Sebanyak 12,5% Remaja Putri di Sleman Menderita Anemia
loading...
A
A
A
SLEMAN - Jumlah remaja putri di Sleman yang menderita anemia masih cukup tinggi. Data dinas kesehatan (Dinkes) pada tahun 2019 mencatat dari 500 pemeriksaan terhadap remaja putri yang menderita anemia ada 12,5%. Karena itu berbagai langkah dilakukan pemkab Sleman guna menekan penderita anemia tersebut.
Di antaranya dengan pembentukam tim gerakan tanggulangi anemia remaja dan thalasemia (Getar Thala). Anemia merupakan kondisi jumlah sel darah merah rendah dari jumlah normal. Sehingga aliran oksigen ke tubuh kurang, karena tidak banyak mendapat asupan oksigen, menyebabkan pucat dan mudah lelah. (Baca: Cegah Klaster Perkantoran, Sleman Terapkan Wajib Masker)
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kabid Kesmas) Dinkes Sleman Wisnu Murti Yani mengatakan selain dengan sosialiasi dan pendampingan, untuk mencegah anemia terutama bagi remaja putri juga memberikan tablet tambah darah (TTD) ke sekolah-sekolah.
Termasuk melakukan senam gerakan masyarakat sehat (Germas) secara rutin dan pembentukan tim gerakan tanggulangi anemia remaja dan thalasemia (Getar Thala). “Kam berharap melalui kegiatan ini mampu menekan angka prevalensi remaja putri anemia di Sleman,” kata Wisnu Murti Yani saat pembukaan workshop pembentukan tim Getar Thala bagi pelajar SMA/SMK/MAN se Sleman, di Sleman, Selasa (18/8/2020)
Wisnu Murti Yani menjelaskan dibentunya tim Getar Thala ini di antaranya untuk menjamin kelancaran dan kontinuitas kegiatan minum TTD bagi remaja di setiap sekolah SMA/SMK/MAN sederajat di Sleman. Sebab dari 100 remaja putri yang menderita anemia, 12,8% di antaranya karena kekurangan zat besi (defesiensi besi). (Baca: Uji Swab Massal COVID-19, Pemkab Sleman Terkendala Laboratorium)
“Selain itu dengan adanya tim Getar Thala, prevalens remaja putri di Sleman yang menderita anemia tahun 2019 menurun dibandingka tahun 2018. Tahun 2018, dari 500 remaja putri yang diperiksa 22,8% menderita anemia, setelah ada Getar Tala tahun 2019 menjadi 12,5%,” jelasnya
Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan Tim Getar Thala ini penting Terutama untuk lebih mengintensifkan penurunan angka anemia, pada remaja putri. Sebab dampak anemia sangat membahayakan dan menimbulkan efek jangka panjang. Baik bagi penderita maupun bagi anak yang dilahirkan nanti.
“Saya menyambut baik diselenggarakannya workshop pembentukan tim Getar Thala ini dan berharap tim Getar Thala mengedukasi masyarakat akan bahaya yang ditumbulkan oleh anemia. Mengingat selama ini anemia oleh sebagian masyarakat masih dianggap tidak membawa dampak yang serius,” harapnya.
Di antaranya dengan pembentukam tim gerakan tanggulangi anemia remaja dan thalasemia (Getar Thala). Anemia merupakan kondisi jumlah sel darah merah rendah dari jumlah normal. Sehingga aliran oksigen ke tubuh kurang, karena tidak banyak mendapat asupan oksigen, menyebabkan pucat dan mudah lelah. (Baca: Cegah Klaster Perkantoran, Sleman Terapkan Wajib Masker)
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kabid Kesmas) Dinkes Sleman Wisnu Murti Yani mengatakan selain dengan sosialiasi dan pendampingan, untuk mencegah anemia terutama bagi remaja putri juga memberikan tablet tambah darah (TTD) ke sekolah-sekolah.
Termasuk melakukan senam gerakan masyarakat sehat (Germas) secara rutin dan pembentukan tim gerakan tanggulangi anemia remaja dan thalasemia (Getar Thala). “Kam berharap melalui kegiatan ini mampu menekan angka prevalensi remaja putri anemia di Sleman,” kata Wisnu Murti Yani saat pembukaan workshop pembentukan tim Getar Thala bagi pelajar SMA/SMK/MAN se Sleman, di Sleman, Selasa (18/8/2020)
Wisnu Murti Yani menjelaskan dibentunya tim Getar Thala ini di antaranya untuk menjamin kelancaran dan kontinuitas kegiatan minum TTD bagi remaja di setiap sekolah SMA/SMK/MAN sederajat di Sleman. Sebab dari 100 remaja putri yang menderita anemia, 12,8% di antaranya karena kekurangan zat besi (defesiensi besi). (Baca: Uji Swab Massal COVID-19, Pemkab Sleman Terkendala Laboratorium)
“Selain itu dengan adanya tim Getar Thala, prevalens remaja putri di Sleman yang menderita anemia tahun 2019 menurun dibandingka tahun 2018. Tahun 2018, dari 500 remaja putri yang diperiksa 22,8% menderita anemia, setelah ada Getar Tala tahun 2019 menjadi 12,5%,” jelasnya
Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan Tim Getar Thala ini penting Terutama untuk lebih mengintensifkan penurunan angka anemia, pada remaja putri. Sebab dampak anemia sangat membahayakan dan menimbulkan efek jangka panjang. Baik bagi penderita maupun bagi anak yang dilahirkan nanti.
“Saya menyambut baik diselenggarakannya workshop pembentukan tim Getar Thala ini dan berharap tim Getar Thala mengedukasi masyarakat akan bahaya yang ditumbulkan oleh anemia. Mengingat selama ini anemia oleh sebagian masyarakat masih dianggap tidak membawa dampak yang serius,” harapnya.
(don)