Kembangkan Produk Olahan Ikan, Warga di Kedung Ombo Bangkit dari Kemiskinan

Minggu, 27 Oktober 2024 - 22:53 WIB
loading...
A A A
Untuk merubah kebiasaan masyarakat yang menjual langsung ikan hasil tangkapan, pada awalnya tidak mudah. Sebab pada waktu itu, masyarakat berpikiran tidak langsung mendapat penghasilan dari bekerja sebagai nelayan. Untuk sekali menangkap ikan di waduk, nelayan harus mengeluarkan biaya Rp50.000 untuk bahan bakar minyak (BBM), makan dan rokok.

Nelayan pria biasanya bekerja saat malam hari. Sedangkan nelayan perempuan bekerja saat siang hari. Sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk mengolah ikan hasil tangkapan. Setelah diberikan pelatihan beberapa kali, sekitar 25 nelayan perempuan sudah bergabung ke Kelompok Jawak.

Pelatihan yang diterima nelayan perempuan, antara lain pengolahan ikan, dan pengasapan ikan. Kendala yang dihadapi saat pendampingan adalah cara pandang bahwa ikan yang diolah juga laku dijual dengan harga yang lebih layak.

“Pada tahun 2021 kami ajak mereka diskusi, dan tahun Agustus 2022 mulai produksi dan dijual. Dan tahun 2023, produk dititipkan tetangga yang menjadi TKI di luar negeri, seperti Hongkong dan Taiwan dan ternyata laku. Mereka rutin mengirim ke luar negeri,” kata Akbar Alfiansyah, Community Development, Fuel Terminal Boyolali, PT Pertamina Patra Niaga.

Guna meningkatkan kapasitas produksi, Pertamina membelikan kulkas untuk stok karena saat musim kemarau tidak ada ikan yang ditangkap. Saat musim hujan, nelayan bisa menyimpan ikan hasil tangkapan di kulkas. Selain itu, nelayan juga dibuatkan kolam ikan lele. Sebab mereka juga diberikan pelatihan membuat krispi dan kerupuk lele. Produk ini bisa menjadi alternatif ketika tangkapan ikan di waduk tengah sepi.

Selain mengembangkan produk olahan ikan yang dilakukan ibu-ibu, kaum pria di wilayah itu juga tak mau ketinggalan. Mereka mengembangkan lagi bengkel nelayan yang telah lama vakum. Pada tahun 2023, didirikan bengkel dan rumah usaha nelayan, Kelompok Nelayan Sumber Agung.

“Usahanya sebenarnya sudah lama, tapi terkendala sarana dan prasarana. Berhenti saat pandemi Covid-19,” kata Daryono, Ketua Kelompok Nelayan Sumber Agung.

Para nelayan diarahkan membuat peralatan mencari ikan. Selain itu juga ada bantuan alat untuk pembuatan perahu nelayan. Anggota kelompok terdiri atas 15 orang nelayan. Masing-masing memiliki tugas tersendiri, mulai dari bidang mesin, membuat perahu, dan membuat peralatan mencari ikan. Untuk membuat perahu nelayan, dalam satu bulan bisa membuat 3 sampai 4 perahu karena sudah terbiasa.

“kebanyakan pesanan yang masuk membuat perahu baru. Kalau sudah jadi dan dilengkapi mesin diesel, harganya Rp4 juta sampai Rp5 juta. Pesanan berasal dari para nelayan dari berbagai wilayah di Waduk Kedung Ombo,” tuturnya.

Dikatakannya, ketika belum mendapat pendampingan, bengkel yang didirikan hanya jalan di tempat dan tak ada kemajuan. Setelah memperoleh pendampingan, secara berlahan bengkel mengalami kemajuan sedikit demi sedikit. Pesanan pembuatan dan perbaikan perahu mulai berjalan lancar.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2664 seconds (0.1#10.140)