidur Lelap

Dua perajin tempe wedok itu adalah Bu Khasanah yang kini sudah berusia 70-an tahun dan Bu Bawon yang kini usianya 60-an tahun. Atas kondisi ini, Karta Bhakti Yudha Pertiwi Desa Labruk Kidul sudah merancang berbagai pelatihan pembuatan tempe agar ada penerus perajin tempe khas desa tersebut.

“Sayang sekali kalau produk dengan kearifan lokal, ramah lingkungan, dan bisa meningkatkan ekonomi warga desa ini punah karena gak ada penerusnya. Kami akan terus berupaya mempromosikan dan akan mengusahakan agar ada penerusnya,” ungkapnya.

Selama ini tempe wedok dijual ke pasar oleh perajin yang bersangkutan. Tempe wedok ini harganya juga lebih terjangkau, tempe dibanderol dengan harga Rp 3.000 satu bungkus isi 10. Soal rasa, tempe wedok dijamin lebih gurih dibanding tempe yang dibungkus dengan plastik seperti yang beredar di pasaran.

Pembina Heppiii Community Lumajang, Miftachul Arif mengatakan pihaknya akan terus berupaya agar produk lokal Desa Labruk Kidul ini tetap lestari. Terlebih produksi tempe wedok jika dikelola dengan maksimal juga bisa meningkatkan potensi dan menguatkan ekonomi warga desa.

“Mudah-mudahan tempe wedok makin berkembang dan akan ada banyak penerusnya, sehingga warga desa bisa semakin produktif dan tetap menjaga kearifan lokal yang ada,” ungkapnya
(msd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2184 seconds (0.1#10.140)