Dari Limbah, Berakhir Menjadi Karya Seni Beromset Puluhan Juta
loading...
A
A
A
Nama kelompok Kobek Millenial Papua yang diusulkan oleh Mama Yane sendiri memiliki makna yang berarti, “Kobek itu artinya kelapa dalam bahasa Biak. Millenial Papua yang juga berarti era milenial saat ini kita harus lebih semangat dalam apapun,” kata Mama Yane mantap.
Beromset Puluhan Juta Rupiah hingga Mendapat Pesanan PON XX
Dalam kelompok Kobek Millenial Papua, Mama Yane dibantu oleh 5 orang yang terdiri dari sanak keluarganya untuk memproduksi kerajinan tempurung kelapa sekaligus menjual hasil kerajinannya. Harga produk yang dipatok untuk setiap hasil kerajinannya, mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 2 jutaan. Total omzet atau penjualan dari sejak didampingi Pertamina dari tahun 2019 hingga saat ini telah mencapai puluhan jutaan rupiah.
Penjualan kerajinan tempurung kelapa yang dikerjakan oleh Mama Yane dan kelompoknya ini kebanyakan mendapatkan pesanan melalui facebook “Kobek Millenial Papua” yang dibantu juga pembuatan akunnya oleh Pertamina. Selain itu, Mama Yane juga menjajakan hasil kerajinannya di pinggir jalan raya perempatan Kelurahan Imbi, Kota Jayapura.
Selain membuatkan laman facebook, Pertamina juga membuatkan kartu nama sebagai sarana promosi Mama Yane. “Jadi siapa saja yang pernah melihat kerajinan yang kami buat ini pasti tak lupa saya sisipkan kartu nama, agar orang-orang itu bisa mengingat kerajinan yang kami buat,” ujar Mama Yane.
Mama Yane menceritakan, kerajinan dari tempurung kelapa tidak membutuhkan modal yang besar. Apalagi pembuatan kerajinan ini relatif mudah dan ramah lingkungan. Selama ini, limbah tempurung kelapa didapatkan dari penjual kelapa di Koya, salah satu daerah yang terkenal dengan sentra pertanian dan perkebunan di Kota Jayapura.
Tempurung kelapa yang diambil dibeli dengan harga Rp1.000 hingga Rp2.000 per buah agar menjaga kualitas bahan tempurung kelapa. Dari bahan baku limbah tempurung kelapa tersebut, dihasilkan beberapa produk misalnya alat makan dan minum dari tempurung kelapa, yang dijual dengan harga mulai Rp200 ribu hingga Rp350 ribu per set.
Sementara itu, Mama Yane juga memproduksi lampu hias dari tempurung kelaoa seharga Rp1 juta hingga Rp2 juta tergantung besar dan kecilnya lampu hias yang dibuatnya. “Lampu-lampu hias ini per satu lampu dibuat 2 hari,” jelas Mama Yane.(Baca juga : Wakil Bupati Penabrak Polwan Hingga Tewas Terancam 12 Tahun Penjara )
Dengan semangat, Mama Yane terus mengajarkan pemanfaatan limbah sampah dan menghasilkan keuntungan bagi keberlangsungan hidup sehari-hari bagi masyarakat sekitarnya.
Hasil kerja keras Mama Yane akhirnya berbuah manis. Kelompok Kobek Milenial Papua telah mengantongi pemesanan cinderamata untuk kebutuhan PON XX yang rencananya diselenggarakan tahun 2021 di Papua. “Pelan-pelan pesanan ini akan kami kerjakan, agar para tamu bisa membawa cinderamata hasil karya anak asli Papua,” kata Mama Yane sambil tersenyum.
Beromset Puluhan Juta Rupiah hingga Mendapat Pesanan PON XX
Dalam kelompok Kobek Millenial Papua, Mama Yane dibantu oleh 5 orang yang terdiri dari sanak keluarganya untuk memproduksi kerajinan tempurung kelapa sekaligus menjual hasil kerajinannya. Harga produk yang dipatok untuk setiap hasil kerajinannya, mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 2 jutaan. Total omzet atau penjualan dari sejak didampingi Pertamina dari tahun 2019 hingga saat ini telah mencapai puluhan jutaan rupiah.
Penjualan kerajinan tempurung kelapa yang dikerjakan oleh Mama Yane dan kelompoknya ini kebanyakan mendapatkan pesanan melalui facebook “Kobek Millenial Papua” yang dibantu juga pembuatan akunnya oleh Pertamina. Selain itu, Mama Yane juga menjajakan hasil kerajinannya di pinggir jalan raya perempatan Kelurahan Imbi, Kota Jayapura.
Selain membuatkan laman facebook, Pertamina juga membuatkan kartu nama sebagai sarana promosi Mama Yane. “Jadi siapa saja yang pernah melihat kerajinan yang kami buat ini pasti tak lupa saya sisipkan kartu nama, agar orang-orang itu bisa mengingat kerajinan yang kami buat,” ujar Mama Yane.
Mama Yane menceritakan, kerajinan dari tempurung kelapa tidak membutuhkan modal yang besar. Apalagi pembuatan kerajinan ini relatif mudah dan ramah lingkungan. Selama ini, limbah tempurung kelapa didapatkan dari penjual kelapa di Koya, salah satu daerah yang terkenal dengan sentra pertanian dan perkebunan di Kota Jayapura.
Tempurung kelapa yang diambil dibeli dengan harga Rp1.000 hingga Rp2.000 per buah agar menjaga kualitas bahan tempurung kelapa. Dari bahan baku limbah tempurung kelapa tersebut, dihasilkan beberapa produk misalnya alat makan dan minum dari tempurung kelapa, yang dijual dengan harga mulai Rp200 ribu hingga Rp350 ribu per set.
Sementara itu, Mama Yane juga memproduksi lampu hias dari tempurung kelaoa seharga Rp1 juta hingga Rp2 juta tergantung besar dan kecilnya lampu hias yang dibuatnya. “Lampu-lampu hias ini per satu lampu dibuat 2 hari,” jelas Mama Yane.(Baca juga : Wakil Bupati Penabrak Polwan Hingga Tewas Terancam 12 Tahun Penjara )
Dengan semangat, Mama Yane terus mengajarkan pemanfaatan limbah sampah dan menghasilkan keuntungan bagi keberlangsungan hidup sehari-hari bagi masyarakat sekitarnya.
Hasil kerja keras Mama Yane akhirnya berbuah manis. Kelompok Kobek Milenial Papua telah mengantongi pemesanan cinderamata untuk kebutuhan PON XX yang rencananya diselenggarakan tahun 2021 di Papua. “Pelan-pelan pesanan ini akan kami kerjakan, agar para tamu bisa membawa cinderamata hasil karya anak asli Papua,” kata Mama Yane sambil tersenyum.