Perang Dingin Kubu Risma dan Whisnu Berlanjut di Pilwali Surabaya 2020

Senin, 24 Agustus 2020 - 19:38 WIB
loading...
Perang Dingin Kubu Risma...
Perang dingin antara kubu Tri Rismaharini dan wakilnya, Whisnu Sakti Buana nampaknya akan terus berlanjut hingga perhelatan Pilwali Kota Surabaya 2020. Ilustrasi/SINDOnews
A A A
SURABAYA - Perang dingin antara kubu Tri Rismaharini dan wakilnya, Whisnu Sakti Buana nampaknya akan terus berlanjut hingga perhelatan Pilwali Kota Surabaya 2020. Sebab, Risma lewat anak emasnya, Eri Cahyadi sedang bertarung dengan Whisnu memperebutkan tiket menuju panggung politik Kota Surabaya 9 Desember mendatang.

Hingga saat ini, Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan belum juga menentukan siapa bakal calon wali kota yang bakal diusungnya pada Pilwali Kota Surabaya. Sementara, isu yang muncul mengemukakan jika nama Eri dan Whisnu adalah kandidat yang paling diperhitungkan. Bahkan, muncul prediksi juga jika keduanya akan dipasangkan sebagai Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya.

Namun, pengamat politik dari Lembaga Transformasi (Eltram) Moch Mubarom menilai jika benar keduanya akan dipasangkan sebagai calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya, hal tersebut akan banyak menimbulkan konflik. Sebab, perang dingin ke dua kubu tersebut sudah terjadi selama bertahun-tahun.

"Walaupun konflik tidak muncul di permukaan, tapi kan semua pihak tahu kalau ada konflik ‘perang dingin’. Kondisi perang dingin tidak bisa dipersatukan dalam waktu sekejap," kata Mubarok.

Banyak yang memperkirakan prestasi Tri Rismaharini harusnya mampu mengawal rekomendasi ke Eri Cahyadi. Apalagi Eri merupakan anak emas walikota Risma. Jerih payah dan prestasi Risma ternyata sama sekali tidak diperhitungkan DPP. Ini dibuktikan dengan tidak turunnya rekom anak emas Tri Rismaharini sebagai Cawali Surabaya.

Sedangkan Armuji yang sebelumnya gembar-gembor maju sebagai bakal calon wali kota berpasangan dengan cawali Eri Cahyadi menyatakan mengundurkan diri. Bagaimanakah peluang pasangan Whisnu-Eri di Pemilihan Wali Kota (Pilwali) Surabaya 9 Desember 2020 mendatang. "Pasangan ini akan lemah, karena pada dasarnya kubu Risma dan Whisnu tidak ketemu," ujar Moch Mubarok Muharam.

Mubarok menilai, seandainya pasangan Whisnu dan Eri Cahyadi ini benar-benar terjadi, maka hal itu hanya untuk membawa kepentingan sesat. Siapapun yang disodorkan Tri Rismaharini, tidak akan mewarisi kekuatan dirinya dalam mengendalikan Pemerintahan Kota Surabaya. Sebab saat ini Whisnu Sakti yang memegang tongkat (rekomendasi)

"Itu seandainya dipaksakan, hanya untuk kepentingan sesaat agar kedua kubu terakomodir dalam pilwali. Kubunya Whisnu menjadi calon wali kota dan kubunya Risma yaitu Eri Cahyadi terakomodir menjadi calon wakil wali kota," tuturnya.

Aktivis ’98 lulusan dari FISIP Universitas Airlangga (Unair) mengatakan, ‘kawin paksa’ Whisnu dan Eri karena partai berlogo kepala banteng moncong putih itu, tidak ingin kehilangan momen di 9 Desember 2020 nanti.

"Itu sebenarnya keterpaksaan, karena kedua kubu tidak ingin kehilangan. Itu yang pertama," katanya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1959 seconds (0.1#10.140)