Legenda dan Romantisme Danau Asmara di Ujung Pulau Bunga

Senin, 31 Agustus 2020 - 05:00 WIB
loading...
A A A
Diceritakan, Lio dan Nela bunuh diri dengan cara berjalan ke dalam danau dan menceburkan diri ke dalam pusaran danau. Rupanya, sebelum menceburkan diri, mereka mengikatsatukan pergelangan tangan mereka dengan tali. Keduanya tewas mengenaskan dan baru ditemukan di pinggir danau setelah tiga hari. Tubuh Nela menengadah ke atas. Sementara Lio tertelungkup kaku dengan muka menghadap ke tanah.

Cerita tragis itu menggemparkan kedua desa. Nama Danau Waibelen mulai bertukar sebut dengan nama baru, Danau Asmara. Mula-mula Danau Asmara ringan disebut oleh penduduk sekitar. Namun, sebutan itu kian meluas dan bahkan diterima oleh masyarakat Kabupaten Flores Timur umumnya. Untuk mengenang kejadian naas itu, di pinggir danau tempat di mana sepasang sejoli beristirahat sejenak ditanam pohon kelapa yang kini sudah bertumbuh besar.

Kini, Danau Asmara menjadi salah satu objek wisata di Flores Timur. Pesona keindahannya tak kalah dengan binatang purba Komodo di ujung barat Flores dan Danau Kelimutu di Tengah Flores. Di ujung timur Pulau Bunga atau Flores tersaji kisah asmara dua sejoli dan legenda asal mula Danau Waibelen.

Para wisatawan yang datang ke Danau Waibelen atau Asmara akan terkesima dengan tingkah bunyi kecipak riuh burung Titihan Australia, burung khas yang merajai hening hutan di tepian Asmara. Tak perlu takut dengan cerita tentang buaya yang menghuni danau ini. (Baca: MPR Dorong Danau Kelimutu Jadi Satu Paket Wisata dengan Labuan Bajo)

Menurut keyakinan masyarakat setempat, buaya itu adalah jelmaan dari nenek moyang mereka yang tidak sembarang memangsa. Selama pengujung tidak mengucapkan kata-kata kotor atau saling bersumpah serapah di tempat ini, pengunjung dijamin seratus persen aman.
(don)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1471 seconds (0.1#10.140)