Tragedi Kelam G30S/PKI dan Jenderal Soeharto Simbol Sejarah Hari Kesaktian Pancasila

Selasa, 01 Oktober 2024 - 07:46 WIB
loading...
Tragedi Kelam G30S/PKI...
Tanggal 1 Oktober menjadi momen bersejarah yang diperingati untuk menghormati dan merayakan nilai-nilai dasar yang menjadi landasan negara Indonesia, yaitu Pancasila. Foto/IST
A A A
Setiap 1 Oktober, rakyat Indonesia memperingati Hari Kesaktian Pancasila sebuah momen bersejarah yang memperingati kekuatan Pancasila sebagai dasar negara dalam menghadapi ancaman terhadap kedaulatan bangsa.

Peringatan ini ditetapkan sebagai pengakuan terhadap peran penting Pancasila dalam menjaga keutuhan Indonesia, terutama setelah peristiwa tragis yang terjadi pada malam 30 September 1965, yang dikenal G30S/PKI .

G30S/PKI adalah salah satu babak kelam dalam sejarah Indonesia. Pada malam 30 September 1965, PKI melakukan serangkaian penculikan dan pembunuhan terhadap tujuh perwira tinggi Angkatan Darat.



Para korban dibunuh secara brutal di antaranya Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayor Jenderal MT Haryono, Mayor Jenderal DI Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, Brigadir Jenderal S Parman, Mayor Jenderal Soeprapto, dan Kapten Pierre Andreas Tendean.

Mayat mereka kemudian dibuang ke dalam sumur tua yang kemudian dikenal sebagai Lubang Buaya. Kelompok yang bertanggung jawab atas aksi ini diyakini sebagai Partai Komunis Indonesia (PKI).

Mereka berupaya menggantikan Pancasila dengan ideologi komunisme. Meskipun motif serta dalang di balik peristiwa ini masih diperdebatkan oleh sejarawan, aksi G30S/PKI memicu krisis politik dan militer besar di Indonesia.

Pada 1 Oktober 1965, Mayor Jenderal Soeharto segera mengambil alih komando militer dan memimpin operasi pemulihan keamanan. Dalam waktu singkat, Soeharto berhasil mengendalikan situasi dan menangkap para pelaku G30S/PKI.



Pada 4 Oktober 1965, jenazah korban berhasil ditemukan dan dievakuasi dari Lubang Buaya, kemudian dimakamkan secara kenegaraan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.

Sebagai penghormatan terhadap para korban, mereka diangkat sebagai Pahlawan Revolusi.

Untuk mengenang pengorbanan mereka dan sebagai simbol kekuatan Pancasila, pemerintah menetapkan 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 153 tahun 1967.

Peringatan Hari Kesaktian Pancasila tidak hanya sebagai momen refleksi sejarah, tetapi juga sebagai pengingat pentingnya mempertahankan Pancasila sebagai ideologi negara.

Tragedi G30S/PKI menunjukkan bahwa ada kekuatan-kekuatan yang ingin merongrong Pancasila sebagai dasar negara. Peristiwa tersebut membangkitkan kesadaran nasional untuk melindungi Pancasila dari ancaman ideologi yang berlawanan.

Selama masa Orde Baru, Presiden Soeharto menjadikan Hari Kesaktian Pancasila sebagai peringatan nasional yang wajib diikuti oleh seluruh rakyat Indonesia.



Dengan Keputusan Presiden Nomor 153 Tahun 1967, Soeharto memperluas peringatan ini agar tidak hanya diikuti oleh TNI AD, tetapi oleh seluruh masyarakat Indonesia. Peringatan ini mengingatkan Pancasila adalah pilar kekuatan dan kesatuan nasional yang harus dijaga.

Setiap tahun, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) merilis pedoman pelaksanaan Hari Kesaktian Pancasila. Pedoman ini mencakup susunan acara, jadwal, serta tema yang diangkat setiap tahunnya.

Peringatan ini biasanya diisi dengan upacara bendera yang dilakukan di berbagai instansi pemerintah, sekolah, serta lembaga swasta, yang diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat.

Dampak Peristiwa G30S/PKI

Peristiwa G30S/PKI memicu ketidakstabilan politik yang besar di Indonesia. PKI berupaya untuk menggantikan ideologi Pancasila dengan komunisme, menyebabkan tindakan keras terhadap anggotanya.

Setelah pemberontakan dipadamkan, Indonesia mengalami pembersihan besar-besaran terhadap anggota PKI dan kelompok yang diduga memiliki afiliasi dengan komunisme. Diperkirakan ratusan ribu hingga jutaan orang menjadi korban, salah satu babak tergelap sejarah Indonesia.

Kekacauan politik ini membuka jalan bagi Soeharto untuk mengambil alih kekuasaan dari Presiden Soekarno melalui Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada 11 Maret 1966.

Supersemar memberikan kewenangan penuh kepada Soeharto untuk mengendalikan situasi keamanan negara, yang pada akhirnya membuatnya menjadi Presiden Indonesia pada tahun 1967 dan memulai era Orde Baru.

Hari Kesaktian Pancasila menjadi pengingat bagi bangsa Indonesia akan pentingnya mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara. Pancasila adalah ideologi yang menyatukan Indonesia yang terdiri dari beragam suku, agama, dan budaya.

Dengan menjaga nilai-nilai Pancasila, Indonesia dapat terus berdiri teguh di tengah tantangan globalisasi dan ideologi yang bertentangan. Nilai luhur Pancasila harus dijaga dan dilestarikan agar Indonesia tetap kuat dan berdaulat di tengah tantangan zaman yang terus berubah.

Melalui peringatan ini, masyarakat diajak untuk kembali merefleksikan nilai-nilai Pancasila, seperti kemanusiaan, persatuan, dan keadilan sosial, yang menjadi landasan hidup berbangsa dan bernegara.

Hari Kesaktian Pancasila menjadi simbol kekuatan bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan, sekaligus menjadi pengingat bahwa persatuan dan kesatuan adalah kunci utama dalam menjaga kedaulatan dan keberlanjutan bangsa.
(ams)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1508 seconds (0.1#10.140)