Kisah Yoga Sugama, Jenderal Intelijen yang Berani Bisiki Soeharto Mundur dan Tak Melanjutkan Kekuasaan

Minggu, 02 Februari 2025 - 10:45 WIB
loading...
Kisah Yoga Sugama, Jenderal...
Ada satu jenderal yang berani meminta Presiden Soeharto mundur dari jabatannya. Siapakah? Dia adalah Yoga Sugama, jenderal intelijen yang saat itu menjabat Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin). Foto: Dok SINDOnews
A A A
YOGA Sugama, jenderal intelijen yang berani meminta Presiden Soeharto mundur dari pencalonan kembali pada tahun 1988. Soeharto dikenal sebagai Presiden RI dengan masa jabatan paling lama. Selama 32 tahun memimpin, baru Reformasi 1998 yang mampu melengserkannya.

Jauh sebelum era reformasi rupanya sudah ada pihak yang berani meminta Soeharto mundur dari pencalonannya kembali sebagai Presiden RI.



Pada tahun 1988, Soeharto telah menjalani masa kekuasaan selama kurang lebih 22 tahun. Saat itu, dia yang telah berusia 67 tahun berkeinginan melanggengkan kekuasaannya dengan maju kembali sebagai presiden.

Menariknya, ketika hendak mengajukan diri sebagai calon presiden ada sosok jenderal bernama Yoga Sugama yang punya keinginan menghentikan masa kediktatoran Soeharto.

Yoga adalah jenderal yang saat itu menjabat Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin) yang merangkap Kepala Staf Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kaskopkamtib).

Meski menginginkan Soeharto tidak kembali mencalonkan diri, Yoga sebenarnya termasuk dalam lingkaran orang terdekat Presiden.

Yoga mulai mengenal dekat Soeharto ketika masih bertugas sebagai Asisten Kodam Diponegoro. Kedekatan inilah yang membuatnya sangat peduli dengan sang Presiden.

Jenderal intelijen itu meminta Soeharto mundur bukan tanpa alasan. Menurut Yoga, puncak keemasan kekuasaan Soeharto telah tercapai, sehingga sudah waktunya bagi Soeharto yang lanjut usia untuk pensiun dan beristirahat.

Bisnis keluarga dan anak-anak Soeharto yang semakin besar dan berpotensi menjadi sasaran tembak juga menjadi pertimbangan.

Yoga kemudian menyampaikan maksudnya tersebut ketika berada di pertemuan kecil di Jalan Cendana, Jakarta Pusat bersama Benny Moerdani dan Sudharmono.

Sayangnya, ketika itu Soeharto masih bersikeras untuk berkuasa. Membuat situasi sontak tegang dan timbul perdebatan antara kedua belah pihak.

Situasi itu secara langsung disaksikan Ibu Tien Soeharto yang kebetulan melintasi ruang pertemuan. Ibu Tien Soeharto diam-diam mengamati dan memberi isyarat cenderung mendukung Yoga.

Pada akhirnya, Soeharto tetap maju dan kembali memenangkan Pemilu 1988. Meski sempat bersitegang, Yoga masih menjadi salah satu orang kepercayaan Soeharto hingga tahun 1989.

Satu dekade berselang dan Soeharto masih duduk di puncak kekuasaan Indonesia. Namun, pada akhirnya apa yang dikhawatirkan Yoga terjadi pada awal 1998.

Aksi reformasi yang dilakukan ribuan mahasiswa yang diperburuk dengan krisis ekonomi membuat robohnya kekuasaan Orde Baru dan melahirkan sejarah baru. Gambaran inilah yang sebenarnya sangat dihindari oleh Yoga. Dia sangat tidak ingin Soeharto yang punya jasa besar justru harus dipandang buruk oleh masyarakat.
(jon)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1874 seconds (0.1#10.140)