Inovatif, Tim Mahasiswa Universitas Brawijaya Ciptakan Alat Terapi Tulang Belakang Berbasis IoT

Senin, 01 Juli 2024 - 09:02 WIB
loading...
A A A
Cara kerjanya kata Farid, dari mikrokontroler ESP32 nanti akan memproses data sensor untuk menentukan output berupa modul getar, lampu LED, dan heater. Alat ini akan memberi peringatan melalui getaran dan cahaya jika terdeteksi posisi tulang belakang yang salah.

"Selain itu, dua polymade heater akan mengurangi nyeri dengan meningkatkan sirkulasi darah di daerah yang terkena, melalui proses thermotherapy," ujarnya.

Data dari perangkat ini akan disajikan dalam grafik harian melalui aplikasi yang terhubung dengan WhatsApp bot. Ini memungkinkan orang tua dan terapis untuk melacak kemajuan terapi secara langsung.

“Kami menerapkan Pendekatan Chronic Care Model dengan fokus pada kesejahteraan pasien dan keluarga. Salah satu fitur utamanya adalah pemberian kalimat motivasi yang berbeda setiap hari melalui WhatsApp bot dan aplikasi," tuturnya.

"Ini membantu dalam mendeteksi masalah secara dini, melibatkan keluarga secara langsung, dan mengatasi gangguan tulang belakang,” tambahnya, salah satu anggota tim dari Ilmu Keperawatan ketika proses pendampingan pasien di Desa Sumbersekar, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

Pada implementasinya, pasien juga diberikan panduan dan buku harian “My Bone” untuk memantau aktivitas, perasaan, penggunaan brace, dan pola makan anak. Keluarga juga terlibat dengan memberikan stiker Bintang jika anak berhasil memenuhi misi harian.

Setiap 3 hari, tim akan berkunjung ke rumah dan memberikan terapi bermain sekaligus penghargaan dalam bentuk Bintang yang lebih besar. Keluarga juga mendapatkan edukasi, konsultasi, dan dukungan emosional melalui berbagai modul dan aplikasi.

“Saat ini kami sedang proses mengajukan HAKI sebanyak lima yaitu tiga buah modul untuk keluarga, pasien, serta tenaga kesehatan, satu manual book, dan dua program komputer berupa WhatsApp Bot Care serta Aplikasi. Semoga PATEN yang kami ajukan sebanyak tiga draft juga disetujui dalam waktu dekat ini,” paparnya.

Pengembangan “Posturecare” ini telah direkomendasikan dan dikonsultasikan oleh para ahli sebanyak 12 praktisi, mulai dari dokter spesialis bedah syaraf, hingga spesialis keperawatan anak dan keperawatan kronis.

Inovasi ini juga berhasil meraih dana dari pemerintah dari Program Karya Mahasiswa (PKM) Karya Inovatif (KI) di bawah bimbingan Nurussa’adah dari Teknik Elektro.

"Dengan PostureCare, diharapkan anak-anak baik dengan kifosis maupun tidak dapat memperoleh tindakan pencegahan, sekaligus penanganan yang optimal dan meminimalkan risiko komplikasi di masa depan," jelasnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4684 seconds (0.1#10.140)
pixels