Sekolah Alam Anak Dusun Ambatunin, Tanpa Atap Tetap Semangat
loading...
A
A
A
BALANGAN - Sebagai wilayah terpencil , Dusun Ambatunin, Desa Uren, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan , minim akses.
Baik jalan, telekomunikasi maupun sarana pendidikan. Sehingga masyarakatnya hidup dalam kondisi serba terbatas.
Terlebih dunia pendidikan di kawasan pedalaman ini, sulit diakses, mengingat tingginya perjuangan menuju lokasi. Butuh waktu lama, dan energi fisik yang kuat untuk mencapainya.
Karena kondisi jalan cukup ekstrim melintasi hutan belantara yang terjal dan dipenuhi jurang. Akibatnya banyak warga setempat tak kenal tulis baca, karena bertahun-tahun tak bisa menikmati pendidikan.
Namun belakangan, seorang guru kunjung masuk ke dusun mereka. Memberikan pendidikan dan wawasan, terutama tentang baca tulis. Dengan satu guru ini, belasan anak usia belajar mendapatkan pendidikan. (BACA JUGA: Anggota Brimob dan Keluarganya Dikeroyok Sejumlah Preman di Maumere)
Mereka dibuatkan satu tempat belajar tanpa bangunan. Hanya sepotong terpal melindungi mereka dari terik matahari, dengan fasilitas meja kursi seadanya.
Meski demikian, masalah belum mereda, mengingat akses yang terbatas, guru kunjung hanya mampu mampir dua pekan sekali, dengan proses belajar mengajar selama beberapa jam saja.
Di tengah keterbatasan, animo bocah dusun sangat tinggi dalam menuntut ilmu. Mereka merasa senang bisa mengenyam pendidikan.
Suatu ketika para pemangku kepentingan di instansi terkait menengok ke lokasi minim akses pendidikan ini, mencari kebenaran kondisinya secara langsung. Saat tiba, mereka mendapati belasan siswa bersemangat untuk belajar, walaupun tidak ada sekolah di tempat tersebut.
Sehingga respek berinisiatif ingin membangun sekolah kecil, meski hanya satu ruang belajar. Kemudian dibangunkan pula rumah dinas dan kelengkapan bangunan lain, sebagai ruang guru dan toilet. Proyek masuk anggaran tahun 2020 ini. (BACA JUGA: Tertawakan Whyte KO, Andy Ruiz Jr: Stop Playing Victim, Bro...)
Wacana ini mendapatkan sambutan hangat masyarakat setempat. Bahkan warga telah bergotong royong menyediakan bahan bangunan dari kayu untuk fasilitas layanan pendidikan tersebut. Mereka juga antusias, karena anak-anak bisa sekolah. Selain itu orang dewasa yang buta hurup serta tak bisa menulis juga dapat ikut belajar.
Menurut Kasubag Prencanaan dan Pelaporan Dinas Pendidikan Kabupaten Balangan, M. Iqbal Al-Banjari, SH yang turut dalam ‘trip’ kunjungan ke Dusun Ambatunin, butuh perjuangan untuk mencapai kawasan pedalaman ini.
Dusun Ambatunin merupakan anak desa yang jauh dari pusat desa. Bahkan untuk menuju permukiman dusun ini, harus melewati pegunungan dan masuk hutan belantara. Jaraknya berjalan kaki sekitar enam jam.
Sementara apabila menggunakan kendaraan roda dua, kurang lebih tiga jam. Selain itu, akses jalan hanya jalan setapak yang sebagian sisi kiri kanannya adalah jurang. Jika menggunakan jasa ojek warga setempat, butuh biaya tinggi, bisa mencapai Rp400.000 sampai Rp450.000.
Hal itu dikarenakan kondisi jalan menuju Dusun Ambatunin yang dianggap ektrim dan sulit dilewati. (BACA JUGA: YouTuber Harus Bersyukur, KPI: Nasionalis, RCTI & iNews Lindungi Pelaku Industri Kreatif)
“Sehingga masyarakat setempat lebih familiar dengan Kaltim, karena lokasi desa mereka berdekatan dengan propinsi tetangga tersebut,” kata Iqbal dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (29/8/2020).
Sementara Plt Dinas Pendidikan Balangan, Abdul Basid menyebutkan, pihaknya serius merealisasikan pembangunan SDK Ambatunin. Basid menerangkan, Disdik juga menargetkan tahun pelajaran 2020/2021, SD Kecil Ambatunin sudah resmi menjadi satuan pendidikan formal yang terdaftar secara sah di Pemkab Balangan dan Kemendikbud.
Sehingga sekolah itu nanti berhak penuh dengan hak-hak dan kewajibannya sebagai sekolah yg diselenggarakan oleh Pemkab Balangan. Sebagaimana hak atas dana BOS dan tunjangan terpencil serta lainnya.
Baik jalan, telekomunikasi maupun sarana pendidikan. Sehingga masyarakatnya hidup dalam kondisi serba terbatas.
Terlebih dunia pendidikan di kawasan pedalaman ini, sulit diakses, mengingat tingginya perjuangan menuju lokasi. Butuh waktu lama, dan energi fisik yang kuat untuk mencapainya.
Karena kondisi jalan cukup ekstrim melintasi hutan belantara yang terjal dan dipenuhi jurang. Akibatnya banyak warga setempat tak kenal tulis baca, karena bertahun-tahun tak bisa menikmati pendidikan.
Namun belakangan, seorang guru kunjung masuk ke dusun mereka. Memberikan pendidikan dan wawasan, terutama tentang baca tulis. Dengan satu guru ini, belasan anak usia belajar mendapatkan pendidikan. (BACA JUGA: Anggota Brimob dan Keluarganya Dikeroyok Sejumlah Preman di Maumere)
Mereka dibuatkan satu tempat belajar tanpa bangunan. Hanya sepotong terpal melindungi mereka dari terik matahari, dengan fasilitas meja kursi seadanya.
Meski demikian, masalah belum mereda, mengingat akses yang terbatas, guru kunjung hanya mampu mampir dua pekan sekali, dengan proses belajar mengajar selama beberapa jam saja.
Di tengah keterbatasan, animo bocah dusun sangat tinggi dalam menuntut ilmu. Mereka merasa senang bisa mengenyam pendidikan.
Suatu ketika para pemangku kepentingan di instansi terkait menengok ke lokasi minim akses pendidikan ini, mencari kebenaran kondisinya secara langsung. Saat tiba, mereka mendapati belasan siswa bersemangat untuk belajar, walaupun tidak ada sekolah di tempat tersebut.
Sehingga respek berinisiatif ingin membangun sekolah kecil, meski hanya satu ruang belajar. Kemudian dibangunkan pula rumah dinas dan kelengkapan bangunan lain, sebagai ruang guru dan toilet. Proyek masuk anggaran tahun 2020 ini. (BACA JUGA: Tertawakan Whyte KO, Andy Ruiz Jr: Stop Playing Victim, Bro...)
Wacana ini mendapatkan sambutan hangat masyarakat setempat. Bahkan warga telah bergotong royong menyediakan bahan bangunan dari kayu untuk fasilitas layanan pendidikan tersebut. Mereka juga antusias, karena anak-anak bisa sekolah. Selain itu orang dewasa yang buta hurup serta tak bisa menulis juga dapat ikut belajar.
Menurut Kasubag Prencanaan dan Pelaporan Dinas Pendidikan Kabupaten Balangan, M. Iqbal Al-Banjari, SH yang turut dalam ‘trip’ kunjungan ke Dusun Ambatunin, butuh perjuangan untuk mencapai kawasan pedalaman ini.
Dusun Ambatunin merupakan anak desa yang jauh dari pusat desa. Bahkan untuk menuju permukiman dusun ini, harus melewati pegunungan dan masuk hutan belantara. Jaraknya berjalan kaki sekitar enam jam.
Sementara apabila menggunakan kendaraan roda dua, kurang lebih tiga jam. Selain itu, akses jalan hanya jalan setapak yang sebagian sisi kiri kanannya adalah jurang. Jika menggunakan jasa ojek warga setempat, butuh biaya tinggi, bisa mencapai Rp400.000 sampai Rp450.000.
Hal itu dikarenakan kondisi jalan menuju Dusun Ambatunin yang dianggap ektrim dan sulit dilewati. (BACA JUGA: YouTuber Harus Bersyukur, KPI: Nasionalis, RCTI & iNews Lindungi Pelaku Industri Kreatif)
“Sehingga masyarakat setempat lebih familiar dengan Kaltim, karena lokasi desa mereka berdekatan dengan propinsi tetangga tersebut,” kata Iqbal dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (29/8/2020).
Sementara Plt Dinas Pendidikan Balangan, Abdul Basid menyebutkan, pihaknya serius merealisasikan pembangunan SDK Ambatunin. Basid menerangkan, Disdik juga menargetkan tahun pelajaran 2020/2021, SD Kecil Ambatunin sudah resmi menjadi satuan pendidikan formal yang terdaftar secara sah di Pemkab Balangan dan Kemendikbud.
Sehingga sekolah itu nanti berhak penuh dengan hak-hak dan kewajibannya sebagai sekolah yg diselenggarakan oleh Pemkab Balangan. Sebagaimana hak atas dana BOS dan tunjangan terpencil serta lainnya.
(vit)