Asal Usul Ken Arok, Raja Pertama Kerajaan Singasari dari Kasta Sudra
loading...
A
A
A
Ken Arok merupakan salah satu tokoh yang memiliki nama besar dalam sejarah Indonesia khususnya masa Hindu-Buddha. Kisahnya bahkan diabadikan dalam berbagai karya sastra yang secara panjang lebar menceritakan perjuangan hidupnya serta tokoh-tokoh sezaman.
Ken Arok terlahir dari keluarga rakyat biasa yang memiliki cita-cita menjadi seorang raja. Ibunya bernama Ken Endog, sementara nama ayahnya tidak diketahui dengan pasti.
Namun demikian, ada dugaan bahwa sebenarnya Ken Arok merupakan keturunan darah biru atau berasal dari keluarga bangsawan yang dilahirkan dari rakyat biasa.
Perjuangan Ken Arok dalam mewujudkan cita-citanya, dimulai dengan banyaknya rintangan yang dialaminya. Ketika masih muda, dia pergi berkelana dan bertemu dengan seorang pencuri bernama Lembong yang kemudian menjadi ayah angkatnya.
Pertemuannya dengan ayah angkatnya tersebut mengantarkan Ken Arok hidup dalam dunia kriminalitas. Dia bahkan mendapat reputasi sebagai salah satu perampok yang paling ditakuti di wilayah Timur pulau Jawa.
Kehidupan itu bertahan hingga ia bertemu dengan seorang brahmana bernama Lohgawe yang saat itu bertugas mencari titisan Dewa Wisnu agar kelak menjadi raja di tanah Jawa. Lohgawe menganggap Ken Arok sebagai titisan Dewa Wisnu.
Dari situlah dirinya mulai belajar tata cara hidup yang berguna bagi masyarakat lainya kepada Brahmana tersebut.
Menurut jurnal "Nilai Nilai Karakter Dalam Perjuangan Ken Arok Mendirikan Kerajaan Singasari Tahun 1222", Lohgawe atau yang memiliki nama lengkap Dang Hyang Lohgawe adalah seorang Brahmana yang berasal dari Jambudwipa.
Dikisahkan Lohgawe mendapatkan tugas dari Bhatara Wisnu untuk bisa memperjuangkan Ken arok menjadi seorang raja di Jawadwipa.
Keinginan seorang Ken Arok untuk menjadi seorang raja mengantarkannya untuk mengabdi di Kerajaan Tumapel. Dia rela mengabdi kepada penguasa atau Akuwu Tumapel bernama Tunggul Ametung demi mewujudkan cita-cita dan keinginannya menjadi seorang raja di tanah Jawa.
Pada saat menjadi pengawal itu pula Ken Arok pertama kalinya melihat dan bertemu dengan Ken Dedes, istri Tunggul Ametung. Hingga pada akhirnya dia jatuh cinta dengan istri penguasa Tumapel tersebut.
Setelah berjalan sekian tahun, Ken Arok berniat untuk memesan keris sakti dari seorang Mpu Gandring. Tujuan dari dibuatnya keris sakti ini tidak lain untuk bisa mengalahkan Akuwu Tumapel yaitu Tunggul Ametung.
Namun untuk menyelesaikan keris ini Mpu Gandring meminta waktu yang cukup lama. Karena tidak sabar, Ken Arok akhirnya merebut keris setengah jadi dari tangan Mpu Gandring dan membunuh si pembuat keris tersebut.
Dari situlah Mpu Gandring yang sedang sekarat mengutuk keris sakti tersebut.
Dengan keris sakti Mpu Gandring, ia kemudian membunuh Tunggul Ametung dan memperistri Ken Dedes. Dia secara otomatis menjadi penguasa Tumapel yang baru.
Setelah berkuasa Tumapel, Ken Arok berencana untuk mengambil alih kekuasaan di Kerajaan Kediri. Hingga pada tahun 1222 M, terjadi perselisihan antara para Brahmana dengan raja Kertajaya penguasa Kediri.
Para Brahmana kemudian meninggalkan Kediri untuk berlindung kepada Ken Arok di Tumapel. Berkat dukungan dari para Brahmana, Ken Arok mulai percaya bahwa dia pasti bisa mengalahkan raja Kertajaya yang notabene adalah penguasa yang lebih tinggi.
Ken Arok dengan kekuatan dan keberaniannya kemudian memantapkan diri dalam perebutan kekuasaan tersebut. Perang antara Kediri dan Tumapel terjadi di Desa Ganter. Hingga akhirnya berhasil mengalahkan Kertajaya sehingga peperangan tersebut dimenangkan oleh Tumapel.
Setelah kemenangan itu, ia mendirikan kerajaan baru bernama Singasari. Ken Arok menjadi raja pertama dan bergelar sebagai Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi.
Masa kekuasaan Ken Arok di Singasari tidak bertahan lama. Namun demikian, ia mendapat banyak dukungan dari masyarakat termasuk kalangan brahmana selama menjabat sebagai raja Singasari.
Ken Arok sendiri hanya berkuasa selama lima tahun hingga 1227 M. Pada tahun tersebut, Ken Arok dibunuh oleh putra Ken Dedes dan Tunggul Ametung bernama Anusapati. Dengan kata lain, Ken Arok dibunuh oleh anak tirinya sendiri.
Ken Arok terlahir dari keluarga rakyat biasa yang memiliki cita-cita menjadi seorang raja. Ibunya bernama Ken Endog, sementara nama ayahnya tidak diketahui dengan pasti.
Namun demikian, ada dugaan bahwa sebenarnya Ken Arok merupakan keturunan darah biru atau berasal dari keluarga bangsawan yang dilahirkan dari rakyat biasa.
Perjuangan Ken Arok dalam mewujudkan cita-citanya, dimulai dengan banyaknya rintangan yang dialaminya. Ketika masih muda, dia pergi berkelana dan bertemu dengan seorang pencuri bernama Lembong yang kemudian menjadi ayah angkatnya.
Pertemuannya dengan ayah angkatnya tersebut mengantarkan Ken Arok hidup dalam dunia kriminalitas. Dia bahkan mendapat reputasi sebagai salah satu perampok yang paling ditakuti di wilayah Timur pulau Jawa.
Kehidupan itu bertahan hingga ia bertemu dengan seorang brahmana bernama Lohgawe yang saat itu bertugas mencari titisan Dewa Wisnu agar kelak menjadi raja di tanah Jawa. Lohgawe menganggap Ken Arok sebagai titisan Dewa Wisnu.
Dari situlah dirinya mulai belajar tata cara hidup yang berguna bagi masyarakat lainya kepada Brahmana tersebut.
Perjuangan Awal Ken Arok di Tumapel
Menurut jurnal "Nilai Nilai Karakter Dalam Perjuangan Ken Arok Mendirikan Kerajaan Singasari Tahun 1222", Lohgawe atau yang memiliki nama lengkap Dang Hyang Lohgawe adalah seorang Brahmana yang berasal dari Jambudwipa.
Dikisahkan Lohgawe mendapatkan tugas dari Bhatara Wisnu untuk bisa memperjuangkan Ken arok menjadi seorang raja di Jawadwipa.
Keinginan seorang Ken Arok untuk menjadi seorang raja mengantarkannya untuk mengabdi di Kerajaan Tumapel. Dia rela mengabdi kepada penguasa atau Akuwu Tumapel bernama Tunggul Ametung demi mewujudkan cita-cita dan keinginannya menjadi seorang raja di tanah Jawa.
Pada saat menjadi pengawal itu pula Ken Arok pertama kalinya melihat dan bertemu dengan Ken Dedes, istri Tunggul Ametung. Hingga pada akhirnya dia jatuh cinta dengan istri penguasa Tumapel tersebut.
Setelah berjalan sekian tahun, Ken Arok berniat untuk memesan keris sakti dari seorang Mpu Gandring. Tujuan dari dibuatnya keris sakti ini tidak lain untuk bisa mengalahkan Akuwu Tumapel yaitu Tunggul Ametung.
Namun untuk menyelesaikan keris ini Mpu Gandring meminta waktu yang cukup lama. Karena tidak sabar, Ken Arok akhirnya merebut keris setengah jadi dari tangan Mpu Gandring dan membunuh si pembuat keris tersebut.
Dari situlah Mpu Gandring yang sedang sekarat mengutuk keris sakti tersebut.
Perjuangan Ken Arok Mendirikan Kerajaan Singasari
Dengan keris sakti Mpu Gandring, ia kemudian membunuh Tunggul Ametung dan memperistri Ken Dedes. Dia secara otomatis menjadi penguasa Tumapel yang baru.
Setelah berkuasa Tumapel, Ken Arok berencana untuk mengambil alih kekuasaan di Kerajaan Kediri. Hingga pada tahun 1222 M, terjadi perselisihan antara para Brahmana dengan raja Kertajaya penguasa Kediri.
Para Brahmana kemudian meninggalkan Kediri untuk berlindung kepada Ken Arok di Tumapel. Berkat dukungan dari para Brahmana, Ken Arok mulai percaya bahwa dia pasti bisa mengalahkan raja Kertajaya yang notabene adalah penguasa yang lebih tinggi.
Ken Arok dengan kekuatan dan keberaniannya kemudian memantapkan diri dalam perebutan kekuasaan tersebut. Perang antara Kediri dan Tumapel terjadi di Desa Ganter. Hingga akhirnya berhasil mengalahkan Kertajaya sehingga peperangan tersebut dimenangkan oleh Tumapel.
Setelah kemenangan itu, ia mendirikan kerajaan baru bernama Singasari. Ken Arok menjadi raja pertama dan bergelar sebagai Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi.
Masa kekuasaan Ken Arok di Singasari tidak bertahan lama. Namun demikian, ia mendapat banyak dukungan dari masyarakat termasuk kalangan brahmana selama menjabat sebagai raja Singasari.
Ken Arok sendiri hanya berkuasa selama lima tahun hingga 1227 M. Pada tahun tersebut, Ken Arok dibunuh oleh putra Ken Dedes dan Tunggul Ametung bernama Anusapati. Dengan kata lain, Ken Arok dibunuh oleh anak tirinya sendiri.
(ams)