Tak Terdampak Pandemi, Penjualan Emas Berjangka di Bandung Justru Naik
loading...
A
A
A
BANDUNG - Penjualan loco gold atau kontrak emas berjangka di Bandung tercatat mengalami kenaikan selama pandemi COVID-19. Tren ini menunjukan masyarakat Bandung mencari alternatif investasi untuk menggulirkan dananya.
Pimpinan Cabang PT Kontak Perkasa Futures (KPF) cabang Bandung Deddy Rudiyanto mengatakan, kendati ekonomi sempat dilanda ketidakpastian akibat pandemi, namun minat masyarakat menginvestasikan dana untuk hal produktif tetap tinggi. Hal itu tampak pada terus naiknya jumlah nasabah dan nilai pembelian loco gold. (Baca: Mau Investasi Emas Tapi Harga Sudah Tinggi? Simak Dulu Ulasan Ini)
Menurut dia, secara total volume transaksi loco gold (kontrak emas berjangka) khususnya di KPF Bandung mengalami peningkatan sebesar 71% menjadi 20.000 lot selama pandemi. Sementara untuk nasabah baru hingga Juli 2020 bertambah sebanyak 66 nasabah.
“Transaksi kontrak berjangka emas mengundang animo yang luar biasa. Karena, peluang yang diperoleh bukan saja pada saat emas naik melainkan juga saat mengalami koreksi yang dinamis. Jadi, untuk investasi perdagangan berjangka komoditi, nasabah bisa mendapatkan peluang profit sekaligus mengalami risiko saat aksi buy dan sell,” terangnya.
Dibandingkan jenis investasi lainnya, kata dia, investasi kontrak emas berjangka lebih menarik karena sifatnya yang safe haven. Artinya memiliki nilai yang stabil di tengah ketidakpastian ekonomi yang diakibatkan berbagai faktor. Tak sedikit pengusaha yang memiliki dana, menginvestasikan dananya pada investasi ini.
Melihat tren investasi berjangka yang terus naik, pihaknya optimistis akan mencapai target akhir tahun. Target volume transaksi sebesar 100.000 lot yakin tercapai. Begitupun dengan target 200 nasabah baru, yakin dapat terkejar, meski menghadapi tantangan ekonomi seperti saat ini.
Lebih lanjut Deddy menjelaskan, naiknya minat masyarakat berinvestasi loco gold berkat harga emas yang terus naik. Pada 5 Agustus 2020 misalnya, emas memecah rekor di level USD 2.018/ troy ons. Kemudian mencapai level tertinggi di level USD 2.081/troy ons pada akhir Juli 2020.
Harga emas telah melonjak 33% dalam tahun ini. Faktor penyebab kenaikan emas diawali dengan ketegangan geopolitik Amerika Serikat dengan Iran dan perang dagang dengan Tiongkok di awal tahun, kemudian reli berlanjut seiring penyebaran wabah COVID-19 yang meluas ke berbagai negara.
Kondisi itu menyebabkan ketidakpastian ekonomi, suku bunga yang rendah, dan penggelontoran triliunan stimulus yang membuat dolar sebagai pesaing safe haven terus merosot. Namun, adanya harapan baru pemulihan ekonomi di Amerika Serikat dan optimisme penemuan vaksin untuk Covid-19 membuat harga emas perlahan terkoreksi. (Baca: Sampai Kapan Harga Emas Terus Berkilau?)
Tercatat pada tanggal 10 Agustus 2020, harga emas mulai meninggalkan rekor tertingginya. Harga logam mulia ini bahkan pernah anjlok 16 persen ke level USD 1.862 troy ons, dan kini stabil di posisi sekitar USD 1.900/troy ons.
Namun, kata Deddy, secara aspek fundamental, harga emas diprediksi akan terjaga di level USD 1.900/troy ons. Tapi apabila ternyata melaju menembus resisten I di level USD 1.980/ troy ons, maka kemungkinan untuk kembali ke posisi USD 2.000 per troy ons sangat besar.
Pimpinan Cabang PT Kontak Perkasa Futures (KPF) cabang Bandung Deddy Rudiyanto mengatakan, kendati ekonomi sempat dilanda ketidakpastian akibat pandemi, namun minat masyarakat menginvestasikan dana untuk hal produktif tetap tinggi. Hal itu tampak pada terus naiknya jumlah nasabah dan nilai pembelian loco gold. (Baca: Mau Investasi Emas Tapi Harga Sudah Tinggi? Simak Dulu Ulasan Ini)
Menurut dia, secara total volume transaksi loco gold (kontrak emas berjangka) khususnya di KPF Bandung mengalami peningkatan sebesar 71% menjadi 20.000 lot selama pandemi. Sementara untuk nasabah baru hingga Juli 2020 bertambah sebanyak 66 nasabah.
“Transaksi kontrak berjangka emas mengundang animo yang luar biasa. Karena, peluang yang diperoleh bukan saja pada saat emas naik melainkan juga saat mengalami koreksi yang dinamis. Jadi, untuk investasi perdagangan berjangka komoditi, nasabah bisa mendapatkan peluang profit sekaligus mengalami risiko saat aksi buy dan sell,” terangnya.
Dibandingkan jenis investasi lainnya, kata dia, investasi kontrak emas berjangka lebih menarik karena sifatnya yang safe haven. Artinya memiliki nilai yang stabil di tengah ketidakpastian ekonomi yang diakibatkan berbagai faktor. Tak sedikit pengusaha yang memiliki dana, menginvestasikan dananya pada investasi ini.
Melihat tren investasi berjangka yang terus naik, pihaknya optimistis akan mencapai target akhir tahun. Target volume transaksi sebesar 100.000 lot yakin tercapai. Begitupun dengan target 200 nasabah baru, yakin dapat terkejar, meski menghadapi tantangan ekonomi seperti saat ini.
Lebih lanjut Deddy menjelaskan, naiknya minat masyarakat berinvestasi loco gold berkat harga emas yang terus naik. Pada 5 Agustus 2020 misalnya, emas memecah rekor di level USD 2.018/ troy ons. Kemudian mencapai level tertinggi di level USD 2.081/troy ons pada akhir Juli 2020.
Harga emas telah melonjak 33% dalam tahun ini. Faktor penyebab kenaikan emas diawali dengan ketegangan geopolitik Amerika Serikat dengan Iran dan perang dagang dengan Tiongkok di awal tahun, kemudian reli berlanjut seiring penyebaran wabah COVID-19 yang meluas ke berbagai negara.
Kondisi itu menyebabkan ketidakpastian ekonomi, suku bunga yang rendah, dan penggelontoran triliunan stimulus yang membuat dolar sebagai pesaing safe haven terus merosot. Namun, adanya harapan baru pemulihan ekonomi di Amerika Serikat dan optimisme penemuan vaksin untuk Covid-19 membuat harga emas perlahan terkoreksi. (Baca: Sampai Kapan Harga Emas Terus Berkilau?)
Tercatat pada tanggal 10 Agustus 2020, harga emas mulai meninggalkan rekor tertingginya. Harga logam mulia ini bahkan pernah anjlok 16 persen ke level USD 1.862 troy ons, dan kini stabil di posisi sekitar USD 1.900/troy ons.
Namun, kata Deddy, secara aspek fundamental, harga emas diprediksi akan terjaga di level USD 1.900/troy ons. Tapi apabila ternyata melaju menembus resisten I di level USD 1.980/ troy ons, maka kemungkinan untuk kembali ke posisi USD 2.000 per troy ons sangat besar.
(don)