Dampak COVID-19, Omset Kedai Sate Maranggi Terjun Bebas
loading...
A
A
A
PURWAKARTA - Pengusaha sate Maranggi, menjadi salah satu kuliner khas Purwakarta yang cukup parah terdampak pandemi virus Corona atau COVID-19. Sejak dua bulan terakhir, kedai-kedai sate Maranggi yang banyak terdapat di sekitaran Jalan Raya Anjungan, Plered, kehilangan pelanggan.
Biasanya saat akhir pekan, di kedai-kedai tersebut selalu dipenuhi para penikmat kuliner khas Purwakarta tersebut. Saking penuhnya areal parkir, kendaraan meluber ke bahu jalan. Umumnya kendaraan yang terparkir itu berpelat nomor luar Purwakarta, seperti Jakarta, Bandung, Bekasi atau Karawang.
Namun pemandangan itu jauh berbeda saat wabah Corona seperti sekarang. Praktis areal-aeral parkir yang tersedia di setiap kedai selalu kosong. Kalau pun ada hanya satu dua kendaraan yang berhenti. Itu pun tidak makan di situ, mereka hanya memesan untuk dibawa pulang.
Begitu pula saat waktu magrib tiba, biasanya kedai-kedai itu sering dijadikan lokasi buka puasa bersama. Saat ini hanya terlihat karyawan kedai yang sedang santai menunggu pelanggan. Di antara kedai sate Maranggi yang terdampak COVID -19 di Jalan Raya Anjungan, Plered, adalah, milik Heri Apandi (Wa Heri).
Ketika kondisi normal, kedai miliknya ini termasuk paling ramai di antara tempat-tempat lainnya. Maklum Wa Heri termasuk generasi kelima dari penemu sate Maranggi khas Purwakarta. Rasa dari hasil olahan daging sapi atau kambingnya memiliki cita rasa tersendiri dengan didominasi bumbu rempah warisan leluhurnya.
Menurut Wa Heri, omsetnya turun drastis setiap harinya. Dia tidak bisa memprediksi dampak yang akan terjadi jika pandemi belum juga tuntas hingga lewat Lebaran ini. Usaha yang sudah dirintisnya bertahun-tahun itu terancam berakhir. Bagaimana tidak, omsetnya terjun bebas hingga 60%, sebab pelanggannya didominasi orang luar Purwakarta, seperti dari Jakarta.
"Dengan adanya PSBB di daerah lain praktis saja pelanggan tidak pernah datang lagi ke kedai. Saat ini kami hanya mengandalkan pelanggan lokal ,"ungkap Wa Heri kepada SINDOnews, Minggu (3/5/2020). (Baca juga; PLN Bakal Gratiskan Pelanggan Bisnis Kecil dan Industri Kecil selama 6 Bulan )
Dia menyebutkan, dalam kondisi seperti ini hanya mampu menghabiskan sekitar 4 kg daging sapi dan 1,2 kg daging kambing. Pendapatan pun dari awalnya mampu mendapat untung sekitar Rp1 juta kini hanya Rp400.000 per hari.
Sementara kedainya memiliki lima karyawan yang harus dibayar setiap bulannya. 'Kami berharap situasi ini segera berakhir. Ekonomi masyarakat semuanya dalam keadaan memprihatinkan," harapnya. (Baca juga; Terdampak Wabah Corona, Lebih dari 3.000 Pekerja di Bandung Kena PHK )
Biasanya saat akhir pekan, di kedai-kedai tersebut selalu dipenuhi para penikmat kuliner khas Purwakarta tersebut. Saking penuhnya areal parkir, kendaraan meluber ke bahu jalan. Umumnya kendaraan yang terparkir itu berpelat nomor luar Purwakarta, seperti Jakarta, Bandung, Bekasi atau Karawang.
Namun pemandangan itu jauh berbeda saat wabah Corona seperti sekarang. Praktis areal-aeral parkir yang tersedia di setiap kedai selalu kosong. Kalau pun ada hanya satu dua kendaraan yang berhenti. Itu pun tidak makan di situ, mereka hanya memesan untuk dibawa pulang.
Begitu pula saat waktu magrib tiba, biasanya kedai-kedai itu sering dijadikan lokasi buka puasa bersama. Saat ini hanya terlihat karyawan kedai yang sedang santai menunggu pelanggan. Di antara kedai sate Maranggi yang terdampak COVID -19 di Jalan Raya Anjungan, Plered, adalah, milik Heri Apandi (Wa Heri).
Ketika kondisi normal, kedai miliknya ini termasuk paling ramai di antara tempat-tempat lainnya. Maklum Wa Heri termasuk generasi kelima dari penemu sate Maranggi khas Purwakarta. Rasa dari hasil olahan daging sapi atau kambingnya memiliki cita rasa tersendiri dengan didominasi bumbu rempah warisan leluhurnya.
Menurut Wa Heri, omsetnya turun drastis setiap harinya. Dia tidak bisa memprediksi dampak yang akan terjadi jika pandemi belum juga tuntas hingga lewat Lebaran ini. Usaha yang sudah dirintisnya bertahun-tahun itu terancam berakhir. Bagaimana tidak, omsetnya terjun bebas hingga 60%, sebab pelanggannya didominasi orang luar Purwakarta, seperti dari Jakarta.
"Dengan adanya PSBB di daerah lain praktis saja pelanggan tidak pernah datang lagi ke kedai. Saat ini kami hanya mengandalkan pelanggan lokal ,"ungkap Wa Heri kepada SINDOnews, Minggu (3/5/2020). (Baca juga; PLN Bakal Gratiskan Pelanggan Bisnis Kecil dan Industri Kecil selama 6 Bulan )
Dia menyebutkan, dalam kondisi seperti ini hanya mampu menghabiskan sekitar 4 kg daging sapi dan 1,2 kg daging kambing. Pendapatan pun dari awalnya mampu mendapat untung sekitar Rp1 juta kini hanya Rp400.000 per hari.
Sementara kedainya memiliki lima karyawan yang harus dibayar setiap bulannya. 'Kami berharap situasi ini segera berakhir. Ekonomi masyarakat semuanya dalam keadaan memprihatinkan," harapnya. (Baca juga; Terdampak Wabah Corona, Lebih dari 3.000 Pekerja di Bandung Kena PHK )
(wib)