Mirip Sengkuni, Kelicikan dan Hasutan Mahapati Bikin Kerajaan Majapahit Perang Saudara
loading...
A
A
A
Sebab Lembu Sora membunuh Kebo Anabrang yang membinasakan Rangga Lawe, maka ia menyiarkan berita bahwa Sora harus dihukum mati, sesuai dengan bunyi undang- undang pidana dalam Kutâramânawa:barang siapa membunuh, harus dijatuhi hukuman mati.
Jika Sora telah berhasil disingkirkan, ia mulai dengan mengutik-utik kesalahan Nambi.Justru Nambi itulah yang jadi sasaran utama dari siasatnya. Nambi pun akhirnya jatuh pula.
Bersama Nambi, masih banyak lagi pejuang-pejuang Majapahit dalam perlawanan menentang tentara Kediri dan tentara Tartar pada zaman akhir kerajaan Singasari dan awal pembentukan kerajaan Majapahit.
Boleh dikatakan, akibat fitnah dan adu domba Mahapati itu, banyak orang kuat Majapahit musnah. Namun, akhirnya ia termakan pula senjatanya sendiri yang berupa fitnah dan adu domba. Mahapati mati dibunuh, namun tak diketahui secara pasti siapa pelakunya.
Tokoh Mahapati merupakan soal sejarah yang masih menghendaki pemecahan. Hingga sekarang, kita tidak mengetahui siapa sebenarnya tokoh itu, justru karena timbulnya sekonyong- konyong sebagai menteri dalam pemerintahan Raja Kertarajasa.
Baik dalam daftar nama para pejuang Singasari dan Majapahit melawan tentara Kediri dan tentara Tartar maupun dalam menumpas pemberontakan Rangga Lawe, nama tokoh Mahapati tidak dikenal.
Namun, tokoh itu sekonyong-konyong muncul dalam peristiwa pemberontakan Sora. Bahkan, dalam peristiwa itu ia memegang peranan utama. Lagi pula nama Mahapati agak mencurigakan. Nama itu biasa juga digunakan sebagai nama jabatan patih amangku bumi.
Timbul teori untuk menyamakan tokoh Mahapati ini dengan Mpu Nambi, yang pada pemerintahan Kertarajasa memangku jabatan patih amangku bumi. Namun, penyamaan Mahapati dengan Mpu Nambi terbentur pada kenyataan jatuh sebagai korban fitnah.
Menurut Pararaton, pemberontakan Rangga Lawe, Sora, Nambi dan Kuti timbulnya akibat fitnah atau adu domba Mahapati yang demikian liciknya, hingga para pemberontak itu menganggap bahwa satu-satunya jalan yang harus ditempuh ialah pemberontakan.
Sebagaimana terdapat di Kakawin Pararaton, Mahapati akhirnya menemukan ajalanya setelah pemberontakan Kuti berhasil dipadamkan, ia dibunuh akibat fitnahnya sendiri. Dalam hal ini, fitnah itu benar-benar bersifat kriminal.
Jika Sora telah berhasil disingkirkan, ia mulai dengan mengutik-utik kesalahan Nambi.Justru Nambi itulah yang jadi sasaran utama dari siasatnya. Nambi pun akhirnya jatuh pula.
Bersama Nambi, masih banyak lagi pejuang-pejuang Majapahit dalam perlawanan menentang tentara Kediri dan tentara Tartar pada zaman akhir kerajaan Singasari dan awal pembentukan kerajaan Majapahit.
Boleh dikatakan, akibat fitnah dan adu domba Mahapati itu, banyak orang kuat Majapahit musnah. Namun, akhirnya ia termakan pula senjatanya sendiri yang berupa fitnah dan adu domba. Mahapati mati dibunuh, namun tak diketahui secara pasti siapa pelakunya.
Tokoh Mahapati merupakan soal sejarah yang masih menghendaki pemecahan. Hingga sekarang, kita tidak mengetahui siapa sebenarnya tokoh itu, justru karena timbulnya sekonyong- konyong sebagai menteri dalam pemerintahan Raja Kertarajasa.
Baik dalam daftar nama para pejuang Singasari dan Majapahit melawan tentara Kediri dan tentara Tartar maupun dalam menumpas pemberontakan Rangga Lawe, nama tokoh Mahapati tidak dikenal.
Namun, tokoh itu sekonyong-konyong muncul dalam peristiwa pemberontakan Sora. Bahkan, dalam peristiwa itu ia memegang peranan utama. Lagi pula nama Mahapati agak mencurigakan. Nama itu biasa juga digunakan sebagai nama jabatan patih amangku bumi.
Timbul teori untuk menyamakan tokoh Mahapati ini dengan Mpu Nambi, yang pada pemerintahan Kertarajasa memangku jabatan patih amangku bumi. Namun, penyamaan Mahapati dengan Mpu Nambi terbentur pada kenyataan jatuh sebagai korban fitnah.
Menurut Pararaton, pemberontakan Rangga Lawe, Sora, Nambi dan Kuti timbulnya akibat fitnah atau adu domba Mahapati yang demikian liciknya, hingga para pemberontak itu menganggap bahwa satu-satunya jalan yang harus ditempuh ialah pemberontakan.
Sebagaimana terdapat di Kakawin Pararaton, Mahapati akhirnya menemukan ajalanya setelah pemberontakan Kuti berhasil dipadamkan, ia dibunuh akibat fitnahnya sendiri. Dalam hal ini, fitnah itu benar-benar bersifat kriminal.