Fenomena Perkotaan, Koperasi Warteg Ungkap Tantangan Digitalisasi Pembayaran
loading...
A
A
A
Selain itu, juga memberikan insentif seperti subsidi atau diskon biaya transaksi bagi warteg yang mengadopsinya. Lalu, menawarkan program cashback atau diskon khusus bagi pelanggan yang melakukan pembayaran menggunakannya di warteg.
"Memperbaiki dan memperluas akses internet di daerah-daerah yang masih belum terjangkau dengan baik. Memfasilitasi penyediaan perangkat pemindai QR code yang terjangkau bagi warteg," tambah Mukroni.
Kowantara juga mendorong bank dan fintech untuk menawarkan paket layanan yang menarik bagi warteg, termasuk perangkat gratis atau biaya transaksi yang lebih rendah. Termasuk mengadakan program kolaboratif dengan bank untuk mendukung digitalisasi UMKM termasuk warteg.
"Mengadakan program edukasi tentang keamanan digital untuk mengurangi kekhawatiran tentang penipuan. Memberikan jaminan dan proteksi asuransi bagi pemilik warteg terhadap risiko-risiko terkait transaksi digital," urai Mukroni.
Kowantara juga mendorong pemerintah mengeluarkan kebijakan yang mendukung penggunaan QRIS, misalnya dengan memberikan insentif pajak bagi warteg yang mengadopsi QRIS, serta regulasi yang mempermudah warteg.
Poin lainnya, yakni diharapkan adanya kampanye promosi besar-besaran untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat menggunakannya. Termasuk di media sosial dan influencer untuk mempromosikan penggunaan QRIS di warteg.
"Dengan langkah-langkah ini, pemerintah dapat membantu mengatasi hambatan yang ada dan mendorong adopsi QRIS di warteg, sehingga transaksi menjadi lebih efisien dan tercatat dengan baik, serta membantu mengintegrasikan warteg dan Kowantara dalam ekosistem keuangan digital," sambung Mukroni.
Di tempat terpisah, Indra, praktisi bidang teknologi keuangan digital Indra yang juga Direktur Utama perusahaan merchant aggretator, PT Trans Digital Cemerlang (TDC), sepakat pendidikan dan sosialisasi mengenai transaksi digital apapun jenisnya termasuk penggunaan QRIS harus menjadi prioritas semua pihak.
“Beberapa waktu lalu Bank Indonesia mengatakan sosialisasi dan edukasi tentang QRIS menjadi tanggung jawab bersama, baik dari sisi literasi sampai pencegahan penyalagunaan. Saya melihat semua stakeholder termasuk merchant sedang berjalan ke arah sana, sangat positif,” ujarnya.
Indra menjelaskan pengunaan QRIS bagi usaha seperti warteg adalah sebuah keniscayaan di era digital saat ini. Derasnya digitalisasi dan kemudahan akses diyakini akan semakin baik ke depan. Komitmen pemerintah terhadap jaringan internet menurutnya saat ini sudah cukup baik dan menyentuh ke daerah.
"Memperbaiki dan memperluas akses internet di daerah-daerah yang masih belum terjangkau dengan baik. Memfasilitasi penyediaan perangkat pemindai QR code yang terjangkau bagi warteg," tambah Mukroni.
Kowantara juga mendorong bank dan fintech untuk menawarkan paket layanan yang menarik bagi warteg, termasuk perangkat gratis atau biaya transaksi yang lebih rendah. Termasuk mengadakan program kolaboratif dengan bank untuk mendukung digitalisasi UMKM termasuk warteg.
"Mengadakan program edukasi tentang keamanan digital untuk mengurangi kekhawatiran tentang penipuan. Memberikan jaminan dan proteksi asuransi bagi pemilik warteg terhadap risiko-risiko terkait transaksi digital," urai Mukroni.
Kowantara juga mendorong pemerintah mengeluarkan kebijakan yang mendukung penggunaan QRIS, misalnya dengan memberikan insentif pajak bagi warteg yang mengadopsi QRIS, serta regulasi yang mempermudah warteg.
Poin lainnya, yakni diharapkan adanya kampanye promosi besar-besaran untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat menggunakannya. Termasuk di media sosial dan influencer untuk mempromosikan penggunaan QRIS di warteg.
"Dengan langkah-langkah ini, pemerintah dapat membantu mengatasi hambatan yang ada dan mendorong adopsi QRIS di warteg, sehingga transaksi menjadi lebih efisien dan tercatat dengan baik, serta membantu mengintegrasikan warteg dan Kowantara dalam ekosistem keuangan digital," sambung Mukroni.
Di tempat terpisah, Indra, praktisi bidang teknologi keuangan digital Indra yang juga Direktur Utama perusahaan merchant aggretator, PT Trans Digital Cemerlang (TDC), sepakat pendidikan dan sosialisasi mengenai transaksi digital apapun jenisnya termasuk penggunaan QRIS harus menjadi prioritas semua pihak.
“Beberapa waktu lalu Bank Indonesia mengatakan sosialisasi dan edukasi tentang QRIS menjadi tanggung jawab bersama, baik dari sisi literasi sampai pencegahan penyalagunaan. Saya melihat semua stakeholder termasuk merchant sedang berjalan ke arah sana, sangat positif,” ujarnya.
Indra menjelaskan pengunaan QRIS bagi usaha seperti warteg adalah sebuah keniscayaan di era digital saat ini. Derasnya digitalisasi dan kemudahan akses diyakini akan semakin baik ke depan. Komitmen pemerintah terhadap jaringan internet menurutnya saat ini sudah cukup baik dan menyentuh ke daerah.