BMKG: Rentetan Gempa Tingkatkan Potensi Bencana Longsor di Sumbar
loading...
A
A
A
TANAH DATAR - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan rentetan aktivitas gempa dalam sebulan terakhir atau periode April hingga Mei 2024 memperbesar kerawanan tanah longsor di Sumatera Barat (Sumbar).
“Perkembangan di Sumbar sejak April hingga Mei 2024, hasil monitoring BMKG menunjukkan aktivitas gempa dangkal atau shallow crustal menunjukkan tingkat aktivitas cukup signifikan karena banyaknya aktivitas yang terjadi,” kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam keterangannya, Rabu (15/5/2024).
BMKG mencatat bahwa dalam sebulan terakhir terjadi 35 kali gempa yang berada di jalur sesar besar Sumatera. “Kami menghitung gempa yang terjadi pada periode tersebut sebanyak lebih dari 35 kali, ini terjadi cukup banyak dan kebanyakan berada di jalur sesar besar Sumatera.”
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan banjir lahar dingin dan longsor menerjang enam Kabupaten dan Kota di Sumbar menyebabkan 50 orang meninggal dunia. Selain itu, 27 orang hilang masih dinyatakan hilang, 37 orang luka-luka, serta 3.396 jiwa mengungsi.
Daryono mengatakan selain aktivitas kegempaan yang tinggi wilayah Sumbar juga mengalami curah hujan tinggi. “Tampak wilayah Kabupaten Agam, Tanah Datar dan Kota Padang Panjang, mengalami curah hujan tinggi dan memiliki aktivitas kegempaan cukup tinggi juga,” ujarnya.
“Zona ini dilanda curah hujan cukup tinggi mencapai 74,9 mm per hari, yang artinya termasuk kategori hujan lebat berdasarkan catatan Stasiun Klimatologi Sicincin Sumbar,” ujarnya.
Sehingga, hal ini berdampak ikutan akibat gempa yakni longsor. Mengingat, kawasan Sumbar khususnya di wilayah terdampak longsor merupakan perbukitan yang lerengnya sudah tidak stabil. Oleh karena itu, jika ada gempa bumi akan berpotensi signifikan adanya runtuhan batu.
“Mewaspadai dampak ikutan gempa yaitu longsoran, kawasan perbukitan mengalami kejenuhan bisa mengalami ketidakstabilan lereng, berdampak runtuhan batu jika gempa bumi yang signifikan terjadi akibat sesar aktif maupun aktivitas megathrust Sumatera Barat,” pungkasnya.
“Perkembangan di Sumbar sejak April hingga Mei 2024, hasil monitoring BMKG menunjukkan aktivitas gempa dangkal atau shallow crustal menunjukkan tingkat aktivitas cukup signifikan karena banyaknya aktivitas yang terjadi,” kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam keterangannya, Rabu (15/5/2024).
BMKG mencatat bahwa dalam sebulan terakhir terjadi 35 kali gempa yang berada di jalur sesar besar Sumatera. “Kami menghitung gempa yang terjadi pada periode tersebut sebanyak lebih dari 35 kali, ini terjadi cukup banyak dan kebanyakan berada di jalur sesar besar Sumatera.”
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan banjir lahar dingin dan longsor menerjang enam Kabupaten dan Kota di Sumbar menyebabkan 50 orang meninggal dunia. Selain itu, 27 orang hilang masih dinyatakan hilang, 37 orang luka-luka, serta 3.396 jiwa mengungsi.
Daryono mengatakan selain aktivitas kegempaan yang tinggi wilayah Sumbar juga mengalami curah hujan tinggi. “Tampak wilayah Kabupaten Agam, Tanah Datar dan Kota Padang Panjang, mengalami curah hujan tinggi dan memiliki aktivitas kegempaan cukup tinggi juga,” ujarnya.
“Zona ini dilanda curah hujan cukup tinggi mencapai 74,9 mm per hari, yang artinya termasuk kategori hujan lebat berdasarkan catatan Stasiun Klimatologi Sicincin Sumbar,” ujarnya.
Sehingga, hal ini berdampak ikutan akibat gempa yakni longsor. Mengingat, kawasan Sumbar khususnya di wilayah terdampak longsor merupakan perbukitan yang lerengnya sudah tidak stabil. Oleh karena itu, jika ada gempa bumi akan berpotensi signifikan adanya runtuhan batu.
“Mewaspadai dampak ikutan gempa yaitu longsoran, kawasan perbukitan mengalami kejenuhan bisa mengalami ketidakstabilan lereng, berdampak runtuhan batu jika gempa bumi yang signifikan terjadi akibat sesar aktif maupun aktivitas megathrust Sumatera Barat,” pungkasnya.
(ams)