Kisah Heroik 30 Prajurit TNI Taklukkan 3.000 Tentara Pemberontak Kongo

Minggu, 23 Juni 2024 - 19:20 WIB
loading...
Kisah Heroik 30 Prajurit TNI Taklukkan 3.000 Tentara Pemberontak Kongo
Nyamar jadi hantu putih, 30 TNI berhasil menaklukkan 3.000 tentara Pemberontak Kongo. Foto/Ist
A A A
Pada Tahun 1962, Persatuan Bangsa Bagsa (PBB) memerintahkan Indonesia untuk mengirimkan pasukan perdamaian ke Negara Republik Demokratik Kongo, Afrika. Kemudian dikirimkan pasukan perdamaian Indonesia diberi nama Kontingen Garuda III (Konga III).

Anggota Konga III diambil dari Batalion 531 Raiders, satuan-satuan Kodam II Bukit Barisan, Batalion Kavaleri 7, dan unsur tempur lainnya, termasuk Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD yang waktu itu masih bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Pasukan Konga III dipimpin Kemal Idris yang saat itu masih berpangkat Brigjen TNI.

Sebanyak 3.457 tentara Konga III berangkat dengan pesawat pada Desember 1962. Mereka ditugaskan di Albertville, Kongo selama 8 bulan di bawah naungan United Nations Operation in the Congo (UNOC). Daerah yang menjadi medan operasi pasukan KONGA III terkenal sangat berbahaya.



Letjen (Purn) Kemal Idris (alm), Komandan Pasukan Perdamaian Indonesia di Kongo saat itu, dalam buku biografinya berjudul “Kemal Idris, Bertarung dalam Revolusi” terbitan Sinar Harapan, menceritakan kisah heroik prajurit TNI Konga III.

Kisah heroik ini cukup unik, sebanyak 30 prajurit TNI dari kesatuan Kopassus yang tergabung dalam Konga III berhasil menaklukan 3.000 personel pasukan pemberontak Kongo, dengan menyamar jadi hantu putih.

Suatu ketika markas KONGA III yang berisi 300 personel diserbu 2.000 personel pasukan pemberontak yang dipimpin Moises Tsombe. Mereka mengepung markas KONGA III. Pasukan KONGA III mati-matian mempertahankan markasnya.

Baku tembak sengit terjadi. Mulai dari jam 24.00 malam hingga dini hari. Jelang Subuh, para pemberontak berhasil dipukul mundur ke wilayah gurun pasir yang gersang. Beruntung tidak ada pasukan Garuda yang meninggal pada kejadian itu. Hanya beberapa tentara luka ringan.



Akhirnya, pasukan perdamaian dari semua negara peserta yang bertugas langsung melakukan rapat koordinasi untuk melakukan pengejaran terhadap gerombolan pemberontak tadi. Lalu dikirimkanlah pasukan untuk mengejar gerombolan pemberontak.

Sebanyak 30 personel Pasukan Kontingen Garuda (Konga) III berintikan pasukan Kopassus (dulu bernama RPKAD) menyamar dalam misinya. Kulitnya dilumuri arang agar menyerupai warna kulit suku asli. Setelah diburu, ternyata ditemukan markas gerombolan pemberontak tersebut ada di dekat Danau Tanganyika.

Daerah itu dikenal sebagai wilayah "No Man Land” alias daerah tak bertuan. Wilayah itu merupakan daerah kekuasaan pemberontak. Selama ini tidak pernah ada yang dapat memasuki daerah ini, termasuk Tentara Nasional Pemerintahan Kongo. Pernah ada kejadian sebanyak 2 kompi pasukan India dibantai di wilayah ini saat berusaha masuk wilayah tersebut.

Setelah menemukan markas pemberontak tadi, pasukan Pasukan Konga III yang berjumlah 30 personel beristirahat sambil menyusun rencana penyerangan. Di markas pemberontak itu terdapat 3.000 personel pasukan pemberontak dengan beberapa tank panzer dan RPG/bazzoka.



Berdasarkan informasi intelijen yang didapat Pasukan Konga III diketahui bahwa suku setempat, termasuk pemberontak sangat takut dengan mitos mistis cerita hantu putih. Yakni, sosok hantu putih dengan bau bawang putih yang menyengat.

Criiing! Ide cemerlang terbersit di kepala Pasukan Kopassus Konga III. Yakni menerapkan strategi unik dan tak lazim, menyamar jadi hantu putih. Akhirnya mereka memakai jubah putih longgar yang diberi kayu di atas kepala agar bila terkena angin maka jubah putih tersebut melambai-lambai. Tak lupa setiap personel juga memakai rantai bawang putih yang dikalungkan di leher.

Dengan naik kapal yang dihitamkan, sesampai di pinggir danau, pasukan hantu putih Kopassus meloncat berhamburan keluar dari kapal. Mereka menyerbu pos terdepan musuh. Setelah menaklukan pos itu, pasukan menyerbu ke dalam markas pemberontak.

Mendapat serangan hantu putih yang begitu mendadak, pemberontak kaget dan tertegun. Jiwa tempur mereka hilang. Mereka mengira benar-benar telah diserang hantu yang kesetanan.



Kesempatan itu dimanfaatkan Pasukan Kopassus Konga III dengan terus menembaki pemberontak yang masih tertegun kaget. Dengan ciri khas serbuan komando, di mana personel Kopassus juga dibekali teknik bunuh senyap (silent kill). Tanpa babibu, Korps Baret Merah TNI ini merangsek tak kenal takut ke pusat konsentrasi pasukan pemberontak.

Seluruh isi markas pemberontak yang berjumlah 3.000 tentara kaget dan memercayai jika yang dihadapi mereka adalah hantu putih. Mereka langsung ketakutan dan lari kocar-kacir tak tentu arah.

Bahkan ada seorang pemberontak yang sedang membakar ayam, karena kaget digerebek satuan komando pasukan khusus Indonesia itu langsung melempar ayam bakarnya dan mengenai salah satu anggota Kopassus yang menyerbu.

Serangan berlangsung singkat namun efektif. Hanya dalam tempo 30 menit, markas pemberontak berhasil dilumpuhkan. Sebanyak 3.000 personel pemberontak berhasil ditawan beserta keluarganya.

Dalam penyerangan itu tercatat puluhan pemberontak tewas. Sedangkan dari pihak Kopassus Konga III, satu tentara terluka terkena proyektil granat namun tak membahayakan nyawanya.

Setelah markas pemberontakan ditaklukkan, beberapa jam kemudian pasukan PBB lainnya datang. Mereka pun takjub dengan kesuksesan pasukan Kopassus KONGA III yang hanya terdiri dari 30 personel ternyata mampu melumpuhkan markas pemberontak dan menawan 3.000 tentara pemberontak.

"Kami melakukan penyerangan di malam hari dengan kapal yang digelapkan di atas Danau Tanganyika, tidak berapa jauh dari daerah Albertville. Pasukan kami yang berkekuatan 30 orang menyamar sebagai hantu," kata Komandan Pasukan Konga III Kemal Idris (alm).

Kemal mengaku dirinya tahu 3.000 pemberontak itu sangat percaya takhayul. Mereka takut pada hantu spritesses yang digambarkan berwarna putih dan melayang-layang pada waktu malam. Atas peristiwa itu, Pasukan Konga III dijuluki Les Spiritesses. Yakni, pasukan yang bertempur dengan cara tidak normal menyamar jadi hantu putih.

Keesokan harinya, Komandan Konga III dan Komandan Kopassus dipanggil Komandan Pasukan PBB di Kongo, Jenderal Kadebe Ngeso yang berasal dari Ethiopia. Komandan Pasukan Pasukan PBB di Kongo Jenderal Kadebe Ngeso memuji kecerdikan dan kesuksesan Pasukan KONGA III tersebut. Jenderal Kadebe menyebut operasi militer Kopassus tersebut sinting, nekat namun penuh perhitungan sampai akhirnya sukses besar.
(wib)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2316 seconds (0.1#10.140)
pixels