Bupati Mas Sumatri Hibur Rakyat Perankan Mantri dalam Pentas Seni Arja

Senin, 01 Juli 2019 - 13:30 WIB
Bupati Mas Sumatri Hibur Rakyat Perankan Mantri dalam Pentas Seni Arja
Bupati Mas Sumatri Hibur Rakyat Perankan Mantri dalam Pentas Seni Arja
A A A
AMLAPURA - Ribuan masyarakat Kabupaten Karangasem tumpah ruah menikmati malam penutupan pameran HUT Kota Amlapura ke 379, Minggu (30/6/2019) malam.

Berbeda dengan tahun sebelumnya, kali ini masyarakat dikejutkan dengan penampilan orang nomor satu di Kabupaten Karangasem sebagai tokoh utama dalam Pentas Seni Arja. Bupati Mas Sumatri terjun langsung menghibur masyarakatnya. Ia tampak mahir memerankan lakon Pemimpin/Raja "Mantri Buduh" dalam pementasan Arja bertemakan Asta Brata (Delapan Sifat Kepemimpinan dalam Agama Hindu).

"Saya ditelpon mendadak oleh Ibu Bupati lima hari lalu. Saat itu saya sedang cek kesehatan di Sanglah, tiba-tiba beliau meminta saya langsung melatihnya memainkan peran dalam pentas seni arja demi menghibur masyarakat Karangasem," tutur I Ketut Bawa yang melakoni peran Parekan Punta (penasehat) dalam pentas tersebut.

Ketut Bawa, seniman yang akrab disapa Pan Gonjak sebagai penyiar Radio senior di SWiB 106,8 FM mengatakan, pertemuan dengan Bupati Mas Sumatri di panggung pentas ini, bukan untuk yang pertama kalinya. Ia menceritakan, Bupati Mas Sumatri dulu sempat menjadi anak didiknya saat masih menjalani masa Pendidikan Guru Agama Hindu (PGAH) tahun 1986.

Sebelum menjadi orang nomor satu di Kabupaten Karangasem, Mas Sumatri juga sempat menjajaki dunia pentas seni arja sebagai Galuh Daa ( Galuh Manis) di Sidemen bersamanya. Maka tak heran, menghayati peran sebagai Mantri kali ini mampu dikuasi Bupati Mas Sumatri hanya dalam dua kali pertemuan.

"Ibu Mas hanya berlatih dua kali pertemuan. Sekali pertemuan waktunya hanya satu jam. Jadi bisa dikatakan beliau hanya berlatih selama dua jam saja sebelum pentas," ungkapnya.

Mengenai pemilihan peran Mantri Buduh, Pan Gonjak menjelaskan, ini pilihan dari Bupati Mas Sumatri. Alasannya, jika memerankan Mantri dengan pakem Dharma, maka pementasan akan tampak serius dan pesan dalam cerita akan sulit dipahami masyarakat awam. Bupati menginginkan agar terlukiskan dalam pementasan sosok pemimpin yang tidak fanatik dan menampilkan sosok merakyat.

Sebagai Mantri Buduh, maka lakon yang dimainkan dapat menggunakan bahasa yang lebih ringan sehingga diharapkan pesan dalam pementasan lebih mudah difahami oleh seluruh masyarakat. Selain dirinya, pentas seni arja Bupati Mas Sumatri juga dibantu oleh I Komang Parwata yang kesehariannya sebagai pengajar di SD 1 Budakeling.Di Pentas Arja "Asta Brata",Komang Parwata memerankan laku Parekan Wijil.

Sementara itu, Bupati Mas Sumatri usai pentas mengingatkan kembali pesan yang ingin disampaikan dalam perannya. Asta Brata adalah sifat kepemimpinan yang ingin pemerintah terapkan dalam melayani masyarakat Karangasem. Dalam cerita pewayangan, Asta Brata adalah ajaran kepemimpinan yang diberikan oleh Sri Rama kepada Gunawan Wibhisana sebelum Ia memegang tampuk kepemimpinan Alengka Pura pasca kemenangan Sri Rama melawan keangkaramurkaan Rawana.

Adapun delapan bagian Asta Brata tersebut adalah Indra Brata yang artinya kepemimpinan bagaikan Dewa Indra atau Dewa Hujan, dimana hujan itu berasal dari air laut yang menguap. Dengan demikian seorang pemimpin berasal dari rakyat harus kembali mengabdi untuk rakyat. Kedua, Yama Brata,yaitu sifat kepemimpinan yang bisa menegakkan keadilan tanpa pandang bulu bagaikan Sang Hyang Yamadipati yang mengadili Sang Suratma. Ketiga, Surya Brata,kepemimpinan yang mampu memberikan penerangan kepada warganya bagaikan Sang Surya yang menyinari dunia.

Sifat keempat, Candra Brata.Mengandung maksud pemimpin hendaknya mempunyai tingkah laku yang lemah lembut atau menyejukkan bagaikan Sang Candra yang bersinar di malam hari. Kelima, Bayu Brata, mengandung maksud pemimpin harus mengetahui pikiran atau kehendak (bayu) rakyat dan memberikan angin segar untuk para kawula alit atau wong cilik sebagimana sifat Sang Bayu yang berhembus dari daerah yang bertekanan tinggi ke rendah.

Keenam, Baruna Brata adalah sifat pemimpin yang harus dapat menanggulangi kejahatan atau penyakit masyarakat yang timbul. Sebagaimana Sang Hyang Baruna membersihkan segala bentuk kotoran di laut. Tujuh, Agni Brata ,mengandung maksud pemimpin harus bisa mengatasi musuh yang datang dan membakarnya sampai habis bagaikan Sang Hyang Agni. Delapan, Kwera atau Prthiwi Brata,sifat seorang pemimpin harus selalu memikirkan kesejahteraan rakyatnya sebagaimana bumi memberikan kesejahteraan bagi umat manusia dan bisa menghemat dana sehemat-hematnya seperti Sang Hyang Kwera dalam menata kesejahteraan di kahyangan.

"Terima Kasih atas dukungan masyarakat dan kepercayaan masyarakat pula. Saya berharap sifat tersebut bisa kita wujudkan bersama demi kemajuan dan kesejahteraan Bumi Lahar. Mari kita galakkan semangat "Menyama Braya" dalam membangun Karangasem yang bersih, cerdas serta bermartabat berlandaskan Tri Hita Karana," imbuhnya.

Malam penutupan juga dimeriahkan dengan penampilan Padus Gita Suara Pemkab Karangasem yang membawakan lagu Mars Karangasem, Sekar Tunjung dan Spirit of Bali, pada malam penutupan juga diisi dengan penyerahan piagam kepada para sponsor serta donatur HUT Kota. Hiburan tari pendet dari para pegawai pria Perumda Tirta Tohlangkir PDAM Karangasem, musik dari band Lolot juga Undian kupon berhadiah utama 1 unit mobil Ayla pun diundi pada malam itu.
(akn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4885 seconds (0.1#10.140)