Polisi Diminta Penuhi Jaminan Kesehatan Korban Penembakan Barukang
loading...
A
A
A
"Samaka bapaknya ke sana (rumah sakit) ternyata anakku betul, karena celananya ku liat, warna coklat. Baju hitam. Itumi yang selalu terbayang-bayang waktunya diseret," papar Hasbiah.
Hasbiah tinggal bersama keluarga besarnya di sebuah rumah panggung bercat biru dan hijau. Di rumahnya masih terpajang karangan bunga, ucapan dari Kapolres Pelabuhan Makassar , AKBP Kadarislam Kasim dan ditambah bubuhan kata beserta staf dan Bhayangkari.
"Saya mau dihukum seberat-beratnya itu pelaku, polisi. Tidak tegaka liat anakku dikasih begitu, pas di rumah sakit, itu daging jempolnya anakku terkikis. Masih seringka itu pergi lihat di sana, menangis. Kayak orang gila saya. Kalau ku ingat anakku (Anjas)," kata dia.
Wahyuni, kakak perempuan pertama Anjas menceritakan selama ini, almarhum kerap membawa hasil laut dari pelelangan ikan Paotere, tempatnya mencari nafkah. Wanita 30 tahun itu berkata, Anjas memilih meninggalkan bangku sekolah untuk membantu perekonomian keluarga.
"SD tidak tamat itu. Sembarang na kerja kodong, biasa parkir. Bantu-bantu jual ikan. Biasa bawa ikan pulang. Memang pekerja keras itu anak. Pergi kerja itu jam setengah satu pulang jam 7. Kadang jam 5 pulang jam 10. Baru kalau sudah itu pergi main futsal, sudah Asar, Magrib pi baru pulang," ujarnya.
Wahyuni bilang, beberapa kali Anjas sempat membicarakan soal kematian sekitar pertengahan bulan Juli. "Sama mamaku cerita, biasa bilang duluanka mati dari pada kita mak. Janganki menangis. Sering kali bilang begitu, na bilang mamaku, jangan begitu. Baru selalu termenung," ucapnya.
Anjas dimakamkan di pekuburan keluarga di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, pada Senin 31 Agustus lalu. "Banyak temannya itu datang. Almarhum bilang dulu, itupi diliat semua temanku kalau matika. Ternyata betul, banyak memang temannya adikku kodong," ujar Wahyuni.
Kisah memilukan pascapenembakan berdarah di lingkungan Kelurahan Pattingalloang itu, turut dirasakan korban penembakan lainnya. Beruntung mereka tidak bernasib sama dengan Anjas. Iqbal dan Amar tertembak di bagian kaki. Proses pemulihan luka tembakan dijalani mandiri.
Amar dan Iqbal akhir-akhir ini rajin berendam di laut sekitar Pelabuhan Paotere, tujuannya untuk mempercepat proses penyembuhan luka tembak di kaki mereka. Amar yang masih berusia 18 tahun tertembak di bagian kaki kiri. Sementara Iqbal terkena di betis bagian dalam kanannya.
Hasbiah tinggal bersama keluarga besarnya di sebuah rumah panggung bercat biru dan hijau. Di rumahnya masih terpajang karangan bunga, ucapan dari Kapolres Pelabuhan Makassar , AKBP Kadarislam Kasim dan ditambah bubuhan kata beserta staf dan Bhayangkari.
"Saya mau dihukum seberat-beratnya itu pelaku, polisi. Tidak tegaka liat anakku dikasih begitu, pas di rumah sakit, itu daging jempolnya anakku terkikis. Masih seringka itu pergi lihat di sana, menangis. Kayak orang gila saya. Kalau ku ingat anakku (Anjas)," kata dia.
Wahyuni, kakak perempuan pertama Anjas menceritakan selama ini, almarhum kerap membawa hasil laut dari pelelangan ikan Paotere, tempatnya mencari nafkah. Wanita 30 tahun itu berkata, Anjas memilih meninggalkan bangku sekolah untuk membantu perekonomian keluarga.
"SD tidak tamat itu. Sembarang na kerja kodong, biasa parkir. Bantu-bantu jual ikan. Biasa bawa ikan pulang. Memang pekerja keras itu anak. Pergi kerja itu jam setengah satu pulang jam 7. Kadang jam 5 pulang jam 10. Baru kalau sudah itu pergi main futsal, sudah Asar, Magrib pi baru pulang," ujarnya.
Wahyuni bilang, beberapa kali Anjas sempat membicarakan soal kematian sekitar pertengahan bulan Juli. "Sama mamaku cerita, biasa bilang duluanka mati dari pada kita mak. Janganki menangis. Sering kali bilang begitu, na bilang mamaku, jangan begitu. Baru selalu termenung," ucapnya.
Anjas dimakamkan di pekuburan keluarga di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, pada Senin 31 Agustus lalu. "Banyak temannya itu datang. Almarhum bilang dulu, itupi diliat semua temanku kalau matika. Ternyata betul, banyak memang temannya adikku kodong," ujar Wahyuni.
Kisah memilukan pascapenembakan berdarah di lingkungan Kelurahan Pattingalloang itu, turut dirasakan korban penembakan lainnya. Beruntung mereka tidak bernasib sama dengan Anjas. Iqbal dan Amar tertembak di bagian kaki. Proses pemulihan luka tembakan dijalani mandiri.
Amar dan Iqbal akhir-akhir ini rajin berendam di laut sekitar Pelabuhan Paotere, tujuannya untuk mempercepat proses penyembuhan luka tembak di kaki mereka. Amar yang masih berusia 18 tahun tertembak di bagian kaki kiri. Sementara Iqbal terkena di betis bagian dalam kanannya.