Fenomena Salju Selimuti Gunung Bromo Ternyata Rugikan Vegetasi Tanaman
loading...
A
A
A
MALANG - Kemunculan salju atau fenomena embun Upas di Gunung Bromo ternyata berdampak negatif kepada flora tanaman. Pasalnya salju yang menyelimuti tanaman di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) itu membuat tanaman mengering.
Kepala Bagian Tata Usaha (Kabag TU) Balai Besar TNBTS Septi Eka Wardhani mengakui sedikit banyak fenomena frost atau embun upas berpengaruh ke vegetasi di kawasan taman nasional.
”Sedikit banyak berdampak terhadap beberapa vegetasi yang ada di sekitar ditemukannya embun upas. Daun-daun dan tanaman itu bisa menjadi kering, karena terkena dari es dinginnya es dari embun upas tersebut,” kata Septi Eka Wardhani, Kamis (18/7/2024).
Bahkan tak menutup kemungkinan vegetasi tanaman itu bisa mati akibat kering. Hal ini yang membuat embun upas dinilai merugikan masyarakat yang bercocok tanam di area taman nasional.
”Karena ketika terjadi embun upas, bisa menyebabkan kematian dari tumbuhan yang terkena embun upas tersebut,” ujarnya.
Sejauh ini fenomena embun upas atau frost itu tidak hanya ditemukan di kawasan Gunung Bromo di antaranya padang savana dan lautan pasir, tapi juga di kawasan sekitar Gunung Semeru, termasuk di Ranupani dan Ranu Kumbolo.
Hal ini karena kawasan ini berada di ketinggian di atas 2.000 Mdpl.
”Tidak cuma di Bromo, tapi juga sekitar Ranupani, Ranu Kumbolo, dan di daerah-daerah yang sangat dingin, yang berada di dalam kawasan TNBTS bisa timbul embun upas, atau lapisan es yang terjadi dari embun yang membeku yang sangat dingin,” tukasnya.
Sebagai informasi, area kawasan Gunung Bromo mulau muncul embun upas disebabkan adanya angin muson timur yang berhembus dari Benua Australia, hal ini membuat suhu udara di Gunung Bromo cukup dingin.
Bahkan di beberapa waktu suhu udara di TNBTS mencapai 5 derajat. Hal ini yang disebut membuat embun upas atau frost yang menyerupai salju muncul.
Fenomena embun Upas terjadi ketika suhu udara cukup dingin berkisar antara 5 - 9 derajat celsius, dan hanya dijumpai pada pagi hari, atau sebelum matahari terbit dengan sempurna. Embun upas akan menghilang saat matahari mulai meninggi.
Diprediksi fenomena embun upas ini akan kian mudah dijumpai hingga Agustus mendatang, mengingat ini belum puncak dari musim kemarau. Sesuai prediksi BMKG cuaca cenderung lebih dingin karena adanya penurunan suhu yang ekstrem.
Kepala Bagian Tata Usaha (Kabag TU) Balai Besar TNBTS Septi Eka Wardhani mengakui sedikit banyak fenomena frost atau embun upas berpengaruh ke vegetasi di kawasan taman nasional.
”Sedikit banyak berdampak terhadap beberapa vegetasi yang ada di sekitar ditemukannya embun upas. Daun-daun dan tanaman itu bisa menjadi kering, karena terkena dari es dinginnya es dari embun upas tersebut,” kata Septi Eka Wardhani, Kamis (18/7/2024).
Bahkan tak menutup kemungkinan vegetasi tanaman itu bisa mati akibat kering. Hal ini yang membuat embun upas dinilai merugikan masyarakat yang bercocok tanam di area taman nasional.
”Karena ketika terjadi embun upas, bisa menyebabkan kematian dari tumbuhan yang terkena embun upas tersebut,” ujarnya.
Sejauh ini fenomena embun upas atau frost itu tidak hanya ditemukan di kawasan Gunung Bromo di antaranya padang savana dan lautan pasir, tapi juga di kawasan sekitar Gunung Semeru, termasuk di Ranupani dan Ranu Kumbolo.
Hal ini karena kawasan ini berada di ketinggian di atas 2.000 Mdpl.
”Tidak cuma di Bromo, tapi juga sekitar Ranupani, Ranu Kumbolo, dan di daerah-daerah yang sangat dingin, yang berada di dalam kawasan TNBTS bisa timbul embun upas, atau lapisan es yang terjadi dari embun yang membeku yang sangat dingin,” tukasnya.
Sebagai informasi, area kawasan Gunung Bromo mulau muncul embun upas disebabkan adanya angin muson timur yang berhembus dari Benua Australia, hal ini membuat suhu udara di Gunung Bromo cukup dingin.
Bahkan di beberapa waktu suhu udara di TNBTS mencapai 5 derajat. Hal ini yang disebut membuat embun upas atau frost yang menyerupai salju muncul.
Fenomena embun Upas terjadi ketika suhu udara cukup dingin berkisar antara 5 - 9 derajat celsius, dan hanya dijumpai pada pagi hari, atau sebelum matahari terbit dengan sempurna. Embun upas akan menghilang saat matahari mulai meninggi.
Diprediksi fenomena embun upas ini akan kian mudah dijumpai hingga Agustus mendatang, mengingat ini belum puncak dari musim kemarau. Sesuai prediksi BMKG cuaca cenderung lebih dingin karena adanya penurunan suhu yang ekstrem.
(ams)