Hari Santri Nasional Momentum bagi Santri Tangkal Intoleransi
loading...
A
A
A
Dikatakannya, polarisasi radikalisme sekarang ini sudah berubah, di mana bukan menggunakan kekerasan lagi, namun sekarang sudah melebur.
"Bagaikan fenomena gunung es, penyebaran paham ini sudah tidak terlihat lagi di permukaan. Di mana kita melihat gejala gejalanya saat ini yakni pertama, digitalisasi radikalisme atau ideologi," sebutnya.
Kedua, metode fundraising atau penggalangan dana yang sulit dilacak karena memanfaatkan transaksi gelap untuk mendanai operasi gerakan kelompok tersebut. Ketiga adalah penyusupan terhadap tiga kelompok rentan yakni perempuan, remaja dan anak-anak untuk disusupi ideologi ektrem karena dianggap lebih mudah dipengaruhi.
"Tentunya hari santri kni adalah momemtum yang luar biasa dalam rangka untuk membentengi anak anak didik kita agar terjadi pengutaan penguatan dan juga mengerti apa yang terjadi di lingkungan sekitar," ujar mantan Dandim 0603/Lebak ini.
Dia berpesan agar Hari Santri Nasional ini juga merupakan simbol kebanggaan atas peran santri agar untuk terus berperan dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan dan mewaspadai bahaya terorisme, radikalisme, dan narkoba.
Dalam kesempatan tersebut, Komjen Marthinus Hukom mengatakan santri dan pesantren merupakan suatu basis pembangunan bangsa. Di mana saat ini ada dua kerusakan moral yang perlu diantisipasi oleh para santri yaitu narkoba dan terorisme.
"Sehingga melalui momentum hari santri ini, kita mengajak semua santri untuk mengambil kembali peran masyarakat sebagai basis pendidikan moral bangsa untuk melakukan perlawanan terhadap dua isu itu," ujarnya.
Sementara itu Pj Wali Kota Cilegon, Nana Supiana mengatakan bahwa semangat perjuangan dan dedikasi para santri selalu menginspirasi untuk menuntut ilmu dan berkontribusi bagi bangsa.
"Semoga santri di seluruh Indonesia semakin maju dan bermanfaat untuk masyarakat,” kata Nana Supiana.
"Bagaikan fenomena gunung es, penyebaran paham ini sudah tidak terlihat lagi di permukaan. Di mana kita melihat gejala gejalanya saat ini yakni pertama, digitalisasi radikalisme atau ideologi," sebutnya.
Kedua, metode fundraising atau penggalangan dana yang sulit dilacak karena memanfaatkan transaksi gelap untuk mendanai operasi gerakan kelompok tersebut. Ketiga adalah penyusupan terhadap tiga kelompok rentan yakni perempuan, remaja dan anak-anak untuk disusupi ideologi ektrem karena dianggap lebih mudah dipengaruhi.
"Tentunya hari santri kni adalah momemtum yang luar biasa dalam rangka untuk membentengi anak anak didik kita agar terjadi pengutaan penguatan dan juga mengerti apa yang terjadi di lingkungan sekitar," ujar mantan Dandim 0603/Lebak ini.
Dia berpesan agar Hari Santri Nasional ini juga merupakan simbol kebanggaan atas peran santri agar untuk terus berperan dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan dan mewaspadai bahaya terorisme, radikalisme, dan narkoba.
Dalam kesempatan tersebut, Komjen Marthinus Hukom mengatakan santri dan pesantren merupakan suatu basis pembangunan bangsa. Di mana saat ini ada dua kerusakan moral yang perlu diantisipasi oleh para santri yaitu narkoba dan terorisme.
"Sehingga melalui momentum hari santri ini, kita mengajak semua santri untuk mengambil kembali peran masyarakat sebagai basis pendidikan moral bangsa untuk melakukan perlawanan terhadap dua isu itu," ujarnya.
Sementara itu Pj Wali Kota Cilegon, Nana Supiana mengatakan bahwa semangat perjuangan dan dedikasi para santri selalu menginspirasi untuk menuntut ilmu dan berkontribusi bagi bangsa.
"Semoga santri di seluruh Indonesia semakin maju dan bermanfaat untuk masyarakat,” kata Nana Supiana.
(shf)