Keris Kiai Culik Mandaraka, Pusaka Mataram Islam Bertuah Munculkan Banjir Bandang
loading...
A
A
A
Kerajaan Mataram memiliki beberapa benda pusaka yang konon termashyur kesaktiannya. Salah satu peristiwa menandakan kesaktian benda - benda pusaka Mataram yakni saat terjadi pemberontakan Pati yang dipimpin Adipati Pragola.
Pemberontakan dikisahkan terjadi beberapa tahun sebelum Panembahan Senopati wafat. Sang Adipati Pati meminta hak pengurusan tanah pedesaan di sebelah utara Pulau Jawa. Tak cukup sampai disitu, Pragola juga meminta 100 mata tombak dengan batangnya ke Raja Mataram.
Tetapi permintaan itu sudah tentu ditolak oleh Senopati, sang raja hanya memberikan mata tombaknya sejumlah 100 buah saja, tanpa batangnya. Bagi Senopati permintaan Adipati Pragola, menyerahkan barang tombak berarti adalah menyerukan perang.
Dikutip dari Awal Kebangkitan Mataram: Masa Pemerintahan Senapati dari H. J. De Graaf, hal ini yang membuat Senopati akhirnya tak menyerahkan batang tombak itu. Ini tentu memicu kemarahan Adipati Pragola.
Sang adipati pun mempersiapkan pasukan melintasi perbatasan, dan menaklukkan semua penduduk desa di sebelah utara Pegunungan Kendeng.Nyaris seluruh wilayah di utara Pegunungan Kendeng angkat tangan tak berani, kecuali Demak.
Saat itu Demak yang menjadi wilayah kekuasaan Mataram mempersenjatai diri di dalam lingkungan bentengnya.Selanjutnya, Pati pun menghimpun pasukan dan menuju Mataram, untuk melakukan penyerangan.
Perlu beberapa waktu bagi Adipati Pragola, untuk menghimpun banyak prajurit yang disiapkan menyerang Mataram. Ia pun mengirimkan informasi ke Panembahan Senopati sebagai peringatan akan adanya penyerbuan ke wilayah yang dipimpin saudara sepupunya itu.
Pangeran mahkota Mataram bergerak menuju Prambanan, tentara Pati menuju Kemalon, setelah beristirahat melanjutkan perjalanan. Sang raja Mataram, Panembahan Senopati pun turun langsung ke gelanggang perang, ia naik kuda dan sempat beristirahat di Prambanan.
Melewati tengah malam Sang Raja melanjutkan perjalanannya lagi. Di luar benteng pertahanan pasukan Pati di Dengkeng, pasukan Mataram berteriak - teriak, dan benda sakti canang Ki Bicak dipukul bertalu-talu.
Sementara keris Kiai Culik Mandaraka berhasil mematahkan tiga batang pohon besar kelapa yang menjadi pagar benteng.Senopati berhasil memasuki benteng pertahanan yang dibangun Adipati Pragola dengan mengendarai kudanya.
Tak berselang lama entah dari mana, tiba-tiba banjir besar menerjang benteng pertahanan. Banjir arus lumpur layaknya banjir bandang meluap dari letusan Gunung Merapi.Pasukan Pati pun berlarian menyelamatkan diri melihat fenomena alam yang terjadi.
Sang pemimpin Adipati Pragola pun turut lari dan kembali ke Pati. Di Pati ia memanggil para bupati di sekitarnya, guna menyusun bala tentara tambahan. Sebab banyak tentara Pati yang tenggelam saat sungai meluap.
Pemberontakan dikisahkan terjadi beberapa tahun sebelum Panembahan Senopati wafat. Sang Adipati Pati meminta hak pengurusan tanah pedesaan di sebelah utara Pulau Jawa. Tak cukup sampai disitu, Pragola juga meminta 100 mata tombak dengan batangnya ke Raja Mataram.
Tetapi permintaan itu sudah tentu ditolak oleh Senopati, sang raja hanya memberikan mata tombaknya sejumlah 100 buah saja, tanpa batangnya. Bagi Senopati permintaan Adipati Pragola, menyerahkan barang tombak berarti adalah menyerukan perang.
Dikutip dari Awal Kebangkitan Mataram: Masa Pemerintahan Senapati dari H. J. De Graaf, hal ini yang membuat Senopati akhirnya tak menyerahkan batang tombak itu. Ini tentu memicu kemarahan Adipati Pragola.
Sang adipati pun mempersiapkan pasukan melintasi perbatasan, dan menaklukkan semua penduduk desa di sebelah utara Pegunungan Kendeng.Nyaris seluruh wilayah di utara Pegunungan Kendeng angkat tangan tak berani, kecuali Demak.
Saat itu Demak yang menjadi wilayah kekuasaan Mataram mempersenjatai diri di dalam lingkungan bentengnya.Selanjutnya, Pati pun menghimpun pasukan dan menuju Mataram, untuk melakukan penyerangan.
Perlu beberapa waktu bagi Adipati Pragola, untuk menghimpun banyak prajurit yang disiapkan menyerang Mataram. Ia pun mengirimkan informasi ke Panembahan Senopati sebagai peringatan akan adanya penyerbuan ke wilayah yang dipimpin saudara sepupunya itu.
Pangeran mahkota Mataram bergerak menuju Prambanan, tentara Pati menuju Kemalon, setelah beristirahat melanjutkan perjalanan. Sang raja Mataram, Panembahan Senopati pun turun langsung ke gelanggang perang, ia naik kuda dan sempat beristirahat di Prambanan.
Melewati tengah malam Sang Raja melanjutkan perjalanannya lagi. Di luar benteng pertahanan pasukan Pati di Dengkeng, pasukan Mataram berteriak - teriak, dan benda sakti canang Ki Bicak dipukul bertalu-talu.
Sementara keris Kiai Culik Mandaraka berhasil mematahkan tiga batang pohon besar kelapa yang menjadi pagar benteng.Senopati berhasil memasuki benteng pertahanan yang dibangun Adipati Pragola dengan mengendarai kudanya.
Tak berselang lama entah dari mana, tiba-tiba banjir besar menerjang benteng pertahanan. Banjir arus lumpur layaknya banjir bandang meluap dari letusan Gunung Merapi.Pasukan Pati pun berlarian menyelamatkan diri melihat fenomena alam yang terjadi.
Sang pemimpin Adipati Pragola pun turut lari dan kembali ke Pati. Di Pati ia memanggil para bupati di sekitarnya, guna menyusun bala tentara tambahan. Sebab banyak tentara Pati yang tenggelam saat sungai meluap.
(ams)