Penolakan Jenazah COVID-19, Pengemudi Ambulans Ngaku Diserang 3 Kali
loading...
A
A
A
MANADO - Pengemudi Ambulans yang membawa jenazah COVID-19 mengaku tiga kali diserang massa. Video penyerangan itu kemudian menjadi viral.
Penolakan terhadap jenazah COVID-19 tersebut terjadi di Desa Talawaan Bajo, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara , Minggu (20/9/2020) sekira pukul 20.05 WITA. (Baca juga: Viral Penolakan Jenazah COVID-19, Supir Ambulan Diamuk Massa )
Video tersebut kemudian menjadi viral karena diunggah di laman sosial media facebook oleh @Morgan Tuama Emor Jr yang merupakan salah seorang pengemudi ambulans di RSUP Prof Kandouw Malalayang. (Baca juga: NU Sulut Punya Kantor Baru, Gubernur Ajak Selalu Jaga Persahabatan )
Korban Johanes Ponamon alias Faldo menceritakan, sebelumnya telah terjadi penolakan di RSUP Prof Kandouw Malalayang. Ada pihak keluarga yang menolak dan ada yang menerima. Namun akhirnya terjadi kesepakatan bersama pihak keluarga agar membawa jenazah untuk dikuburkan di Desa Talawaan Bajo.
Saat memasuki kampung, sudah ada dari Polsek Wori yang mengarahkan untuk langsung menuju kawasan pekuburan. Namun saat memasuki jalan menuju kompleks pekuburan, ada mobil dan beberapa massa yang menghalangi jalan.
"Beberapa massa sudah menggedor-gedor mobil minta berhenti, namun pihak keluarga minta agar jalan terus. Begitu jalan sekitar sepuluh meter, tiba-tiba sudah ada massa banyak sekali yang menghalangi, mobil sudah digedor-gedor kaca spion dicabut, mobil dipukul dengan kayu, sedang mobil patwal yang ada di depan tidak bisa berbuat banyak, massa juga sudah naik di atas mobil patwal," jelas Faldo, Senin (21/9/2020).
Faldo mengaku massa mengarahkan agar mobil patwal jalan terus sementara ambulans yang dikendarainya dipaksa belok menuju ke rumah duka. Saat sampai di rumah duka, warga memintanya untuk membuka pintu ambulans untuk menurunkan jenazah.
"Namun saat saya menurunkan kaca mobil bermaksud memberitahukan cara membuka pintu mobil, tiba-tiba beberapa orang sudah memukuli saya. Untung saja ada keluarga yang menghalangi, keluarga meminta menutup kembali kaca mobil dan keluarga lain menutup pintu belakang mobil. Jenazah masih dalam mobil, kemudian disuruh jalan lagi," kata Faldo.
Kemudian, Faldo menjalankan ambulans sampai ke kompleks pekuburan. Mesin dan lampu mobil diminta dimatikan. Jenazah kemudian diturunkan oleh pihak keluarga untuk dikuburkan. Faldo kemudian kembali pulang.
"Pas berjalan sekira 20 meter ditempat gelap, tiba-tiba hujan batu. Mobil diserang dengan batu. Saya kemudian langsung tancap gas sampai ke Rumah Sakit," kata Faldo.
Faldo mengaku tidak tahu siapa yang melakukan perusakan, karena dari pihak keluarga sendiri ada pro kontra yang menerima dan menolak. Namun dia bersyukur masih ada keluarga lain yang mengerti dan menerima jenazah untuk dikuburkan sesuai protap COVID-19.
"Mungkin kalau tidak ada pro kontra, mungkin saya sudah habis, tidak selamat, karena ada yang berteriak akan membakar saya," kata dia.
Dia juga mengaku sudah dua kali mengalami kejadian penolakan jenazah COVID-19. Begitu juga dengan teman-temannya sesama pengemudi ambulans COVID-19. Di kecamatan Wori, dia mengaku sudah tiga kali mengalami kejadian penolakan, yang paling parah dialaminya di Desa Talawaan Bajo
Kondisi mobil ambulans rusak parah, kaca-kaca mobil pecah, dan body-body motor banyak yang penyok. Kasus ini sudah dilaporkan ke Kepolisian, dia berharap agar para pelaku bisa ditangkap agar keamanan para pengemudi ambulans terjamin.
"Harapan agar pelaku-pelaku bisa ditangkap, agar keamanan kami bisa terjamin. Kasihan kami pengemudi ambulans tidak dapat insentif tenaga medis namun nyawa kami terancam, sudah berapa kali kejadian ini kami alami. Ada teman saya yang dipukul terus telepon genggamnya diambil, ada juga teman saya yang lain sampai dicengkeram lehernya," pungkas Faldo yang sudah dua tahun jadi pengemudi ambulans.
Penolakan terhadap jenazah COVID-19 tersebut terjadi di Desa Talawaan Bajo, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara , Minggu (20/9/2020) sekira pukul 20.05 WITA. (Baca juga: Viral Penolakan Jenazah COVID-19, Supir Ambulan Diamuk Massa )
Video tersebut kemudian menjadi viral karena diunggah di laman sosial media facebook oleh @Morgan Tuama Emor Jr yang merupakan salah seorang pengemudi ambulans di RSUP Prof Kandouw Malalayang. (Baca juga: NU Sulut Punya Kantor Baru, Gubernur Ajak Selalu Jaga Persahabatan )
Korban Johanes Ponamon alias Faldo menceritakan, sebelumnya telah terjadi penolakan di RSUP Prof Kandouw Malalayang. Ada pihak keluarga yang menolak dan ada yang menerima. Namun akhirnya terjadi kesepakatan bersama pihak keluarga agar membawa jenazah untuk dikuburkan di Desa Talawaan Bajo.
Saat memasuki kampung, sudah ada dari Polsek Wori yang mengarahkan untuk langsung menuju kawasan pekuburan. Namun saat memasuki jalan menuju kompleks pekuburan, ada mobil dan beberapa massa yang menghalangi jalan.
"Beberapa massa sudah menggedor-gedor mobil minta berhenti, namun pihak keluarga minta agar jalan terus. Begitu jalan sekitar sepuluh meter, tiba-tiba sudah ada massa banyak sekali yang menghalangi, mobil sudah digedor-gedor kaca spion dicabut, mobil dipukul dengan kayu, sedang mobil patwal yang ada di depan tidak bisa berbuat banyak, massa juga sudah naik di atas mobil patwal," jelas Faldo, Senin (21/9/2020).
Faldo mengaku massa mengarahkan agar mobil patwal jalan terus sementara ambulans yang dikendarainya dipaksa belok menuju ke rumah duka. Saat sampai di rumah duka, warga memintanya untuk membuka pintu ambulans untuk menurunkan jenazah.
"Namun saat saya menurunkan kaca mobil bermaksud memberitahukan cara membuka pintu mobil, tiba-tiba beberapa orang sudah memukuli saya. Untung saja ada keluarga yang menghalangi, keluarga meminta menutup kembali kaca mobil dan keluarga lain menutup pintu belakang mobil. Jenazah masih dalam mobil, kemudian disuruh jalan lagi," kata Faldo.
Kemudian, Faldo menjalankan ambulans sampai ke kompleks pekuburan. Mesin dan lampu mobil diminta dimatikan. Jenazah kemudian diturunkan oleh pihak keluarga untuk dikuburkan. Faldo kemudian kembali pulang.
"Pas berjalan sekira 20 meter ditempat gelap, tiba-tiba hujan batu. Mobil diserang dengan batu. Saya kemudian langsung tancap gas sampai ke Rumah Sakit," kata Faldo.
Faldo mengaku tidak tahu siapa yang melakukan perusakan, karena dari pihak keluarga sendiri ada pro kontra yang menerima dan menolak. Namun dia bersyukur masih ada keluarga lain yang mengerti dan menerima jenazah untuk dikuburkan sesuai protap COVID-19.
"Mungkin kalau tidak ada pro kontra, mungkin saya sudah habis, tidak selamat, karena ada yang berteriak akan membakar saya," kata dia.
Dia juga mengaku sudah dua kali mengalami kejadian penolakan jenazah COVID-19. Begitu juga dengan teman-temannya sesama pengemudi ambulans COVID-19. Di kecamatan Wori, dia mengaku sudah tiga kali mengalami kejadian penolakan, yang paling parah dialaminya di Desa Talawaan Bajo
Kondisi mobil ambulans rusak parah, kaca-kaca mobil pecah, dan body-body motor banyak yang penyok. Kasus ini sudah dilaporkan ke Kepolisian, dia berharap agar para pelaku bisa ditangkap agar keamanan para pengemudi ambulans terjamin.
"Harapan agar pelaku-pelaku bisa ditangkap, agar keamanan kami bisa terjamin. Kasihan kami pengemudi ambulans tidak dapat insentif tenaga medis namun nyawa kami terancam, sudah berapa kali kejadian ini kami alami. Ada teman saya yang dipukul terus telepon genggamnya diambil, ada juga teman saya yang lain sampai dicengkeram lehernya," pungkas Faldo yang sudah dua tahun jadi pengemudi ambulans.
(nth)