Cegah Kebakaran Hutan dan Lahan, Langit Kalbar Ditaburi 13 Ton Garam
loading...
A
A
A
PONTIANAK - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tengah melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) sebagai langkah preventif terhadap Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar). Operasi ini dimulai sejak 25 Juni dan direncanakan berlangsung hingga 5 Juli 2024.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam keterangan resminya yang dikutip pada Minggu (30/6/2024), menyebutkan bahwa periode puncak Karhutla di Kalbar dan provinsi lain yang rentan biasanya terjadi pada bulan Juli hingga September.
"Data Pemantau Air Lahan Gambut (SIPALAGA) dari Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) menunjukkan sebagian besar lahan gambut di Kalbar sudah mengering dengan ketinggian air tanah di bawah 40 cm, menandakan status yang sangat rawan," kata Dwikorita.
Dengan data tersebut, Dwikorita menekankan pentingnya OMC sebagai upaya BMKG bersama pemangku kepentingan dalam mencegah Karhutla di Kalbar. Jika Karhutla terjadi dan meluas, dampaknya akan sangat buruk bagi masyarakat luas. "Berdasarkan data Sipongi KLHK, pada tahun 2023, lahan terbakar di Kalbar mencapai 111.848 hektar. Tentunya, ini sangat luas dan OMC berupaya untuk mencegah kejadian serupa," tambahnya.
Plt. Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, menjelaskan bahwa saat ini telah disiapkan 13 ton NaCI Powder untuk disemai di langit Kalbar. Target penyemaian difokuskan pada daerah rawan Karhutla, yaitu lahan gambut di Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Sambas, Kabupaten Sintang, Kabupaten Sekadau, dan Kabupaten Sanggau.
"Tim pelaksana OMC harus aktif memantau data Tinggi Muka Air Tanah (TMAT) setiap harinya untuk menentukan daerah yang sudah rawan terbakar dan perlu dijadikan prioritas dalam penyemaian awan," jelas Seto.
Seto juga menambahkan bahwa berdasarkan analisis BMKG, wilayah Kalbar termasuk area Non-ZOM, dengan prakiraan sifat hujan pada Juni dan Juli yang normal hingga bawah normal, terutama di Kabupaten Kubu Raya. Hal ini meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya Karhutla seperti tahun sebelumnya.
Meski demikian, BMKG terus melakukan pemantauan titik panas di wilayah Kalbar untuk memitigasi terjadinya Karhutla. Dengan OMC, diharapkan lahan gambut kembali basah dan muka airnya meningkat sehingga tidak mudah terbakar.
"Harapan dari kegiatan OMC ini adalah terjaganya kebasahan lahan gambut di wilayah Provinsi Kalbar sehingga lahan gambut akan sulit terbakar ketika memasuki puncak musim kemarau," ungkap Seto.
Dalam pelaksanaan OMC di Kalbar, BMKG bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), TNI AU, BRGM, BPBD Kalbar, dan Pemprov Kalbar. Kegiatan ini didukung oleh armada CASA 212-200 milik Skadron 4 Lanud Abdulrachman Saleh, Malang, Jawa Timur.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam keterangan resminya yang dikutip pada Minggu (30/6/2024), menyebutkan bahwa periode puncak Karhutla di Kalbar dan provinsi lain yang rentan biasanya terjadi pada bulan Juli hingga September.
"Data Pemantau Air Lahan Gambut (SIPALAGA) dari Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) menunjukkan sebagian besar lahan gambut di Kalbar sudah mengering dengan ketinggian air tanah di bawah 40 cm, menandakan status yang sangat rawan," kata Dwikorita.
Dengan data tersebut, Dwikorita menekankan pentingnya OMC sebagai upaya BMKG bersama pemangku kepentingan dalam mencegah Karhutla di Kalbar. Jika Karhutla terjadi dan meluas, dampaknya akan sangat buruk bagi masyarakat luas. "Berdasarkan data Sipongi KLHK, pada tahun 2023, lahan terbakar di Kalbar mencapai 111.848 hektar. Tentunya, ini sangat luas dan OMC berupaya untuk mencegah kejadian serupa," tambahnya.
Plt. Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, menjelaskan bahwa saat ini telah disiapkan 13 ton NaCI Powder untuk disemai di langit Kalbar. Target penyemaian difokuskan pada daerah rawan Karhutla, yaitu lahan gambut di Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Sambas, Kabupaten Sintang, Kabupaten Sekadau, dan Kabupaten Sanggau.
"Tim pelaksana OMC harus aktif memantau data Tinggi Muka Air Tanah (TMAT) setiap harinya untuk menentukan daerah yang sudah rawan terbakar dan perlu dijadikan prioritas dalam penyemaian awan," jelas Seto.
Seto juga menambahkan bahwa berdasarkan analisis BMKG, wilayah Kalbar termasuk area Non-ZOM, dengan prakiraan sifat hujan pada Juni dan Juli yang normal hingga bawah normal, terutama di Kabupaten Kubu Raya. Hal ini meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya Karhutla seperti tahun sebelumnya.
Meski demikian, BMKG terus melakukan pemantauan titik panas di wilayah Kalbar untuk memitigasi terjadinya Karhutla. Dengan OMC, diharapkan lahan gambut kembali basah dan muka airnya meningkat sehingga tidak mudah terbakar.
"Harapan dari kegiatan OMC ini adalah terjaganya kebasahan lahan gambut di wilayah Provinsi Kalbar sehingga lahan gambut akan sulit terbakar ketika memasuki puncak musim kemarau," ungkap Seto.
Dalam pelaksanaan OMC di Kalbar, BMKG bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), TNI AU, BRGM, BPBD Kalbar, dan Pemprov Kalbar. Kegiatan ini didukung oleh armada CASA 212-200 milik Skadron 4 Lanud Abdulrachman Saleh, Malang, Jawa Timur.
(hri)